Selasa, 26 November, 2024
Informasi Damai
sara

sara

Pasca Pemilu 2019 : Mewujudkan Kerukunan dalam Persaudaraan Berbangsa

Narasi
Tepat pada tanggal 17 April 2019, Indonesia telah melakukan Pemilihan umum Presiden, DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi, DPRD Kab/Kota, yang sejatinya akan menjadi penentu gerak laju Indonesia ke depannya. Pada momen inilah seharusnya kita saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya. Karena ini menjadi bentuk solidaritas yang kuat kepada dunia, bahwa Indonesia damai dan mendamaikan. Dengan perilaku yang demikian tidak menutup kemungkinan akan bisa terwujud perdamaian yang sebenarnya. Pun, ...
Read more 3

Rekonsiliasi Harga Mati!

Rekonsiliasi Harga Mati!
Narasi
Meskipun berbeda pilihan politik dalam pesta akbar demokrasi yang pada tanggal 17 April 2019 telah diselenggarakan pencoblosan untuk capres/cawapres dan anggota legislatif, sejatinya tidak menjadikan perpecahan dan ketidakharmonisan antar sesama warga. Sebaliknya, hajatan nasional setiap lima tahun sekali ini merupakan ajang konsolidasi bangsa di bawah naungan demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila merupakan paham yang dijiwai dan disemangati oleh sila-sila Pancasila. Dasar dari demokrasi Pancasila ialah kedaulatan rakyat, sebagaimana dimaksud dalam pembukaan ...
Read more 0

Pasca Pemilu: Membangun Kerukunan untuk Meredam Kebencian

Narasi
Setiap orang pasti memiliki cara sendiri-sendiri untuk bersikap dan bertingkah laku. Tetapi yang harus dimengerti ialah bagaimana kita bersikap dewasa dalam menyikapi segala hal. Pun dengan momen setelah pemilihan presiden 2019 sekarang ini. Dalam hal ini kita diharuskan untuk memiliki akal yang sehat dalam menyikapi siapa yang menang dan yang kalah. Dengan kata lain, kita yang kalah harus bersikap lapang dada, dan yang menang harus siap dengan tantangan barunya, yaitu ...
Read more 0

Pesta Demokrasi 2019: Letakkan Persaudaraan di Atas Pilihan Politik

Pesta Demokrasi 2019: Letakkan Persaudaraan di Atas Pilihan Politik
Narasi
Pemilihan umum sebagai manifestasi demokrasi akan dilaksanakan secara serentak 17 April 2019. Beberapa bulan sebelumnya, para kandidat –baik itu capres/cawapres, calon legislatif, partai politik –sibuk berkampnye di satu sisi. Hal yang sama, masyakarakat juga mempromosikan jagoannya kepada khalayak ramai di sisi yang lain. Dalam proses panjang ini, tak jarang ekses-eksis negatif terjadi. Upaya menjatuhkan lawan, black campign, hoax, provokasi, ujaran kebencian, bahkan fitnah, tumbuh subur di tengah masyarakat, terutama di ...
Read more 1

Merawat Pancasila, Meruntuhkan Nasionalisme “Tribal”

