Zakir Naik dan Inspirasi Pemuda Naik Menjadi Teroris

Zakir Naik dan Inspirasi Pemuda Naik Menjadi Teroris

- in Editorial
808
0
Zakir Naik dan Inspirasi Pemuda Naik Menjadi Teroris

Seorang remaja Singapura ditangkap polisi karena terindikasi ingin mendirikan kekhalifahan Islam. Dia ditahan sejak Desember tahun lalu. Ia tidak terhubung secara langsung dengan jaringan teror dan hanya mengalami radikalisasi mandiri (self-radicalization) melalui propaganda online.

Muhammad Irfan Danyal bin Mohammad Nor, remaja 18 tahun yang dalam pernyataan Kementerian Dalam Negeri (ISD) Singapura teradikalisasi secara online. Ia telah membuat rencana dan persiapan untuk melakukan kekerasan bersenjata di Singapura dan Luar Negeri untuk mendukung ISIS.

Awal mula proses radikalisasi Irfan melalui ceramah Zakir Naik. Dia begitu mengagumi Zakir Naik dengan menonton ceramahnya di yotube dan selanjutnya meningkat ke penceramah lainnya seperti Ahmed Deedat, yang disebut juga sebagai mentor Zakir Naik. Dari inspirasi ceramah-ceramah tersebut ia lanjut mengembangkan minat pada para tokoh ekstremis ISIS.

Begitu terlihat gagah dan bangga, Irfan mulai menampilkan diri seolah menjadi mujahid dan pembela Islam. Pada akhir 2021, ia menampilkan foto dirinya dengan memakai topeng dengan tanda tauhid dan mengangkat satu jari telunjuk menirukan para milisi ISIS. Ia terbawa dalam lamunan dan impian sendiri untuk mendirikan kekhalifahan Islam

Pertanyaanya, sejauh itukah ceramah mampu mendorong seseorang bergabung dalam jaringan teror? Secara khusus apakah ceramah Zakir Naik memang mampu mendorong seseorang untuk naik tingkat ke level simpati kepada jaringan terorisme?

Kontroversi Zakir Naik dan Alasan Negara-negara Mencekalnya

Zakir Naik merupakan penceramah asal India yang begitu populer di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Pada tahun 2017 silam, “Zakir Naik Visit Indonesia” telah digelar secara sukses dan meriah. Kedatangannya selama 10 hari menyedot ribuan peserta di setiap daerah seperti di UMY, Yogyakarta, di UPI Bandung, di Pondok Pesantren Gontor, Bekasi, dan Makassar.

Zakir yang berprofesi sebagai dokter menjalani kehidupan baru sebagai penceramah sejak tahun 1991. Sebagaimana mentornya, Deedat, ceramah yang kerap lekat dengan materi Zakir adalah seputar kebenaran Islam dengan memperbandingkan dengan agama-agama di dunia. Ia penuh dengan pemberitaan tentang kesuksesannya dalam mengajak non muslim masuk Islam dalam sesi ceramahnya. Popularitasnya pun semakin meninggi.

Sebagai konsekuensi dari materi perbandingan Islam dengan agama lain, Zakir pada akhirnya jatuh pada materi yang entah disadari atau tidak sering mendiskreditkan kepercayaan agama lain. Bahkan, ia sering pula jatuh dalam memberikan citra buruk terhadap etnis tertentu.

Pola pendekatan ceramah seperti ini kerap menggangu situasi sosial negara yang sangat beragam. Antusias disambut oleh umat Islam di berbagai sesi ceramahnya, tetapi secara tidak sadar, Zakir harus berhadapan dengan kebijakan negara yang menjaga harmoni etnisitas dan agama. Zakir pada akhirnya harus berurusan dengan pencekalan di berbagai negara.

Negara pertama yang mencekal Zakir adalah negaranya sendiri. Pemerintah India secara resmi mencabut paspor Zakir pada 20 Juli 2017. Sebelumnya, Zakir memang sudah meninggalkan India sejak 13 Mei 2016 karena diusir. Selama di luar India, Zakir kerap bepergian ke berbagai negara termasuk Arab Saudi, Malaysia dan beberapa negara lainnya hingga terakhir bermukim di Malaysia.

Pemerintah Malaysia pernah memberikan status permanent residence (PR) Zakir pada tahun 2017. Namun, tidak berlangsung lama, tahun 2019 nampaknya masyarakat Malaysia mulai gerah dengan ceramah Zakir. Pada mulanya ia menyebut warga Hindu di Malaysia memilih lebih mempercayai pemerintah India daripada pemerintah Malaysia sendiri.

