Menebar Dakwah Penuh Hikmah

Menebar Dakwah Penuh Hikmah

- in Keagamaan
2605
0

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus berdiri kokoh. Jangan sampai kita semua dengan mudah diprovokasi pihak luar, yang ingin memecah belah Indonesia. Seperti kasus Tanjung Balai dan lain-lain, jangan sampai terulang lagi. Semua lapisan masyarakat dan pemerintah harus kokoh dan solid dalam mempertahankan NKRI, saya yakin kekerasan dan terorisme akan hancur dan lenyap. Ketika Indonesia kacau, dan banyak kerusuhan, itulah yang didambakan terorisme. Terorisme akan masuk dan memanfaatkan kondisi itu, dan merubah sistem negara kita sesuai versi mereka.

Untuk membendung itu semua, salah satu langkah efektif yang kita tempuh adalah melakukan dakwah penuh rahmat. Apa itu dakwah penuh rahmat?

Pada dasarnya dakwah adalah ajaran agama yang ditujukan sebagai rahmat untuk semua, yang membawa nilai-nilai positif seperti al-amn (rasa aman, tenteram, sejuk). Firman Allah, “Mereka yang beriman dan tidak mengotori imannya dengan kedzaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapatkan al-amn”. (QS. al-An’am/ 6: 82).

Dakwah adalah ajakan atau seruan kepada yang baik, dan yang lebih baik. Dalam dakwah, ada ide tentang progresivitas, sebuah proses terus menerus menuju kepada yang baik dan yang lebih baik dalam mewujudkan tujuan dakwah itu. Sehingga dalam dakwah adalah suatu ide dinamis, sesuatu yang terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan runtutan ruang dan waktu.

Sekarang ini kalau kita melihat secara sosiologis, dakwah dalam umat Islam lebih banyak mengarah kepada nahy-i munkar tekanan-tekanan untuk melawan (fight against) kurang segi amar ma’ruf-nya yang mengajak kepada kebaikan, kebersamaan, suatu cita-cita (fight for). Barangkali ini sebabnya maka sikap pro-aktif masih menjadi tantangan besar kaum muslimin.

Ada dua segi dakwah yang meskipun tidak dapat dipisahkan namun dapat dibedakan, yaitu menyangkut isi dan bentuk, substansi dan forma, pesan dan cara penyampaian, esensi dan metode. Dakwah tentu menyangkut kedua-duanya sekaligus, dan sebenarnya tidak terpisahkan. Hanya perlu disadari bahwa isi, substansi, pesan dan esensi senantiasa mempunyai dimensi universal, yang tidak terikat oleh ruang dan waktu.

Dalam hal ini, substansi dakwah adalah pesan keagamaan itu sendiri yaitu al-din-u al-nashihah, agama adalah pesan. Agama dari semua Nabi dan Rasul dari segala zaman dan tempat ibadah adalah satu dan sama, seperti yang ditegaskan oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadits shahih,”kami golongan para Nabi, agama kami adalah satu, dan para Nabi adalah bersaudara tunggal ibu. Di antara umat manusia akulah yang paling berhak atas (Nabi Isa) putra Maryam, karena tidak ada seorang nabi pun antara aku dan dia.”

Dan agama itu ialah agama al-islam yang Allah tidak menerima selain agama itu, baik dari kalangan orang terdahulu maupun terkemudian, sebab semua Nabi berada di atas agama al-islam, (Ibn Taimiyah, dalam al-Risalah al-Tadammuriyah).

Jadi al-islam, adalah ajaran untuk berserah diri dengan tulus kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang maknanya jauh lebih mendalam dan luas dari pada istilah “Islam” secara historis-sosiologis seperti yang dikenal dalam masyarakat sekarang ini, khususnya masyarakat bukan Arab.

Al-islam inilah inti pesan universal kerasulan dan kenabian (al-risalah dan al-nubuwah). Dengan al-islam akan diperoleh salam dan silm (kedamaian, kesejukan) dan salamah (kesejahteraan, kesentosaan), bahkan menurut sebagian ulama, juga akan dicapai sullam (tangga peningkatan kualitas hidup yang utuh, ruhani dan jasmani, ke arah yang lebih tinggi).

Pesan-pesan universal dari risalah dan nubuwah itu, sekarang harus kita tangkap kembali maknanya, dan dengan sendirinya menjadi inti dakwah. Sebagaimana pean-pesan kerasulan dan kenabian dari Allah itu berlaku untuk segala zaman dan tempat, serta telah terbukti membawa rahmat bagi para pengikut Nabi-nabi dan Rasul-rasul di masa lalu, maka lebih lagi pada masa sekarang, oleh manusia zaman modern, di mana ekstrimisme yang menjadi cikal bakal lahirnya terorisme harus kita lawan dengan dakwah penuh hikmah.

Para juru dakwah dan muballigh secara benar telah acapkali menekankan pentingnya melakukan dakwah dengan hikmah, nasihat yang baik, dan pertukaran fikiran (mujadalah) yang lebih baik.

Menurut Ibn Rusyd, dakwah dengan hikmah artinya dakwah dengan pendekatan substansi yang mengarah kepada falsafah, dengan nasihat yang baik, yang berarti retorika yang efektif dan populer. Mujadalah yang baik maksudnya ialah metode dialektis yang unggul. Sesuai ungkapan bijak dalam bahasa Arab bahwa “bahasa kenyataan adalah lebih fasih daripada bahasa ucapan”.

Maka kesadaran tentang pentingnya dakwah dengan bahasa kenyataan ini dapat diterjemahkan sebagai dakwah dengan pendekatan esensi, tidak semata pendekatan formalitas saja. Sebab, justru masyarakat yang cerdas dan maju umumnya lebih mementingkan esensi ini, bukan segi-segi formalnya, meskipun segi-segi formal itu mustahil ditinggalkan sama sekali.

Itulah dakwah penuh rahmat yang menjadi tugas kita semua, khususnya tokoh agama untuk dengan masif menyebarkannya. Ketika dakwah penuh rahmat mampu dihayati dan diamalkan dengan baik, saya yakin kondisi negara Indonesia akan maju dan damai. Negara yang baik dan penuh ampunan Tuhan, itulah cita-cita kita semua, baldatun tayyibatun warabbun ghafur, semoga…

Facebook Comments