Tahun 2025 hadir dengan harapan baru bagi bangsa Indonesia. Keberhasilan mencatatkan “zero terrorist attack” sepanjang tahun 2024 menjadi fondasi yang kuat untuk melangkah lebih jauh dalam mewujudkan keamanan dan kerukunan nasional. Namun, tantangan ke depan tidaklah mudah. Data dari Global Terrorism Index 2024 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-31 dari 163 negara rentan terhadap serangan teroris.
Meski begitu, pencapaian ini patut diapresiasi mengingat di tahun yang sama, Densus 88 berhasil menggagalkan 196 ancaman teror yang berpotensi mengganggu stabilitas nasional. Momentum ini menjadi pijakan untuk memperkuat komitmen bersama dalam menjaga perdamaian dan persatuan bangsa di tahun 2025.
Pergantian tahun membawa optimisme untuk terus memperkuat langkah-langkah strategis dalam menghadapi ancaman terorisme. Pemerintah, masyarakat, dan seluruh komponen bangsa harus berkomitmen menjaga momentum ini melalui pendekatan yang komprehensif dan adaptif terhadap dinamika global. Pemerintah perlu memperbarui strategi keamanan dengan memanfaatkan teknologi modern, seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan analisis data besar (big data analytics), untuk mendeteksi dan mencegah ancaman sedini mungkin. Teknologi ini memungkinkan penegak hukum untuk melacak jaringan teroris dengan lebih akurat dan cepat.
Namun, strategi keamanan tidak hanya bertumpu pada pendekatan keras (hard approach). Pendekatan lunak (soft approach) melalui deradikalisasi dan penguatan nilai-nilai kebangsaan juga harus terus ditingkatkan. Harapan besar tahun 2025 adalah bahwa setiap elemen bangsa dapat bersinergi untuk menciptakan lingkungan sosial yang harmonis, toleran, dan bebas dari radikalisme.
Kerukunan umat beragama menjadi salah satu prioritas utama dalam menjaga persatuan bangsa. Di tengah keberagaman agama, suku, dan budaya, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi contoh dunia dalam menciptakan harmoni sosial. Tahun 2025 menjadi momen penting untuk memperkuat dialog antaragama dan antarbudaya sebagai cara efektif meredam isu-isu sensitif yang sering dimanfaatkan pihak tertentu untuk memecah belah bangsa.
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia telah membuktikan bahwa toleransi bukan hanya semboyan, tetapi praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari. Harapan di tahun baru ini adalah meningkatnya peran tokoh agama, tokoh adat, dan pemimpin komunitas dalam memperkuat nilai-nilai Pancasila di setiap lapisan masyarakat. Pendidikan juga memegang kunci utama dalam menanamkan nilai moderasi beragama sejak dini, membangun generasi yang tidak hanya toleran tetapi juga aktif menjaga harmoni sosial.
Tahun 2025 menuntut penguatan literasi digital sebagai salah satu pilar penting dalam menjaga keamanan nasional. Di era digital, media sosial sering kali menjadi ladang subur bagi penyebaran paham radikal, ujaran kebencian, dan hoaks. Oleh karena itu, literasi digital perlu dimanfaatkan untuk membangun kesadaran masyarakat tentang cara mengenali, melaporkan, dan menangkal konten-konten yang merusak persatuan.
Pemerintah, melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika, diharapkan dapat meluncurkan program-program edukasi literasi digital yang lebih luas dan terstruktur. Kampanye nasional seperti #IndonesiaBersatu dan #StopRadikalisme harus digencarkan di platform digital untuk melawan narasi negatif yang berpotensi mengancam keamanan. Harapan tahun 2025 adalah terciptanya ekosistem digital yang lebih sehat, di mana media sosial menjadi ruang yang mendukung perdamaian, bukan sebaliknya.
Media massa memiliki tanggung jawab besar dalam menyebarkan narasi positif yang memperkuat rasa kebangsaan. Tahun 2025 harus menjadi tahun di mana media semakin berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat, mempromosikan nilai-nilai kebangsaan, dan menyampaikan informasi yang berimbang. Pemberitaan yang konstruktif dapat membantu mengurangi ketegangan sosial dan mencegah berkembangnya narasi destruktif.
Selain itu, media juga dapat menjadi platform untuk menampilkan kisah sukses deradikalisasi, kontribusi masyarakat dalam menjaga kedamaian, serta pencapaian-pencapaian yang membanggakan bangsa. Dengan cara ini, media massa tidak hanya menjadi penyampai informasi tetapi juga inspirasi bagi masyarakat untuk terus berkontribusi dalam menjaga persatuan dan keamanan nasional.
Harapan besar di tahun 2025 adalah pemanfaatan teknologi yang semakin inovatif dalam menjaga keamanan negara. Sistem pengawasan berbasis teknologi seperti pengenalan wajah (facial recognition), analisis pola komunikasi, dan penggunaan drone dalam pengawasan wilayah perbatasan menjadi kebutuhan mutlak. Teknologi juga memungkinkan koordinasi antarinstansi keamanan menjadi lebih cepat dan efisien.
Namun, penggunaan teknologi ini harus diimbangi dengan regulasi yang ketat untuk memastikan hak privasi warga negara tetap terlindungi. Pemerintah perlu memastikan bahwa teknologi digunakan untuk melayani masyarakat, bukan untuk melanggar hak-hak mereka.
Tahun 2025 membawa harapan baru bagi Indonesia untuk terus menjadi contoh negara yang damai dan aman di tengah dunia yang penuh dengan tantangan. Momentum “zero terrorist attack” yang telah dicapai menjadi inspirasi untuk melangkah lebih jauh, memperkuat kerukunan bangsa, dan memanfaatkan teknologi untuk menjaga stabilitas nasional. Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, media, dan teknologi, harapan besar di tahun 2025 dapat terwujud: Indonesia yang bersatu, damai, dan menjadi mercusuar harmoni bagi dunia.