Bersatu Dalam Perbedaan ; Jalan Menuju Perdamaian

Bersatu Dalam Perbedaan ; Jalan Menuju Perdamaian

- in Narasi
7228
0

Paling mendasar dalam hidup adalah menghargai orang lain yang berbeda agama, kepercayaan, etnis, budaya, dan keyakinan masing-masing. Indonesia yang terdiri lebih dari ratusan etnis dan budaya dan menjadi bangsa yang unik dan menarik untuk selalu diteliti dan dicontoh oleh negara lain. Terlihat mulai dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulan dan ribuan bahasa yang digunakan menunjukkan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang kaya. Kekayaan ini harus terus dirawat dan dijaga agar tercipta kedamaian dan ketentraman hidup berbangsa dan bernegara.

Menjadi pertanyaan mendasar adalah mengapa masih ada sebagian oknum yang ingin memisahkan diri dari Indonesia? Padahal rakyat Indonesia diberi kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masing-masing. Rakyat indonesia diberi kebebasan untuk berkreasi mensejahterakan dirinya sendiri, keluarganya, dan tetangganya. Rakyat indonesia diberi kebebasan untuk merayakan hari-hari besar menurut kepercayaan masing-masing. Hal tersebut diatur dalam undang-undang dasar 1945.

Seharusnya perbedaan itu menjadi berkah bagi kehidupan. Mari kita belajar dari ciptaan Allah yang berbeda-beda yaitu manusia. Allah mencipatakan manusia dengan berbeda, tetapi manusia tetap satu dan bernama manusia yang menjadi kholifah di bumi ini. Lebih lanjut kita belajar pada jari jemari kita yang diciptakan oleh Allah dengan bentuk dan ukuran yang berbeda-beda dengan bentuk sebaik-baiknya (QS. At-Tin, 4). Andai Allah menciptakan jari-jemari kita dengan bentuk dan ukuran yang sama, maka dapat dipastikan bahwa manusia tidak akan bisa mengambil nasi dan dapat menyuapkannya kemulut. Jika Allah menciptakan jari-jemari kita dengan bentuk dan ukuran yang sama, maka apa yang kita pegang tidak akan kekar dan akan lepas dari tangan kita.

Dengan bentuk dan ukuran yang berbeda itulah, jari-jemari kita bisa mengambil nasi dan menyuapkanya kemulut. Dengan bentuk dan ukuran yang berbeda itulah, apa yang kita pegang tidak mudah lepas. Jika demikian maka, perbedaan idealnya menciptakan persatuan dan kesatuan yang saling melengkapi dan membantu antara sesama dengan satu tujuan yaitu saling mensejahterakan dan menjaga keberlangsungan hidup dan kehidupan ummat manusia. Dengan perbedaan pula, hidup di dunia ini penuh dengan keindahan dan ketentraman. Saling melengkapi dan saling membantu antar sesama. Bukan malah saling menghujat, apalagi sampai saling kafir-mengkafirkan antara pengikut yang satu dengan pengikut yang lainnya.

Jika hal itu terjadi, maka kenyamanan dan ketentraman hidup tidak akan terjalin. Yang ada hanyalah rasa takut (fear), perang saudara (civil war), dan bahkan saling membunuh antra sesama. Naudzubillahi mindzalik. Padahal kita, sebagai kholifah dimuka bumi ini dituntut untuk membuat kebaikan dan dilarang merusak, seperti firman Allah “ janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi ini setelah Allah menciptakan kebaikan” (Al-A’raf:06). Jika demikian, maka membunuh orang lain, dan menghacurkan diri sendiri dengan melakukan bom bunuh diri, merusak fasilitas umum tidak dibenarkan dalam agama termasuk agama islam sendiri yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Tidak ada satu agamapun di dunia ini yang menyuruh untuk berbuat kerusakan, tidak ada agama yang menyuruh untuk membunuh orang lain tanpa sebab dan alasan yang rasional, tidak ada agama yang menyuruh pengikutnya untuk merusak fasilitas umum. Setiap agama pasti menyuruh pengikutnya untuk berbuat kebaikan dan melestarikan hidup dan kehidupan di dunia ini. Jika ada agama yang menyuruh pengikutnya berbuat kejelekan, menghancurkan fasilitas umum, membunuh orang tanpa sebab, maka dapat dipastikan agama tersebut tidak ada pengikutnya. Karena pada dasarnya manusia cenderung untuk berbuat baik dan menyenangi sesuatu yang baik.

Oleh karena itu, setiap perbedaan yang ada merupakan bagian dari keberagaman hidup yang tentunya saling melengkapi antara yang satu dengan yang lainnya. Misalkan mata membutuhkan tangan untuk meraba, dan bagitu juga dengan tangan membutuhkan mata untuk mengetahui benda apa yang akan diambil oleh tangan. Hal ini kemudian menjadikan manusia sempurna karena saling melengkapi dan bersatu dalam perdaan karena sesunggunya perbdaan itu merupakan rahmat bagi seluruh alam (Al-Hadis).

Pemahaman tentang perbadaan terus dibumikan agar tercipta persatuan dan kesatuan republik Indonesia. Salah satunya dengan menganjurkan para khotib jum’at untuk memaparkan tentang betapa pentingnya bersatu dalam perbedaan (Unity in diversity). Khotib jum’at tidak hanya menjelaskan tentang hubungan manusia dengan Tuhan-nya, seperti cara beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Esa, tetapi juga menjelaskan bagaimana berhubungan dengan sesama manusia dengan menghargai perbadaan, saling menyayangi antar sesama. Khotbah jum’at merupakan media strategis untuk memberikan pemahaman tentang kebangsaan, nasionalime, patriotism, toleransi, dan kewajiban menjaga Negera Kesatuan Republik Indonesia bagi seluruh lapisan masyarakat mulai dari kota sampai ke pelosok desa. Selama ini, para khotib, khususnya di desa hanya menjelaskan bagaimana berhubungan dengan Allah (Hablum Minallah) dan belum menyentuh ranah sosial khususnya menerima keberadaan orang lain yang berbada agama, kepercayaan dan lain. Padahal, sebagai manusia pasti bersinggungan dengan orang lain dengan latar belakang dan kepercayaan yang berbada-beda.

Pemahaman tentang perbedaan ini penting untuk terus digalakkan dan disosialisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat agar tercipta perdamaian dan ketentraman hidup dalam bingkai negara kesatuan republik indonesia yang bergam berdaya, etnis, bahasa dan kepercayaan. Semoga kita semua dapat bersatu dalam perbedaan yang saling melengkapi. Amin.

Facebook Comments