Posisi antar kelompok di negara yang menjunjung kebhinnekaan ini, semakin tercerabut dari akar perdamaian dan larut dilanda kegoncangan dan ketidakharmonisan dalam bergaul. Premis-premis yang bersifat datar, temporer dan tidak mendalam dijadikan sebagai dasar pemantik kesenjangan sosial bahkan kekerasan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Perubahan premis dari menjunjung tinggi persatuan dan perdamaian menuju premis yang memainkan kekerasan dalam bertindak ini, sangat dipengaruhi oleh lingkungan lokal dan nasional.
Pada tataran lokal, lingkungan keluarga sebagai organisasi terkecil di Indonesia, memiliki pengaruh yang begitu kuat dalam membentuk pola pikir dan tindakan seseorang, karena lingkungan ini menurut Zakiah Daradjat (1993: 41) sebagai wadah utama pendidikan dan akan mendidik anak pada usia tertentu, yaitu kehidupan seoarang anak dari dalam kandungan hingga besar. Begitu juga lingkungan eksternal keluarga yang ada di sekitarnya, bisa mempengaruhi corak pergaulannya antar sesama warga dan bisa membawa kepada kebaikan serta bisa menyeretnya kepada tindakan yang tidak terpuji.
Lingkungan sekolah yang notabene minim pengawasan guru dan terlebih lagi dari orang tua, banyak peserta didik yang mempraktekkan permusuhan, fitnah, dan kekerasan di dalamnya. Hal itu membuat peserta didik lainnya terpengaruh secara psikologis, mereka tentu ingin membuktikan jati dirinya melalui hal tersebut agar diakui keberadaannya dan disegani oleh teman-teman lainnya.
Lalu pada tataran nasional, pengaruhnya bisa mengglobal dan bisa menggiring siapapun untuk mengikuti opini yang dibuat oleh sebagian kelompok masyarakat yang memiliki kepentingan. Opini dan situasi Indonesia ini bisa berbentuk apa saja, ada opini yang bisa menggiringnya kepada pergaulan yang saling menghormati, menghargai, dan harmonis. Namun ada juga opini yang berbentuk provokasi dalam menggiring individu agar menjadi ganas dan intoleran terhadap siapapun, termasuk dengan saudaranya sendiri.
Dari lingkungan-lingkungan tersebut, seseorang dipengaruhi dan pengetahuannya telah dibentuk secara sistematis. Bahkan praktek-prektek kebencian yang berujung kepada kekerasan telah dilakukan juga olehnya. Maka banyak di antara mereka yang mendekam di penjara, diasingkan, dan dijauhi oleh masyarakat akibat dari ulahnya yang intoleran.
Hal tersebut cukup membuat premis-premis seseorang berubah menjadi tidak lagi menghargai kebhinnekaan, apalagi menjaganya dari gempuran-gempuran orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Ujian kebhinnekaan sejatinya bukan hanya dimulai pada taraf nasional, tetapi telah dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah.
Bersinergi Menjaga Kebhinnekaan
Lingkungan-lingkungan yang ada tersebut bisa dikatakan sebagai akar dari seseorang dalam upaya merenggangkan kebhinnekaan di Indonesia. Di sisi lain, lingkungan-lingkungan tersebut merupakan akar perdamaian yang ada di Indonesia ini. Jadi ada dua hal yang saling tarik-menarik di lingkungan-lingkungan tersebut, yaitu kekerasan dan perdamaian.
Maka kita sebagai warga negara yang mencintai perdamaian, harus berusaha meneruskan dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan negara ini dengan baik. Kita harus menjaga perdamaian ini di tengah-tengah berbagai macam ujian kebhinnekaan yang sedang melanda Indonesia.
Untuk mengoptimalkan dan menjaga perdamaian dalam ujian kebhinnekaan ini, maka kita harus menggagas perdamaian dalam format lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan nasional. Keempat lingkungan ini merupakan pelopor dari tumbuh dan berkembangnya perdamaian di bumi nusantara ini, keempatnya harus selalu bersinergi dan berkomunikasi dalam menegakkan keadilan sosial di manapun.
Dimulai dari lingkungan keluarga yang menjadi lingkungan pertama pendidikan anak harus secara intens mendidik anak-anak menjadi individu yang harmonis kepada siapapun. Sedangkan di lingkungan sekolah yang banyak mendidik anaknya dengan berbagai macam mata pelajaran, bisa membentuk karakter idividu dan mencapai tujuan pendidikan nasional.
Sedangkan di lingkungan masyarakat dan nasional, seluruh masyarakat juga harus berkomitmen dan bekerja sama dengan pemerintah dalam mewujudkan perdamaian dan menjaga kebhinnekaan ini.
Di keempat lingkungan tersebut, individu bisa menjadi orang yang baik dan sebagai timbal baliknya harus menciptakan kebaikan pula. Individu yang memiliki tekad dalam menebarkan perdamaian, maka dia juga harus mendesain lingkungan keluaga, sekolah, masyarakat dan nasional dalam bingkai perdamaian. Sehigga masyarakat bisa juga terpengaruh dan tergiring ke arah yang lebih positif. Pada puncaknya, kebhinnekaan yang ada di Indonesia bisa terjaga di setiap elemen masyarakat, dan perdamaianpun bisa diwujudkan bersama-sama.