Rohis (Rohani Islam) di setiap sekolah menengah sudah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan sebagai penunjang kegiatan siswa. Rohis merupakan kegiatan ekstrakurikuler dalam bidang dakwah yang cukup banyak peminatnya di sekolah. Meskipun demikian, beberapa penelitian menunjukkan, bahwa Rohis di banyak sekolah menjadi pusat penyemaian intoleransi dan menjadi media penyebaran paham keagamaan radikal-konservatif di sekolah. Hal ini dikuatkan oleh hasil penelitian dari PPIM UIN Jakarta dan UNDP Indonesia (2018), dalam ranah ...
Read more 1 Damai
Slogan “Islam Yes, Kafir No” menjadi perbincangan hangat publik. Bermula dari kejadian di SDN Timuran Kota Yogyakarta, ketika seorang pembina Pramuka mengajarkan yel-yel anak soleh yang diakhiri dengan kalimat “Islam Yes, Kafir No”. Salah seorang wali murid yang mendengarnya pun mengadukan hal itu ke pihak sekolah. Kabar itu pun sontak viral di tengah masyarakat. Bagi orang yang 10 tahun terakhir tinggal di Yogkarta, yel-yel anak soleh yang disisipi slogan “Islam ...
Read more 1 Pendidikan merupakan tuntunan di dalam hidup anak-anak, artinya pendidikan akan menuntun segala kekuatan kodrat pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatkan mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Hidup tumbuhnya anak-anak itu sebagai makhluk, sebagai manusia, sebagai benda hidup, dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kekuatan kodrati yang ada pada anak-anak itu segala kekuatan di dalam hidup batin dan hidup lahir. Terlihat dari pemikiran di atas bahwa anak ...
Read more 1 Praktek intoleransi semakin meningkat di lingkungan sekolah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dunia pendidikan kita acap kali terinfeksi oleh intoleransi agama. Survei Kemenristekdikti menyebutkan 23,4 persen siswa SMA siap berjihad menegakkan khilafah islamiyah. BIN dalam survei 2017, menyebut sebanyak 39 persen dari 15 provinsi terpapar radikalisme. Semua penelitian menunjukkan, bahwa sejak 2016 intoleransi agama di sekolah semakin meningkat. Adalah suatu fakta, bahwa radikalisme di dunia modern itu bersifat acak, global, dan ...
Read more 2 Manusia yang tercerahkan, bukan manusia yang merendahkan. Itulah salah satu output utama dari proses penyelenggaraan pendidikan. Baik pendidikan di sekolah, maupun pendidikan di rumah. Manusia yang telah mengalami pencerahan niscaya akan memancarkan kebaikan dalam kesehariannya. Dia menjadi sumber inspirasi dan teladan. Sebaliknya, pendidikan yang gagal akan menciptakan manusia-manusia yang gemar merendahkan. Ilmu yang didapatkan bukan semakin mendekatkan dirinya kepada tuhan sehingga bisa mengimplementasikan sifat-sifat tuhan. Tetapi justru menjadikannya sebagai orang ...
Read more 1 Seorang pembina Pramuka mengajarkan yel-yel bernuansa agama ketika praktek kursus mahir lanjutan (KML) yang diadakan Kwarcab Pramuka Kota Yogyakarta di SD Negeri Timuran, Kota Yogyakarta pada Jumat (13/1), sebagaimana diberitakan Kumparan (13/1). Diketahui bahwa yel-yel tersebut adalah dalam bentuk tepuk pramuka Islam Yes, Kafir No. Meskipun yel-yel tersebut spontanitas dari salah satu pembina Pramuka, tetapi peristiwa ini cukup berpotensi menumbuhkan benih-benih intoleransi. Intoleransi dalam lembaga pendidikan perlu mendapatkan perhatian khusus, ...
Read more 1 Dalam khazanah budaya Jawa, toleransi sering disepadankan dengan istlah “tepa slira” atau lebih tepatnya “tepa sarira.” Istilah ini sebenarnya lebih mengacu pada sebentuk sikap untuk tahu diri, tepa berarti kenal dan sarira berarti diri. Secara normatif hal ini berkaitan dengan kesadaran akan orang lain yang akan tumbuh ketika orang sadar akan diri sendiri. Tentang tepa sarira atau sikap etis mengenal diri sendiri yang berujung mengenal orang lainnya dan teranyamnya keberagaman ...
Read more 0 Potensi intoleransi agama di sekolah bukanlah tema diskusi anyar. Imam Tolkhah misalnya, ia sudah meneliti potensi intoleransi keagamaan di sekolah pada tahun 2013. Salah satu hasil penelitiannya ia menulis bahwa terdapat sebagian siswa yang memiliki potensi intoleransi keagamaan. Di antara indikasinya adalah mereka memberikan dukungan pada kelompok-kelompok yang berperilaku diskriminatif, tidak memberikan penghargaan, tidak menghendaki eksistensi pihak lain yang memiliki paham atau aliran keagamaan berbeda. Potensi intoleransi secaman ini merupakan ...
Read more 1 Penyangkalan dan penegasian terhadap liyan adalah dua sikap yang menghinggapi sebagian besar anak bangsa saat ini. Penyangkalan ini terlihat dengan menganggap bahwa hanya kelompoknya saja yang benar, yang lain adalah salah. Akibatnya, penegasian terhadap orang/kelompok lain dengan memberikan cap kafir, sesat, bidah, masuk nereka, sembari diiringi tindakan ujaran kebencian, hoax, caci-maki menjadi hal yang lumrah dijumpai, terutama di media sosial. Kedua sikap ini mengakibatkan dis-harmoni: kedamaian rusak, rasa persaudaraan hilang, ...
Read more 2 Intoleransi dan radikalisme menjadi bagian penting dalam dunia pendidikan. Hal tersebut melahirkan adanya bibit-bibit ekstrimisme di sekolah. Adanya ekstrimisme tersebut berasal dari sikap intoleran atas keragaman dan realitas sosial di sekelilingnya. Atas fenomena ini memunculkan pandangan pribadi dijadikan sebagai model yang dipaksakan kepada orang lain. Hal inilah melahirkan ekstrimisme. Penelitian yang dilakukan Setara Institut menunjukkan bahwa mayoritas siswa dalam kisaran 61 % menunjukkan sifat toleran pasif. Jumlah tersebut dari 760 ...
Read more 1