Kondisi bangsa Indonesia sekarang ini ibarat gelas yang telah retak, apabila kita tidak dapat menjaganya, gelas tersebut akan pecah bereping-keping. Namun, apabila kita mampu menjaganya, setidaknya gelas retak tadi dapat bertahan atau bahkan bisa diperbaiki kembali.
Begitu juga dengan masalah terorisme. Terorisme merupakan masalah serius yang dihadapi oleh negara sepenjuru dunia tak terkecuali Indonesia. Kondisi Indonesia masih rentan dengan gerakan radikal. Tentu kita masih ingat berbagai tragedi bom yang melanda tanah air ini. Dengan berbagai pengeboman yang terjadi, bisa dikatakan Indonesia termasuk dalam target empuk untuk dijadikan sebagai wadah mencari pengikut kelompok radikal.
Kelompok radikal melihat ada peluang besar di Indonesia karena negara ini memiliki populasi muslim terbesar di dunia. Hal ini menjadikan kelompok teroris tersebut lebih mudah mencari pengikut. Salah satu gerakan potensial dewasa ini adalah ISIS (Islamic State of Iraq and Syria).
Berdasarkan keterangan dari Safzen Noerdin, Duta Besar Indonesia untuk Irak, mengungkapkan kekejaman kelompok ISIS, siapa pun yang akan mengganggu, menghambat, atau tidak sealiran dengan ISIS, maka akan dibunuh. Tidak hanya non-Islam, muslim Syiah dan Sunni pun jika tidak mengikuti perintah akan mereka bunuh. Sementara itu bagi non-Islam, mereka diberi tiga pilihan: masuk islam, bayar upeti, atau dibunuh.
Hal tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa ajaran kelompok radikal ini sangat bertentangan dengan ideologi atau dasar negara kita. Kita sebagai bangsa dengan ragam perbedaan, harus bisa menyikapi dengan tegas tentang gerakan ini demi terciptanya kondisi yang aman dan rukun di tanah air. Kita harus menghormati perbedaan pendapat dan agama, serta tidak melakukan kekerasan, apalagi membunuh.
Sekarang gerakan kelompok ISIS ini sendiri sudah tercium di Indonesia. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menanggulangi keberadaan ISIS di Indonesia. Contoh adanya pihak Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang melakukan diskusi, seminar, sosialisasi, serta Forum Group Discussion (FGD) dalam usaha pencegahan aksi radikalisasi dan terorisme di Indonesia.
Pentingnya Duta Damai
Berdasarkan penelitian yang dilakukan BNPT, sindikat teroris sering menjadikan mahasiswa dan kalagan akademik lainnya sebagai calon anggota. Itulah kenapa target utama program BNPT adalah mahasiswa perguruan tinggi Islam atau negeri. Memasukkan pengenalan antiterorisme di dalam kurikulum 2013 juga merupakan cara yang tepat karena diperlukan pengenalan antiterorisme sejak dini bagi pelajar Indonesia agar mereka tidak mudah terdoktrin hal-hal yang menentang identitas negara.
Selain ke perguruan tinggi, sebaiknya BNPT juga melakukan sosialisasi ke siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) karena pada masa inilah seseorang mencari jati diri. Setelah melakukan sosialisasi kepada siswa SMA, BNPT memilih beberapa siswa dari setiap daerah sebagai duta antiterorisme. Duta-duta tersebut dapat dikumpulkan dan dilatih secara khusus oleh BNPT. Dalam pelatihan itu mereka dibekali beberapa hal.
Pertama, mereka di beri wawasan kebangsaan dengan meningkatkan nasionalisme dan patriotisme untuk menjaga pertahanan dan keamanan bangsa. Kedua, mereka diberi pemahaman mengenai perkembangan terorisme di dunia, khususnya ISIS. Ketiga, mereka diberi pengetahuan agar dapat mengidentifikasi gerakan terorisme atau ciri-ciri terorisme, seperti bagaimana cara teroris menyebarkan doktrin. Keempat, diajari hal-hal yang dapat dilakukan untuk membentengi diri agar tidak terpengaruh oleh gerakan radikal.
Setelah para duta dilatih, BNPT bekerjasama dengan kepala daerah agar duta antiterorisme dapat melaksanakan tugasnya dan menjangkau hingga struktur terkecil masyarakat. Dengan seperti itu, BNPT tidak hanya mengajari siswa untuk berorganisasi, namun juga mengajarkan siswa untuk ikut terlibat dalam pengawasan demi pencegahan terorisme di Indonesia yang lebih maksimal. Dengan adanya duta antiterorisme ini, diharapkan perkembangan terorisme khususnya ISIS di Indonesia dapat ditekan.
Kita sebagai pemuda Indonesia pemegang masa depan bangsa harus bisa menjaga Indonesia dari pengaruh ISIS yang akan membawa negeri ini ke keadaan yang lebih buruk. Kita perlu meningkatkan pengetahuan tentang gerakan radikal yang membahayakan keamanan negeri. Jangan sampai mudah terpengaruh oleh gerakan yang mengajarkan kegiatan radikal dengan mengatasnamakan agama.
“Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncangkan dunia.” Kalimat Ir. Soekarno ini sangat benar dan menunjukkan betapa pentingnya peran pemuda untuk kemajuan suatu negara. Dari itulah, mari kita cegah perkembangan gerakan ISIS ini di tanah air tercinta, karena telah bertentangan dengan ideologi kita serta berbahaya untuk masa depan bangsa. Ingat, kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?
Penulis : Ajeng Ratmawati
SMA Negeri 10 Samarinda