Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui riset terbarunya pada tahun 2023 menunjukkan bahwa kelompok perempuan dan Generasi Z (Gen Z) cenderung lebih rentan terpapar radikalisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka rentan terpapar ideologi radikal yang dapat mengancam stabilitas negara dan keamanan masyarakat.
Menurut beberapa penelitian, teknologi dan media sosial menjadi faktor utama dalam menyebarkan pandangan ekstrem di kalangan Gen Z dan kaum perempuan. Dengan mudahnya akses informasi yang bisa diakses mereka, hal itu dapat mempengaruhi pemikiran mereka. Dalam menghadapi kenyataan dan tantangan ini, langkah-langkah konkret perlu diambil.
6 Langkah Mencegah Radikalisasi Gen Z dan Kaum Perempuan
Mencegah perempuan dan generasi Z dari infiltrasi radikalisme memerlukan strategi yang holistik dan berkelanjutan. Pertama,, pendidikan inklusif dan moderat harus menjadi landasan utama bagi pengambil kebijakan dalam mencegah radikalisasi kaum perempuan dan Gen Z.
Sistem pendidikan yang menyeluruh dan membuka wawasan akan membantu membangun pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai toleransi, pluralisme, dan keberagaman. Ini dapat dicapai melalui kurikulum yang mencakup sejarah dunia, agama, dan budaya secara seimbang.
Kedua, literasi media dan digital juga perlu ditekankan dalam sebuah kurikulum. Dalam era informasi ini, kaum perempuan dan generasi Z sangat mudah terpapar berbagai informasi media sosial. Oleh karena itu, mereka perlu diberdayakan dengan keterampilan untuk menganalisis dan memahami konten secara kritis. Pelatihan literasi media akan membantu mereka membedakan antara informasi yang akurat dan propaganda radikal.
Ketiga, memberdayakan kaum perempuan. Pemberdayaan perempuan juga merupakan kunci untuk mencegah infiltrasi radikalisme. Memberikan kesempatan yang setara dan mendukung peran perempuan dalam berbagai sektor masyarakat akan membantu mengurangi ketidaksetaraan gender yang dapat menjadi faktor pendorong radikalisme. Perempuan yang merasa dihargai dan memiliki peran aktif dalam pembangunan masyarakat cenderung lebih terhindar dari pengaruh radikal.
Keempat, mendorong dialog antarbudaya dan agamanya. Hal ini penting dilakukan sebagai bagian dari strategi mencegah radikalisme pada perempuan dan Gen Z. Masyarakat yang terbuka untuk berkomunikasi dan memahami perbedaan akan lebih tahan terhadap ideologi yang bersifat ekstrem. Program-program dialog ini dapat diintegrasikan dalam kegiatan sehari-hari, seperti seminar, lokakarya, dan pertemuan antar komunitas.
Kelima, melakukan pengawasan secara efektif. Pengawasan yang efektif juga harus diterapkan untuk mengidentifikasi potensi rekrutan radikal. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat perlu ditingkatkan untuk memantau perubahan perilaku yang mencurigakan. Dengan memahami tanda-tanda awal radikalisasi, dapat dilakukan intervensi lebih dini untuk mencegah penyebaran ideologi yang ekstrem.
Keenam, penting untuk menciptakan ruang aman bagi generasi Z untuk berbicara dan berbagi pandangan mereka. Memfasilitasi diskusi terbuka tentang isu-isu kontroversial dapat membantu mencegah pengalihan perhatian mereka ke lingkaran radikal. Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan inklusif, masyarakat dapat menjaga agar generasi Z tidak merasa terpinggirkan, sehingga mengurangi potensi mereka untuk mencari identitas atau pemenuhan kebutuhan di kelompok radikal.
Pencegahan infiltrasi radikalisme pada kaum perempuan dan generasi Z memerlukan pendekatan yang menyeluruh, melibatkan pendidikan, pemberdayaan, dialog antarbudaya, pengawasan, dan penciptaan ruang aman. Hanya dengan kombinasi strategi ini, masyarakat dapat membangun fondasi yang kuat untuk melawan penyebaran ideologi radikal dan memastikan masa depan yang lebih aman dan toleran.