Orang-orang Nusantara di masa lalu sepertinya memang sudah selesai dengan problem ketuhanan. Pancasila, yang konon digali dari rahim kebudayaan Nusantara sendiri, mencantumkan istilah akan paham ketuhanan orang-orang Nusantara itu sebagai sila pertamanya yang tak akrab dalam istilah agama apapun: “Ketuhanan Yang Maha Esa.” Maka dapat dipertanyakan tentang narasi yang selama ini mengiringi kedatangan agama-agama besar di Nusantara—seperti “Islamisasi,” “Kristenisasi,” dst.—yang seolah-olah orang-orang Nusantara itu adalah orang-orang yang “kurang” dalam beragama, ...
Read more 0 Heru harjo hutomo
Heru harjo hutomo Posts
Tumuwuh tan tumutuh Lamun batine samya jinumbuh Sih kali sing lalis lestantun kaswasih Ros temen tinemu sadu Ati teteg teguh tanggon —Heru Harjo Hutomo Sebagaimana pluralisme, moderasi beragama masih juga dianggap sebagai produk dari liberalisme dalam politik maupun kapitalisme dalam ekonomi yang identik dengan sekularisme. Pada dasarnya anggapan ini tak sepenuhnya keliru. Satu hal yang mesti dipahami adalah bahwa daya hidup dari liberalisme, utamanya kapitalisme, adalah mengkooptasi apapun yang ...
Read more 0 Peristiwa 9/11 konon adalah tonggak di mana dunia global tengah didera oleh gelombang deprivatisasi agama. Setelah sekian lama agama diletakkan di tempat sunyi oleh sekularisme, kemudian agama, pada banyak bidang kehidupan, seperti mendapatkan ruangnya kembali yang pernah tersisih oleh perkembangan sains dan teknologi di abad modern. Sekularisme memang sangat tepat ketika menyisihkan agama sekedar di ruang-ruang privat ketika yang menjadi dasar adalah efektifitas dalam mengelola perbedaan, atau dengan kata lain ...
Read more 0 Filsafat adalah sebuah disiplin ilmu yang konon mampu menciptakan pribadi-pribadi yang terkesan “songong.” Tempatkan, seumpamanya, seorang ahli filsafat untuk ngomong, sudah pasti segala tema akan ia lahap secara tamak. Atau setidaknya, ia akan mampu membuat goyah bangunan tema-tema pembicaraan yang beraneka macam. Karena itulah sikap defensif yang muncul dari para ahli ilmu di luar filsafat adalah sekiranya ingin menjadi spesialis jangan pernah belajar atau bahkan menjadi ahli filsafat. Pada ranah ...
Read more 0 Lamun kalbu wus tamtu Anungku mikani kang amengku Rumambating eneng ening awas eling Ngruwat serenging rerengu Urubmu kedhap ing panon —Heru Harjo Hutomo Dalam kebudayaan Jawa dikenal banyak istilah yang sekilas adalah hal-hal yang tak sesuai dengan logika ilmiah—yang tentu saja sangat diagung-agungkan oleh kalangan yang memandang tradisi sebagai sebentuk kekunoan. Beberapa istilah itu adalah “wijining atapa tedhaking andana warih,” “putune Mbahe” atau “titisaning Mbahe.” Tentu saja istilah-istilah itu seolah ...
Read more 0 Wong Jawa nggone semu Sinamun ing samudana —Serat Wedhatama Terdapat sebuah lelucon tentang perempuan “nakal” dalam kebudayaan Jawa yang dilembutkan, dan bahkan sekejap dapat menerbangkan perasaan seseorang. Taruhlah pujian “pintar” atau “mahir” pada seorang perempuan yang secara moral dianggap “nakal,” ternyata pujian ini bukanlah semata pujian, namun sebuah sindiran atau pasemon pada seorang “lonthe” yang dalam bahasa Jawa kuno disebut sebagai kaum “pelanyahan” yang berakarkata “lanyah” atau “pintar.” Jawa ...
Read more 0 Ketika ada anggapan bahwa orang kepercayaan, atau yang dulu pernah pula disebut sebagai kaum kebatinan, berbeda atau bahkan bertentangan dengan agama, maka tengoklah Paguyuban Sumarah yang merupakan salah satu aliran di dalamnya. Sebenarnya, dalam tradisi dan sejarah agama sendiri, ketika orang paham akan agamanya, terdapat pula kecenderungan kalangan yang juga mengutamakan sisi kebatinan dari suatu agama. Sebagaimana dalam tradisi agama Islam, kalangan semacam ini dikenal sebagai kalangan sufi atau para ...
Read more 0 Senantiasa, dalam menilai bulan Ramadan yang lekat dengan ibadah puasa dan pemaksimalan ibadah-ibadah lainnya, untuk tak melupakan ibadah-ibadah sosial seakan menjadi identitas para muslim kontemporer. Entah apa kekongkretan anjuran atas nilai-nilai sosial ibadah puasa Ramadan di situ, dan entah apa pula ukuran kekontemporeran pada istilah para muslim kontemporer itu, adalah hal-hal yang patut untuk direnungkan untuk kali pertamanya. Orang butuh belajar pada Kierkegaard, seorang pemikir eksistensial, yang terkenal dengan sinismenya ...
Read more 0 Radikalitas, yang dalam Serat Wedhatama diistilahkan sebagai “durangkara,” konon dapat diantisipasi oleh “ngelmu” yang tak hanya berupa ilmu, teori, atau juga pola pemahaman, namun lebih kepada praksis atau eksperientalisme. “Ngelmu” itulah yang ketemunya semata melalui laku, “Ngelmu iku kelakone kanthi laku.” Dalam kebudayaan Jawa terdapat berbagai macam praksis kebudayaan yang, pada tataran agenda besarnya, berupaya mengestetikakan sebuah eksistensi. Rasa, pada tataran ini, tentu saja adalah parameter dalam rangka estetikasisasi eksistensi ...
Read more 0 Berbeda dengan pemilu atau pilkada yang sudah berlalu, pemilu kali ini tampak aman dari ekspresi-ekspresi yang berpeluang mengoyak keragaman dan pengekangan keleluasaan. Dengan terdapatnya tiga paslon pada tahun ini, secara ideologis, orang-orang yang terbiasa dengan ideologi dan pendekatan politik yang tunggal seakan tak mendapatkan pilihan yang senafas dengan kebiasaannya. Kemenangan telak paslon 02, Prabowo-Gibran, adalah bukti bahwa secara ideologis bangsa Indonesia sudah merasa bahwa ideologi dan pendekatan politik yang tunggal ...
Read more 0