Perintah Kasih-Sayang Sesama dalam Al-Qur’an dan Al-Kitab

Perintah Kasih-Sayang Sesama dalam Al-Qur’an dan Al-Kitab

- in Keagamaan
491
0
Perintah Kasih-Sayang Sesama dalam Al-Qur’an dan Al-Kitab

Tidak ada perbedaan sedikit-pun antara Al-Qur’an dan Al-kitab. Perihal pentingnya kasih-sayang atas sesama umat manusia tanpa melihat perbedaan identitas primordial. Keduanya sama-sama memerintahkan kasih-sayang sesama itu.

Misalnya, di dalam (QS Al-Mumtahanh:8) “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak pula mengusirmu dari negaramu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”.

Sedangkan di dalam Yohanes:13:34. “Aku memberi perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi. Sama seperti aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi”.

Dari dua kemutlakan teologi yang berbeda ini kita memiliki satu kesimpulan penting tentang pentingnya kasih-sayang atas sesama. Bahwa, antara Al-Qur’an dan Al-Kitab sejatinya sama-sama membenarkan yang namanya (berbuat baik dan saling mengasihi).

Lantas, mengapa berbuat baik dan saling mengasihi serta hidup damai di tengah keragaman itu penting? Apa tujuan penting dari prinsip itu? Secara orientasi, ini sebetulnya perkara kebenaran agama yang sangat menjunjung tinggi derajat kemanusiaan dan menjauhi segala pertumpahan darah.

Pentingnya toleransi dan kasih-sayang sesama semata demi keamanan, keselamatan, kenyamanan umat manusia. Toleransi adalah cara kita dewasa dalam beragama untuk saling memberikan hak serta kebebasan mengekspresikan kepercayaan serta keyakinan masing-masing.

Seperti dalam (QS. Al-An’am:108) bahwasanya: “Dan janganlah kalian mencela orang-orang yang berdoa kepada selain Allah, yang menyebabkan mereka mencela Allah dengan permusuhan dengan tanpa ilmu. Demikianlah kami menghiasi setiap umat amalan mereka. Lalu Dia mengabarkan kepada apa yang mereka lakukan”.

Dalam Al-kitab juga dijelaskan: Matius:5:44 bahwasanya: “Tetapi aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah kepada mereka yang menganiaya kamu”. Dari dua prinsip teologi yang berbeda ini sejatinya dapat kita jadikan satu kesimpulan bahwa agama tak pernah mengajarkan apalagi memerintahkan untuk berbuat anarkis, radikal-intolerant dan melecehkan agama lain.

Antara Al-Kitab dan Al-Qur’an sama-sama berbicara tentang toleransi, berbuat baik, kasih sayang, menjauhi sikap penistaan agama. Dua dalil ini sejatinya membenarkan sebuah pola hidup yang saling menghargai dan tetap berdampingan satu-sama lain. Ini kemutlakan secara teologis yang tidak bisa kita bantah.

Toleransi bukan perkara mengorbankan keimanan seseorang dalam beragama. Apalagi dianggap menggadaikan agama. Sebab, toleransi sebetulnya adalah cara kita menjaga peradaban agar tidak saling mengganggu dan berpecah-belah. Sehingga kita bisa beragama dengan tenang, aman dan nyaman tanpa saling mengganggu.

Bagi saudara umat Kristiani, sadarilah firman Tuhan bahwasanya: “Sebab itu, marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun”. (Roma:14:19). Bagi umat Islam, bahwa: “Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal”.

Semua argumen di atas adalah fakta dari dua prinsip teologis Islam dan Kristen tentang pentingnya toleransi. Saya rasa, agama lain seperti Hindu, Budha, Konghucu, Yahudi dll. Sejatinya mengajarkan prinsip yang sama yaitu cinta-kasih dan saling menghargai tanpa berpecah-belah.

Facebook Comments