Indonesia sering dihadapkan pada tantangan yang kompleks dalam menjaga harmoni dan kesatuan di tengah perbedaan keyakinan. Perdebatan seputar agama dan budaya lokal, penolakan terhadap pembangunan tempat ibadah, hingga pertentangan dalam urusan pemimpin publik, semuanya menjadi bagian dari realitas yang kita hadapi.
Namun, apakah ada cara untuk mengatasi gesekan ini tanpa mengorbankan nilai-nilai agama dan keragaman budaya? Di sinilah konsep moderasi beragama muncul sebagai sebuah solusi yang menarik, menjanjikan sebuah jalan tengah yang memungkinkan kita untuk menjaga kebebasan beragama, menghormati perbedaan, dan mendorong harmoni sosial dalam keberagaman.
Kita sering kali melihat situasi di mana umat beragama berbenturan dengan ritual budaya lokal, menolak pembangunan rumah ibadah, atau bahkan menolak pemimpin publik hanya karena perbedaan agama. Konflik-konflik semacam ini membawa kita pada pertanyaan: Bagaimana kita seharusnya menyikapinya?
Membungkam pertentangan ini bukanlah solusi, karena itu akan melanggar kebebasan ekspresi beragama. Namun, membiarkannya berkembang tanpa kendali juga berpotensi membahayakan persatuan dan kesatuan, terutama karena isu agama sangat sensitif.
Moderasi agama, merupakan solusi dari konflik-konflik yang kini banyak mengatasnamakan agama. Lantas apakah yang di maksud dengan moderasi beragama?
Mengenal lebih dekat istilah “moderasi” yang berasal dari bahasa Latin yang berarti “tidak berlebihan atau sedang”. Dalam konteks agama, moderasi beragama mengacu pada sikap mengurangi kekerasan atau menghindari ekstremisme dalam praktik dan pandangan keagamaan.
Keragaman adalah keniscayaan dalam masyarakat, terutama dalam konteks agama. Namun, perbedaan pandangan yang tajam seringkali memunculkan potensi konflik. Untuk mengelola hal ini, penting bagi kita untuk memahami bahwa kebenaran esensial agama hanya diketahui oleh Tuhan.
Banyak konflik yang terjadi sebenarnya berasal dari perbedaan tafsir agama yang dihasilkan oleh manusia, bukan dari esensi agama itu sendiri. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menghargai keragaman tafsir dan pandangan, serta tidak terjebak dalam ekstremisme atau intoleransi atas nama agama.
Lantas, mengapa moderasi beragama itu menjadi solusi? Moderasi beragama adalah solusi untuk menciptakan kerukunan, harmoni sosial, dan menjaga kebebasan dalam menjalankan kehidupan beragama. Karena dengan moderasi beragama manusia akan dapat lebih menghargai keragaman tafsir dan perbedaan pandangan, serta menghindari ekstremisme, intoleransi, dan kekerasan atas nama agama.
Dengan menerapkan moderasi beragama, kita dapat menjaga Indonesia tetap damai, beragam, dan bersatu. Ini bukanlah soal beragama setengah-setengah, liberal, atau tidak konsisten, melainkan tentang menciptakan ruang bagi semua orang untuk menjalankan kehidupan beragama mereka dengan damai, menghormati perbedaan, dan mencapai kesepakatan bersama untuk kemaslahatan umum.
Semangat moderasi beragama adalah upaya untuk menemukan titik tengah antara dua kutub ekstrem dalam praktik beragama. Di satu sisi, ada kelompok yang fanatik dengan keyakinannya sendiri, menegaskan satu tafsir agama sebagai mutlak kebenaran, dan menganggap yang lain sebagai sesat. Di sisi lain, ada yang cenderung mengabaikan nilai-nilai agama demi mengejar toleransi yang berlebihan. Kedua sikap ini perlu diselaraskan melalui moderasi beragama yang bijaksana.
Moderasi beragama adalah tanggung jawab bersama. Tidak cukup jika hanya beberapa individu atau institusi saja yang melakukannya. Kerjasama dari berbagai sektor, termasuk masyarakat, pendidik, ormas keagamaan, media, politisi, dan birokrasi, sangat diperlukan untuk menciptakan kerukunan yang berkelanjutan. Sebagai jati diri bangsa, moderasi beragama memperkuat karakter Indonesia yang religius, santun, dan toleran terhadap keragaman. Kesadaran akan pentingnya moderasi beragama menjadi pondasi yang kokoh dalam membangun ke-Indonesia-an yang kuat dan harmonis.