Ucapan provokasi ini mulai menyedot perhatian dan dianggap mengganggu kerawanan multikultural negara Malaysia. Isu ras dan agama menjadi topik yang sensitif di tengah populasi 60 persen mayoritas muslim di Malaysia. Materi segregasi dan provokasi seperti dilontarkan Zakir dianggap ancaman bagi Malaysia.

Tidak hanya berurusan dengan masyarakat Hindu, Zakir juga menyentil etnis Tionghoa Malaysia agar segera pulang ke negara karena dianggap sebagai tamu lama di Malaysia. Perkataan inilah yang menjadi puncak kesabaran negara Malaysia dalam menerima Zakir. Ramai agar Zakir dideportasi dari Malaysia dan melarangnya untuk ceramah di seluruh bagian negara Malaysia.

Tidak hanya India dan Malaysia, Bangladesh juga melarang siaran Tv Zakir naik beroperasi di Kawasan negaranya karena dianggap tidak sejalan dengan masyarakat muslim dan konstitusi negara. Inggris juga mencekal penceramah kontroversial ini karena dianggap mengglorifikasi terorisme dan mempromosikan kekerasan. Begitu pula di Kanada, Zakir juga dicekal karena dianggap menyerukan terorisme dan dukungan terhadap Osama bin Laden.

Zakir dan Seruan Terorisme?

Zakir sendiri dalam beberapa kesempatan telah mengklarifikasi bahwa ia anti terorisme dan tidak pernah menyerukan umat Islam melakukan kekerasan. Beberapa tuduhan memang kerap dialamatkan kepada Zakir yang dianggap mempromosikan kekerasan.

Di India, Zakir pernah dianggap menyerukan ucapan provokatif dengan mengajak umat Islam menjadi 80 persen dan warga Indonesia tidak memeluk Hindu lagi. Bahkan, Zakir dianggap menginspirasi pelaku bom Mumbai, Rahil Sheikh. Tak hanya di India, Zakir Naik juga dikritik karena dianggap menjadi inspirasi bagi pelaku bom di tahun baru di Dhaka, Bangladesh pada tahun 2016. Pelaku mengunggah pesan dengan mengutip pernyataan Zakir Naik sebelum melakukan aksinya. Jauh sebelum itu, pada tahun 2007, Naik juga menerima hujatan masyarakat karena dianggap menginspirasi seorang pemuda untuk melakukan serangan bom di Bandara Glasgow.

Atas berbagai tuduhan dari negara dan media, Zakir pernah memberikan klarifikasi bahwa apa yang ia sampaikan melalui ceramahnya tidak pernah ada yang mempromosikan kekerasan apalagi terorisme yang bertentangan dengan Islam. Apa yang ia sampaikan dan mendapatkan interpretasi keliru dari yang mendengar bukan menjadi tanggungjawabnya.

Nampaknya, di tengah ketegasannya dalam menyampaikan ceramah Zakir ingin mengatakan apa yang disampaikan dengan munculnya interpretasi dari pendengarnya bukan menjadi tanggungjawabnya. Jika seseorang selanjutnya menjadi penasaran dengan ceramah yang disampaikan lalu mencari sosok lain semisal tokoh ekstremis adalah bagian dari cara pendengarnya menyalahartikan isi ceramahnya.

Akhiri Ceramah Menanamkan Kebencian

Tentu tidak bisa dikaitkan secara langsung ceramah dengan kejahatan seseorang. Namun, kerap ceramah yang kontroversial dan menanamkan kebencian terhadap yang berbeda akan menyuburkan pada praktek kekerasan. Ceramah tokoh kerap menjadi inspirasi seseorang terutama anak muda dalam proses mencari jati diri.

Tidak hanya persoalan Zakir Naik, para penceramah di Indonesia harus belajar untuk tidak meruncingkan perbedaan antar etnis dan agama. Meskipun ceramah agama menjadi ruang internal umat beragama, tetapi tidak elok jika harus menyinggung keimanan apalagi menyalahkan kepercayaan orang lain.

Ceramah agama merupakan ruang edukasi yang menginspirasi umat menjadi lebih benar baik dalam persoalan akidah, ritual maupun sosial. Mimbar agama bukan sesuatu yang dipenuhi materi yang menginspirasi seseorang untuk benci kepada yang berbeda. Militansi dalam beragama tidak perlu harus memusuhi yang di luar agamanya.

Berkaca pada kejadian Irfan remaja Singapura yang ditangkap karena aktivitas terorisme tersebut, nampaknya mencari seorang tokoh dan panutan di media sosial melalui ceramah-ceramah harus menjadi perhatian. Tentu penceramah tidak secara eksplisit menyerukan terorisme dan kekerasan, tetapi kerap ceramah yang bernuansa kebencian akan menyuburkan praktek kekerasan atas nama agama.

Facebook Comments