Nasionalisme pada dasarnya memiliki pemaknaan yang baik, bahkan harus dimiliki setiap warga negara agar mencintai negaranya. Secara arti, nasionalisme merupakan paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri, tanpa memandang dia dari suku, agama dan kebudayaan tertentu; masyarakat yang mencintai bangsanya juga ikut berperan andil dalam menjaga kehidupan yang adil dan damai. Nasionalisme menjadi barang rapuh ketika nasionalisme didasari pada sifat kesukuan (tribal). Maksudnya Nanaslime tribal merupakan berasal dari kesadaran dari sukuisme yang diperluas dengan komitmen untuk menyatukan semua orang yang memiliki darah yang sama atau asal-usul rohani yang sama (agama) untuk menandai pembeda “bangsa” di atas semua yang lain. Nasionalisme tribal akan mengakibatkan negara hanya mengayomi masyarakat mayoritas dan menindas masyarakat minoritas. Ironinya lagi, ketika agama tertentu dijadikan alasan nasionalisme tanpa melihat bahwa sifat nasionalisme harus dimiliki semua masyarakat tanpa terkecuali, maka akan mudah terjadinya peperangan atas nama kelompok bahkan agama tertentu. Meningkatnya nasionalisme “tribal” sangat kita rasakan saat kampanye akhir-akhir ini, di mana para politisi secara agitasi para politisi. Bahkan meraka memanfaatkan masyarakat yang memiliki nasionalisme “tribal” untuk kepentingan-kepentingan mereka sendiri, bahkan secara nyata para politisi ini mengabaikan kepentingan negara ini, terlebih negara ini merupakan negara kesatuan dari beberapa suku, agama dan ras. Agitas-agitasi yang menggunakan nasionaslime tribal telaah menciderai dasar negara Indonesia, Pancasila, di mana dasar negara telaah mengayomi semua masyarakat tanpa melihat siapa dirinya. Sebab Pancasila menerapkan prinsip kemanusiaan dan musyawarah; dua titik poin ini merupakan nilai yang tidak bisa diubah dalam menjalankan kehidupan berbangsa Indonesia. Kita tengok awal berdirinya Negara Indonesia, para pendiri bangsa tidak mementingkan nasionalisme “tribal”, ini sangat terlihat di mana pergulatan menganai sila pertama; apa harus menggunakan tujuh kata yang lebih mengarah kepada agama tertentu atau tidak. Dengan pertimbangan segala kepentingan, para pendiri lebih mengutamakan musyawarah dan kemanusiaan, di mana sila pertama yang bisa mengayomi semua masyarakat tanpa melihat apa keyakinannya tersebut. Tindakan para pendiri bukan bukan sebuah kekalahan melainkan titik awal kemenangan dalam ajaran Islam itu sendiri. Sebab ajaran Islam pada dasarnya adalah keselamatan kepada seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Saat ajaran agama, melukai sedikit pun dalam kehidupan, bahkan melukai binatang, maka cara beragama patut dipertanyakan. Penulis tidak perlu menunjukkan dalil atau sejenisnya, sebab dalam beberapa literatur al-Quran dan Hadits menunjukkan bahwa keutamaan Islam adalah menjaga persaudaraan dan perdamaian. Dengan kehadiran Pancasila dengan mengedepankan rasa kemanusiaan, mengayomi semua perbedaan tetapi nilai-nilai Pancasila berlandaskan pada Ketuhanan yang Maha Esa. Landasan ini sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Karena, Tuhan ada kebenaran yang sejati, kebenaran yang murni. Mencapai kebenaran dalam kehidupan umat manusia sangat terlihat, salah satunya tanda adalah kebenaran itu dapat mengayomi semua perbedaan, tanpa melihat siapa dia, agamanya, sukunya serta bentuk wajahnya. Para pendiri menyadari bangsa Indonesia tidak hanya dibangun dan diperjuangkan satu suku semata, tetapi negara Indonesia diperjuangkan semua masyarakat dengan semangat kemerdekaan yang sama. Kita tidak bisa membayangkan, bila sila pertama dengan tujuh katanya tetap dipertahankan maka negara Indonesia bukan lagi menjadi negara yang demokrasi tetapi negara yang berdasarkan kepada agama atau suku tertentu. Selepas itu, di masa tenang dalam kampanye pemilu yang melelahkan ini, mari kita merawat dan menguatkan Pancasila pada setiap individu masyarakat terkecuali. Yang terpenting dalam merawat Pancasila adalah adanya suri tauladan para elitik negara, mereka harus memberikan contoh bagaimana kehidupan berbangsa yang mengayomi semua masyarakat tanpa suku atau agamanya. Para elite negara merupakan cerminan bagaimana kehidupan masyarakat yang dibawahnya, bila mereka mengendepankan nasionalisme tribal dalam menjalankan negara, maka masyarakat akan menjadi terkotak-kotak. Bila hal ini terjadi maka akan mudahnya terjadi konflik yang diterjadi karena kesenjangan sosial. Oleh karena itu, merawat Pancasila tetap menjadi ideologi Negara Indonesia, maka sama halnya menjadi merawat Indonesia tetap majemuk dan damai dalam perbedaan.
Narasi
Nasionalisme pada dasarnya memiliki pemaknaan yang baik, bahkan harus dimiliki setiap warga negara agar mencintai negaranya. Secara arti, nasionalisme merupakan paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri, tanpa memandang dia dari suku, agama dan kebudayaan tertentu; masyarakat yang mencintai bangsanya juga ikut berperan andil dalam menjaga kehidupan yang adil dan damai. Nasionalisme menjadi barang rapuh ketika nasionalisme didasari pada sifat kesukuan (tribal). Maksudnya Nanaslime tribal merupakan berasal dari kesadaran ...
Read more 2

