Penangkapan Remaja Terafiliasi ISIS di Gowa : Bukti Nyata Ancaman Radikalisme Digital di Kalangan Generasi Muda

Penangkapan Remaja Terafiliasi ISIS di Gowa : Bukti Nyata Ancaman Radikalisme Digital di Kalangan Generasi Muda

- in Faktual
7
0
Penangkapan Remaja Terafiliasi ISIS di Gowa : Bukti Nyata Ancaman Radikalisme Digital di Kalangan Generasi Muda

Penangkapan seorang remaja berinisial MAS (18 tahun) oleh Tim Densus 88 Antiteror Polri di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, pada Sabtu (24/5), kembali mengingatkan masyarakat Indonesia akan ancaman nyata dari radikalisme yang menyasar generasi muda. MAS diduga kuat terafiliasi dengan jaringan teroris internasional ISIS dan diketahui aktif menyebarkan konten propaganda radikal melalui kanal komunikasi digital – WhatsApp.

Dalam keterangannya, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Densus 88, AKBP Mayndra Eka Wardhana, menjelaskan bahwa MAS merupakan pengelola utama grup WhatsApp bernama “Daulah Islamiah”, yang telah dibuat sejak Desember 2024. Grup tersebut digunakan sebagai wadah penyebaran ideologi kekerasan dan alat cuci otak generasi muda.

Melalui platform digital ini, MAS mengunggah berbagai bentuk konten seperti gambar, video, rekaman suara, hingga tulisan yang mengandung pesan-pesan radikal dan bernuansa ajakan kekerasan. Salah satu yang paling mengkhawatirkan adalah adanya diskusi internal di grup tersebut terkait legitimasi aksi bom bunuh diri berdasarkan doktrin-doktrin ISIS.

Dalam penggerebekan di rumah MAS, petugas menyita sejumlah barang bukti yang diduga kuat digunakan dalam aktivitas terorisme, antara lain sebuah unit sepeda motor dan satu unit ponsel pintar. Ponsel tersebut diyakini sebagai alat utama yang digunakan MAS dalam mengakses dan menyebarluaskan konten radikal kepada para anggota dalam grup tersebut.

Kasus ini memperlihatkan dengan gamblang bahwa penyebaran paham radikal dan ekstremis tidak lagi bergantung pada pertemuan fisik ataupun ceramah tatap muka, seperti yang lazim terjadi pada masa lalu. Kini, ruang-ruang digital—yang seharusnya menjadi media belajar, berkomunikasi, dan berekspresi secara sehat—telah dibajak oleh kelompok-kelompok yang memiliki agenda jahat untuk menyebarkan doktrin mereka secara instan dan cepat.

Dengan hanya berbekal smartphone dan koneksi internet, siapa pun dapat menjadi sasaran ideologisasi teror, termasuk remaja yang secara psikologis masih dalam tahap pencarian jati diri. Hal ini menambah kompleksitas ancaman terorisme di Indonesia dan menuntut adanya pendekatan yang lebih komprehensif dalam menangani masalah ini.

Masyarakat harus diimbau untuk lebih waspada dan tidak bersikap masa bodoh terhadap aktivitas mencurigakan di lingkungan sekitarnya, terutama yang berhubungan dengan penyebaran ideologi kekerasan. Bila menemukan konten atau perilaku yang menjurus pada tindakan ekstrem, segera laporkan kepada pihak berwenang. Terorisme adalah musuh bersama dan hanya bisa dihadapi dengan kerja sama dan kesadaran kolektif dari seluruh elemen bangsa.

Internet dan media sosial menjadi alat propaganda yang sangat efektif bagi kelompok teroris karena memiliki jangkauan luas, bersifat anonim, dan sulit dipantau secara menyeluruh. Terlebih, konten-konten radikal seringkali dikemas dengan narasi yang persuasif, menggunakan pendekatan agama, perjuangan, dan ketidakadilan sosial untuk menarik simpati dan membangun rasa solidaritas di antara pengguna muda. Bila tidak adakemampuan literasi digital yang memadai, remaja seperti MAS akan sangat rentan terjerat ideologi kebencian.

Penangkapan MAS di Gowa menjadi bukti nyata bahwa radikalisme dapat menyasar siapa saja, bahkan anak muda yang baru menginjak usia dewasa. Dunia digital yang seharusnya menjadi ruang tumbuh kembang generasi muda justru bisa menjadi medan pertempuran ideologi jika tidak dikendalikan dengan bijak. Kita tidak boleh lalai. Masa depan bangsa ada di tangan anak muda, dan tanggung jawab untuk menjaga mereka dari pengaruh destruktif ideologi radikal yang memecah belah adalah tugas bersama yang tidak bisa ditunda.

Facebook Comments