3 Strategi Orang Tua Membentuk Anak Anti Radikal

3 Strategi Orang Tua Membentuk Anak Anti Radikal

- in Narasi
372
0
3 Strategi Orang Tua Membentuk Anak Anti Radikal

Ibu atau orang tua menjadi madrosatul ula (sekolah pertama) bagi setiap anak. Anak mau dibentuk seperti apa, tergantung orang tua. Sehingga orang tua menjadi faktor terpenting dalam masa depan anak dan bangsa. Lebih lagi sekarang masih terdapat sisa-sisa paham radikal di tengah masyarakat. Maka, perlu menjadi perhatian seluruh aspek masyarakat, terutama orang tua.

Upaya pemberantasan gerakan radikalisme memerlukan langkah yang komprehensif. Mulai dari langkah preventif atau yang bersifat pencegahan, sampai langkah-langkah penanganan, deradikalisasi, dan penegakan hukum. Dalam konteks langkah preventif, lingkungan keluarga memegang peranan yang sangat penting untuk dapat mencegah tumbuh dan berkembangnya bibit-bibit radikalisme.

Mencegah tumbuhnya bibit radikalisme berarti berupaya mendeteksi gerakan radikalisme dari yang paling bawah, yakni di lingkungan keluarga. Orang tua harus menjadi benteng utama yang melindungi anak-anaknya dari bahaya gerakan radikalisme. Berbagai aktivitas anak harus berada dalam pengawasan, agar orang tua dapat memantau apabila anak-anaknya mulai melakukan hal-hal yang tidak wajar. Kontrol dan kepekaan orang tua terhadap aktivitas anak menjadi kunci utama.

Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama karena sebagian besar kehidupan anak berada di dalam keluarga. Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga. Orang tua sangat berperan dalam pembentukan kepribadian yang baik untuk anaknya. Merekalah orang yang pertama yang memberikan nilai-nilai, aturan dan norma yang baik serta dasar bagi pergaulan hidup yang benar sebelum terjun ke masyarakat.

Namun sayangnya, selama ini peran keluarga sering terlupakan dalam mencermati masalah radikalisme. Padahal banyak kasus anak muda yang terjerumus pada paham-paham radikal, salah satunya disebabkan oleh kurang perhatian yang didapat dari keluarga. Akibat kurang perhatian dari keluarga, seorang anak pun mencari jati dirinya di luar rumah. Anak akan mencari tempat yang dapat menerima diriya.

Lingkungan keluarga selayaknya menjadi tempat strategis untuk menanamkan dasar-dasar pemikiran yang damai, toleran, dan ramah pada anak. Sebab, keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang akan sangat memengaruhi terbentuknya watak, mental, dan karakter seorang anak. Orang tua seharusnya paham, salah satu faktor penyebab pemikiran radikal keagamaan adalah pemahaman agama yang sempit. Orang tua sebaiknya berupaya menanamkan pemahaman agama yang damai pada anak-anaknya.

Dalam hal ini, orang tua perlu bekerjasama dengan ustaz, guru mengaji, dan pihak-pihak lainnya yang dipercaya untuk memberikan pemahaman agama yang benar pada anak-anaknya. Orang tua harus sedapat mungkin memastikan bahwa pengetahuan agama yang didapat anak-anaknya adalah pengetahuan agama yang benar dan penuh hikmah yang mengajarkan bahwa Islam agama adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Orang tua dapat ikut berperan mengayomi anak-anak untuk mempertahankan nilai-nilai toleransi dan tenggang rasa yang menjadi nilai-nilai pemersatu masyarakat Indonesia yang sangat heterogen.

Untuk mencegah masuk dan berakarnya paham radikalisme dalam diri anak, orang tua harus menjalankan perannya dengan baik. Ada beberapa cara yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua untuk mencegah terjadinya paham radikal pada anak, di antaranya adalah:

Pertama orang tua memberikan pemahaman agama secara benar dan utuh kepada anak. Islam sejatinya adalah agama yang memberikan keamanan, kenyamanan, ketenangan dan ketenteraman bagi semua makhluknya. Tidak ada satupun ajaran di dalamnya yang, mengajarkan kepada umatnya untuk membenci dan melukai makhluk lain.

Kedua Memperkuat Pancasila sebagai ideologi bangsa dalam implementasi atau praktik kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai yang tekandung dalam Pancasila sebenarnya sejalan dengan nilai-nilai Islam, oleh karena itu jika orang tua telah memberikan pemahaman yang benar tentang ajaran Islam, sebenarnya telah melaksanakan nilai-nilai yang yang terkandung dalam Pancasila. Orang tua dapat memberikan pemahaman kepada anak bahwa Pancasila adalah sebagai falsafah hidup dalam berbangsa dan bernegara.

Ketiga Memberikan rasa aman, nyaman, dan menyenangkan kepada anak untuk tinggal di rumah. Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa aman, kasih sayang, dan mengembangkan hubungan yang baik di antara anggota keluarga. Keluarga adalah orang terdekat bagi setiap manusia dan tempat mencurahkan segala isi hati maupun masalah. Keluarga juga merupakan tempat berkeluh kesah bagi setiap anggotanya karena hanya keluargalah yang ada dan senantiasa memberikan perhatian kepada setiap orang meskipun keadaan keluarga setiap orang berbeda-beda.

Gerakan radikalisme menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk keluarga khususnya orang tua, oleh karena itu diperlukan adanya kerjasama antara ibu dan ayah dalam mendidik bagi anak-anak. Kerjasama yang baik antara ayah ibu dalam mendidik anaknya akan menjadi lebih efektif dalam menangkal faham radikalisme.

Facebook Comments