Deradikalisasi dan Upaya Memurnikan Nilai Utama Agama

Deradikalisasi dan Upaya Memurnikan Nilai Utama Agama

- in Keagamaan
3185
0

Deradikalisasi kembali popular setelah isu terorisme di tanah air marak, dimana hal itu kerap dianggap sebagai efek dari pemahaman yang ekstrim di kalangan umat beragama terhadap teks-teks suci agama. Aksi terorisme yang umumnya dilakukan oleh umat Islam beberapa tahun terakhir juga telah menyeret asumsi kita yang sering mengidentikkan Islam sebagai terorisme, padahal Islam sangat menentang kekerasan dan perusakan di muka bumi.

Ide deradikalisasi sendiri muncul sebagai upaya membendung arus radikalisme, sebagai sebuah gagasan dengan cakupan yang besar, tentu kehadirannya menuai banyak reaksi, ada yang setuju namun ada pula yang menolak.

Suara sumbang terkait deradikalisasi kebanyakan muncul karena kekurang pahaman terhadap konsep yang dimaksud, sehingga deradikalisasi kerap dipahami secara salah sebagai upaya untuk mengikis habis pemikiran dan khazanah Islam yang kini sedang berkembang dan tumbuh subur di tanah air. Bahkan tidak sedikit yang menilai bahwa implementasi deradikalisasi telah menumbuhkan bara permusuhan karena menjadikan kelompok ekstrim sebagai sasaran penangkapan.

Kasalahan dalam memahami deradikalisasi akhirnya berujung pada munculnya wacana untuk menghentikan upaya deradikalisasi ini.

Terdapat beberapa hal yang perlu digaris bawahi terkait dengan deradikalisasi agar untuk mendapat pemahaman yang utuh dan komprehensif terkait deradikalisasi, yakni;

  1. Akhir-akhir ini muncul beberapa kelompok beragama yang terkesan ekslusif dalam menterjemahkan teks-teks Islam dengan mengabaikan unsur-unsur penting yang harus dipertimbangkan dalam bersikaf dan bermuamalah dengan sesama manusia;
  2. Terdapat kelompok yang cenderung menempuh jalan pintas dan kekerasan dalam mencapai tujuannya tanpa mempertimbangkan dampak sosial yang diakibatkan atas tindakan dimaksud ;
  3. Maraknya propaganda-propaganda baik melalui media sosial maupun secara langsung yang mengajak bergabung ke dalam kelompoknya, sementara kelompok ini bukan saja menyelewengkan nilai-nilai positif agama, tetapi juga cenderung mempersempit pemahaman terhadap agama. Yang lebih menyedihkan lagi, kelompok ini cenderung membatasi partisipasi setiap orang untuk memiliki akses yang lebih luas untuk memahami agama secara komprehensif.

Ketiga hal di atas merupakan latar dari munculnya fenomena radikalisme dalam beragama, akibatnya pemahaman tersebut bukan saja menimbulkan tindak kekerasan terhadap lawannya tetapi juga telah memecah belah umat. Lebih parah lagi karena sikap mereka yang sudah terkontaminasi dengan pemahaman yang eksklusif, menganggap pemahamannya adalah yang paling benar dan menilai orang lain yang tidak sejalan dengan pemikirannya adalah salah.

Fenomena ini, bukan saja berdampak negatif terhadap agama, tetapi juga telah menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat yang terus-terusan diadu domba dengan ajakan-ajakan permusuhan dan penghancuran.

Deradikalisasi karenanya memiliki point yang sangat penting dalam mengembalikan pemahaman yang hakiki tentang sebuah keyakinan. Islam misalnya, sebagai agama yang mengajarkan kebaikan, kedamaian, dan kesejahteran serta kerukunan dan toleransi, sudah barang tentu bahwa pemeluk Islam adalah orang yang melakukan ajaran-ajaran agung itu, bukan sebaliknya.

Dalam konteks itu, deradikalisasi di sini tidak lebih dari upaya menuju pemahaman terhadap teks-teks suci agama yang lebih original, atau dalam istilah lain تأصيل القيم الإسلامية (ta’silu alqiyami al islami) atau upaya untuk memurnikan nilai-nilai asli agama tanpa dengan menonjolkan sisi-sisi kemaslahatan bersama dan menghindari sisi-sisi kemudharatan yang berakibat fatal bagi semua orang. Tujuannya agar agama yang kita yakini mampu memberikan kemaslahatan umum atau menjadi rahmat bagi setiap mahluk Tuhan di muka bumi ini.

Wallahu’a’lam

Facebook Comments