Pemilu 2019; Damai dan Bersaudara dalam Demokrasi Pancasila

Pemilu 2019; Damai dan Bersaudara dalam Demokrasi Pancasila
Narasi
Pemilu 2019 menjadi momentum bersejarah bagi bangsa Indonesia dalam perjalanan mematangkan demokrasi. Pada 17 April 2019, bangsa ini menggelar pesta demokrasi secara serentak, yakni memilih secara langsung anggota DPR, DPD, DPRD, juga presiden dan wakil presiden. Ini pemilu serentak pertama dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia dalan berdemokrasi. Meski menjadi momentum kompetisi atau kontestasi politik, semua pihak berharap pemilu tetap berlangsung sejuk dan damai. Penyelenggara pemilu dan peserta pemilu mendeklarasikan pemilu ...
Read more 2

Berbeda Pilihan Politik, Tetap Bersaudara

Berbeda Pilihan Politik, Tetap Bersaudara
Narasi
Hajatan politik lima tahunan Pemilu serentak mencapai puncaknya pada 17 April 2019. Dalam momentum ini, kita akan bersama-sama menentukan siapa yang layak menduduki kursi presiden, wakil presiden, dan orang-orang yang duduk di parlemen baik di tingkat nasional maupun daerah. Tentu saja, kita berharap Pemilu bukan hanya berlangsung secara lancar tanpa ada huru-hara dan konflik, tetapi juga tetap bersaudara dalam khazanah kebhinnekaan dalam menentukan pilihan politik. Rawan Konflik Bahwasanya tahun 2019 ...
Read more 2

Pemilu 2019: Berpartisipasi Dan Bersaudara Walau Berbeda

Pemilu 2019: Berpartisipasi Dan Bersaudara Walau Berbeda
Narasi
Kontestasi Demokrasi yaitu Pemilu 2019 akhirnya mencapai fase puncak pada 17 April 2019. Hari tersebut menjadi pertaruhan bagi demokrasi Indonesia, baik oleh konstestan maupun penyelenggara. Pertaruhan kontestan berupa kemenangan sesuai target yang diharapkan. Sedangkan pertaruhan penyelenggara berupa kesuksesan dan partisipasi pemilih. Partisipasi memang merupakan hak bukan kewajiban politik. Namun demi keterpanggilan penentuan nasib bangsa, partisipasi mestinya menjadi prioritas warga. Pemilu 2019 ini perdana sebagai pemilu serentak antara Pileg dan Pilpres. ...
Read more 1

Merayakan Demokrasi, Memperkuat Persaudaraan

Merayakan Demokrasi, Memperkuat Persaudaraan
Narasi
Puncak perayaan demokrasi di Indonesia sebentar lagi hadir. Dalam beberapa hari ke depan, rakyat Indonesia akan mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan menggunakan hak pilihnya untuk mencoblos calon presiden dan calon anggota legistatif 2019-2024. Berdasarkan data dari KPU, total pemilih di dalam negeri 190.779.969 jiwa. Sementara pemilih di luar negeri 2.086.285 jiwa. Jutaan pemilih ini memiliki tujuan yang sama, mendapatkan pemimpin yang mumpuni agar rakyat Indonesia semakin makmur dan sejahtera. ...
Read more 2

Kisah Generasi Millennial Gunung Lemongan: Menjaga Alam dan Mengamalkan Pancasila

Kisah Generasi Millennial Gunung Lemongan: Menjaga Alam dan Mengamalkan Pancasila
Narasi
Pada tanggal 07 April, penulis bersama dengan para penggerak komunitas Gusdurian se-Jawa timur melakukan penanaman pohon perintis di Gunung Lemongan Lumajang Jawa Timur. Gunung Lemongan setelah masa reformasi banyak dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Ditebang atau dibakar kerap dilakukan oleh segelintir orang untuk memperkaya diri. Tindakan perusakan hutan Lemongan tersebut mengakitbatkan sumber air di ranu mulai hilang. Gunung lemongan adalah gunung yang unik daripada gunung pada umumnya. Gunung berapi ...
Read more 0