Ada dua jalur yang seringkali dilakukan oleh setiap orang dalam memahami ayat-ayat al-Quran. Pertama ialah jalur perdamaian, yang di dalamnya mengangkut aspek-aspek tentang kasih sayang dan nilai-nilai kerukunan. Dan orang seperti ini biasanya lebih memahami betul bagaimana nilai-nilai kandungan tersebut.
Sedangkan yang kedua ialah jalur peperangan, yang di dalamnya seringkali diartikan sebagai jalan kebenaran untuk dirinya sendiri ataupun golongan, yang sebenarnya merugikan pihak lain. Orang demikian belum memahami betul kandungan al-Quran secara menyeluruh. Karena dirinya hanya memahami bagaimana perdamaian untuk dirinya sendiri, bukan untuk orang-orang yang ada di sekelilingnya.
Naasnya, seringkali orang hanya menggunakan ayat peperangan, tetapi melupakan pentingnya ayat perdamaian untuk kehidupan sehari-sehari. Bahkan, seringkali ayat-ayat peperangan ini digunakan sebagai salah satu kampanye politik untuk menarik kaum-kaum awam agar meminati dirinya. Hingga kaum awam tersebut pasti akan mengamini apa yang ia lakukan tersebut.
Budaya inilah yang seharusnya dihilangkan dalam tatanan kehidupan setiap orang. Sesuatu yang harus disuarakan ialah nilai-nilai perdamaian dan mengurangi konsep peperangan yang seringkali digunakan sebagai tameng untuk diri sendiri. Sebab, kita yang memahami pentingnya nilai tersebut itulah, yang seharusnya menanamkan nilai perdamaian untuk orang-orang belum benar-benar memahaminya.
Hal ini sesuai dengan yang terkandung dalam surat al-Hujuraat, ayat 10, yang mengatakan, Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperilaku adil. Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikan hubungan) antara kedua saudaramu itu, dan takutlah kepada Allah. supaya kamu mendapatkan rahmat.
Dalam ayat ini sangat jelas, bahwa untuk mendapatkan rahmat dari-Nya seseorang diharuskan untuk senantiasa bersikap adil. Baik mereka yang memimpin harus adil dalam memimpin rakyatnya, begitu juga siapapun yang bernafas harus adil dalam bersosialisasi dan hidup bermasyarakat. Karena melalui inilah, keimanan seseorang benar-benar pada tatanan kebaikan untuk saling mengasihi dan mencintai. Hingga dirinya senantiasa mengiblatkan perdamaian dalam setiap langkahnya.
Dengan kata lain, sejatinya adanya agama Islam sejatinya sebagai media untuk mengukuhkan perdamaian, persatuan, keadilan, kesetaraan, hingga mampu mewujudkan kerukunan untuk selalu mendulang kebaikan untuk dirinya sendiri, kepada orang lain, sampai dengan generasi yang akan datang. Sebab, dirinya memahami betul bagaimana menjadi insan yang berguna untuk orang lain dan tentunya dirinya sendiri, dalam berserah diri.
Semua hal kebaikan itu, kembali pada diri kita masing-masing. Bagaimana seseorang menyerahkan dirinya untuk selalu menjadi yang terbaik dalam membangun kerukunan. Karena sejatinya, fitrah dalam diri seseorang yang akan mengiringi dengan nilai keagamaan tersebut. Dengan kata lain, ketika agama mengajarkan kebaikan, maka dirinya pasti akan menyerap kebaikan itu dengan baik dan benar. Sebab, dirinya sudah mengukuhkan jiwanya untuk senantiasa menyuarakan perdamaian tersebut.
Seseorang akan bisa menjadi lebih baik lagi, apabila dirinya bisa memahami dengan benar nilai kandungan ayat-ayat al-Quran tersebut. Dan seseorang akan kehilangan pegangan, apabila dirinya hanya mempelajari setengah-setengah dalam ayat al-Quran tersebut. Sejatinya setiap agama itu mengajarkan kebaikan, bukan kemungkaran. Untuk itu, berdirilah sesuai dengan jalan kebaikan. Agar seseorang bisa menyuarakan perdamaian.
Kembali dalam Fitrah Perdamaian al-Quran
Lahirnya agama Islam dan kitab suci al-Quran sejatinya sebagai media bagi setiap orang untuk saling menjaga dan mengasihi antara satu dengan yang lainnya. Itulah yang harus kita pahami bersama, agama Islam adalah agama yang rahmatal lil alamin. Agama yang berdiri sebagai rahmat bagi setiap orang. Hingga setiap orang bisa menemukan pentingnya kebersamaan, untuk menjalin kerukunan bersama.
Untuk itu, sudah seharusnya kita kembali pada fitrah perdamaian dalam al-Quran. Dengan tujuan, setiap orang bisa mengakrabkan dirinya pada lingkungan yang damai. Tentunya empati dan rasa kasih sayang akan senantiasa tersirat. Yang kemudian akan mengukuhkan solidaritas untuk membangun kebaikan ke depannya.
Suarakan kebaikan yang berasal dari jiwa yang tenang. Jiwa yang diliputi nilai-nilai kerukunan yang terkandung dalam al-Quran. Hingga seseorang akan bisa membangun peradaban yang menyejukkan. Sebuah jalan untuk menuju jalur perdamaian, dan kerukunan bersama. Karena berawal dari cinta dan kasih sayang, kita akan menemukan pentingnya menghargai sesama.