Pada saat menghadapi tantangan global yang semakin kompleks, pembentukan karakter generasi milenial yang menjunjung tinggi perdamaian, moderasi, dan nasionalisme menjadi esensial bagi stabilitas dan kemajuan negara. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memiliki peran strategis dalam membentuk paradigma dan sikap generasi muda Indonesia dalam menghadapi ancaman terorisme dan ekstremisme.
Sejak didirikan tahun 2010, BNPT terus merespon serentetan aksi terorisme yang mengguncang Indonesia pada dekade sebelumnya. Sebut saja beberapa kasus seperti penangkapan Aman Abdurrahman yang merupakan tokoh teroris terkemuka di Indonesia. Ia menjadi pemimpin beberapa jaringan terorisme di sejumlah negara. Kemudian penyelesaian kasus Bom Surabaya tahun 2018, yang meledakkan 3 gereja sekaligus. Serangan itu dilakukan oleh sebuah keluarga yang terlibat dalam jaringan teroris. Lebih dari 20 orang tewas dalam serangan tersebut. BNPT dan aparat keamanan lainnya berhasil menangani kasus ini dan mengungkap hubungan keluarga dengan jaringan teroris.
Masih banyak kasus terorisme dan radikalisme yang berhasil diungkap oleh BNPT sebagai lembaga anti-teror di Indonesia. Dengan usia yang ke-13 pada tahun ini, BNPT ingin berbuat lebih dalam Upaya menjaga keamanan negara dari terorisme, radikalisme, dan sejumlah kekerasan yang diakibatkan langsung oleh perbedaan.
Kini BNPT ingin merambah pada literasi terorisme ke generasi milenial dan Gen Z. Dua generasi yang digadang-gadang akan meneruskan perjuangan bangsa Indonesia ke kancah yang lebih tinggi lagi. Sebagai lembaga terdepan yang mengupayakan segala bentuk pencegahan terorisme dan radikalisme di Indonesia, BNPT ingin memangkas akar dari terjadinya terorisme. Sehingga pemikiran-pemikiran yang ada dalam penerus bangsa, harus ditata sebaik mungkin untuk bersatu dan membentuk sistem nasionalisme yang kuat.
4 Langkah Cerdas BNPT
Dalam upaya mencegah terorisme dan radikalisme, BNPT mengupayakan berbagai hal untuk mengedukasi generasi milenial. Beberapa program diantaranya bersentuhan langsung dengan kerjasama beberapa pihak. Pertama, BNPT melakukan kolaborasi dengan perguruan tinggi dan lembaga pendidikan. BNPT menjalin kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi dan lembaga pendidikan untuk menciptakan kurikulum yang berfokus pada pencegahan terorisme dan pemahaman terhadap ancaman radikalisme. Dosen dan tenaga pendidik dilibatkan secara aktif dalam proses ini, memastikan materi yang disampaikan relevan dan efektif dalam menumbuhkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air.
Kedua, penerapan teknologi dan media sosial. Teknologi dan media sosial memiliki pengaruh besar dalam membentuk pola pikir generasi milenial. BNPT menyadari potensi ini dan menggunakan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan pesan perdamaian, moderasi, dan nasionalisme. Konten-konten yang menarik dan edukatif disebarkan secara luas, menggerakkan gerakan online untuk menolak ajaran terorisme dan radikalisme.
Ketiga, membuat program kreatif yang melibatkan generasi milenial. BNPT merancang program-program kreatif yang menarik perhatian generasi milenial, seperti festival seni dan budaya, kompetisi film pendek, dan kegiatan-kegiatan bersama tokoh-tokoh inspiratif. Pendekatan yang menyenangkan dan inspiratif ini bertujuan untuk mengajak generasi muda menyatu dengan nilai-nilai luhur kebangsaan, sehingga mereka memiliki kesiapan untuk menolak ajakan terorisme dan ekstremisme.
Keempat, kemitraan internasional dalam pencegahan terorisme. BNPT menjalin kemitraan dengan lembaga pencegahan terorisme di negara lain guna belajar dari pengalaman mereka dan bertukar informasi mengenai praktik terbaik dalam pencegahan terorisme. Kolaborasi ini memberikan wawasan yang lebih luas tentang bagaimana karakter generasi milenial dapat dibentuk secara efektif dengan mempertimbangkan tantangan dan dinamika global.
Tantangan 13 Tahun BNPT
Meskipun langkah yang dilakukan oleh BNPT memiliki program dan visi yang jelas, namun untuk menjalankan hal tersebut BNPT harus dihadapkan oleh berbagai macam tantangan. Tantangan paling jelas yang harus dihadapi oleh BNPT adalah keterlibatan anggota keluarga dan masyarakat untuk bersama-sama dalam melaksanakan program edukasi.
Program edukasi untuk generasi milenial dan Gen Z memerlukan keterlibatan aktif keluarga dan masyarakat. Namun, dalam beberapa kasus, keluarga atau masyarakat mungkin tidak menyadari atau enggan mengakui radikalisasi yang terjadi di kalangan generasi muda. Hal ini dapat menghambat upaya deradikalisasi karena pendekatan yang efektif memerlukan dukungan dan kerjasama dari lingkungan terdekat generasi muda.
Kemudian BNPT juga memerlukan sumber daya yang memadai untuk melaksanakan program deradikalisasi. Tantangan finansial dan sumber daya manusia dapat mempengaruhi efektivitas program ini. Penganggaran yang terbatas dapat membatasi jangkauan dan kedalaman program serta pelatihan staf yang dibutuhkan untuk menghadapi kasus-kasus radikalisasi yang kompleks.
Maka dalam 13 tahun BNPT memberantas terorisme dan radikalisme di Indonesia, BNPT harus berusaha keras menyelesaikan setiap tantangan untuk mewujudkan langkah yang cerdas mewujudkan Indonesia damai. Hal ini akan memiliki fungsi yang sangat penting, mengingat program Indonesia emas di tahun 2045 juga mencakup pemberantasan terorisme secara nyata di semua bidang.