Jika kita bertanya, apa saja faktor dan variabel yang berpengaruh pada kemajuan sebuah negara? Maka, jelas salah satunya adalah faktor keamanan. Sekaya apa pun negara itu dengan sumber daya alam dan potensi lainnya, setinggi apa pun sumber daya manusianya, dan sebesar apa pun potensi pasarnya, namun jika tidak aman, maka negara itu tidak akan pernah menjadi negara maju.
Faktor keamanan nasional menjadi fondasi penting dalam mewujudkan stabilitas politik dan ekonomi. Maka, banyak negara maju yang rela menginvestasikan uang dalam jumlah besar untuk menjaga keamanan nasionalnya. Terutama untuk melawan ancaman terorisme berkedok agama yang dalam dua dasawarsa ini menjadi momok global.
Lebih spesifik dalam konteks Indonesia, kita melihat sendiri bagaimana negara serius memberantas terorisme dan gerakan ekstremisme lainnya. Hasilnya, dibuktikan dengan capaian zero attack terrorism selama dua tahun belakangan. Capaian ini secara luas bisa dimaknai ke dalam setiknya dua hal penting.
Pertama, prestasi pemerintah dalam menekan angka terorisme hingga ke titik nol menjadi stimulus penting untuk membentuk nation branding Indonesia, baik di tingkat regional, maupun global. Nation branding ini merupakan bagian dari komunikasi politik kita ke negara tetangga dan juga dunia internasional.
Nation branding itu bukan sekadar bendera negara, simbol atau lambang kenegaraan, budaya, adat-istiadat dan sejenisnya yang membuat kita berbeda dengan negara lain. Lebih dari itu, nation branding itu adalah upaya membentuk identitas dan karakter bangsa. Salah satunya dengan mewujudkan wilayah yang steril dari aman dari serangan terorisme.
Naiknya Kepercayaan Internasional
Pemberantasan terorisme dan gerakan ekstrem yang gencar dilakukan pemerintah belakangan ini kiranya telah mampu berkontribusi pada nation branding kita. Di awal tahun 2000-an, terutama setelah terjadi peristiwa Bom Bali 1, Indonesia kerap disebut sebagai negara sarang teroris. Kini, dengan gencarnya pemberangusan terorisme dan capain zero attack terrorism, label Indonesia sebagai negara sarang teroris itu perlahan mulai memudar.
Selain berdampak pada nation branding, pemberantasan terorisme dan ekstremisme yang menunjukkan capaian membanggakan juga berdampak pada meningkatnya international trust alias kepercayaan dunia internasional pada Indonesia. International trust ini bukan hal sepele karena akan menentukan posisi Indonesia di kancah dunia, baik dari sisi politik, ekonomi, dan sebagainya.
Misalnya saja dari sisi ekonomi. Menguatnya international trust akan membuat masyarakat dunia tidak segan untuk berkunjung ke Indonesia. Entah untuk berwisata, maupun berbisnis dan berinvestasi. Arus wisatawan asing akan membawa banyak devisa untuk negara. Bahkan, banyak negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand yang berhasil mengelola pariwisatanya dan menjadi salah satu sumber pemasukan utama negara.
Tujuan wisata di Thailand, Malaysia, apalagi Singapura sebenarnya tidak jauh lebih bagus ketimbang destinasi di Indonesia. Kita punya pantai yang jauh lebih indah, candi-candi yang lebih besar dan tua, juga bentang alam yang luar biasa. Namun, angka kunjungan wisata ke Indonesia kalah jauh dengan negara tetangga. Sebabnya antara lain adalah kurangnya kepercayaan masyarakat internasional kepada Indonesia. Negara kita masih kerap dianggap kurang aman, terutama bagi turis asal Eropa dan Amerika.
Kepercayaan internasional juga penting untuk menarik investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia. Selain variabel ketersediaan pasar, sumber daya manusia, sumber daya alam, dan regulasi, faktor lain yang menjadi pertimbangan investor adalah kepastian dalam bidang keamanan. Investor asing cenderung hanya akan menanamkan modalnya di negara yang jelas terjamin keamanannya.
Mempertahankan “Zero Attack Terrorism”
Jadi, keberhasilan pemberantasan terorisme dan gerakan ekstremisme itu bukan sekadar urusan keamanan belaka. Pemberantasan terorisme memiliki cakupan dampak dan kontribusi yang luas.maka, menjadi ironis jika masih ada pihak yang mendeskreditkan pemberantasan terorisme dengan berbagai narasi.
Mulai dari pemborosan anggaran negara, pengalihan isu, bahkan dianggap sebagai bentuk pelanggaran HAM (hak asasi manusia). Penting dipahami bahwa terorisme tidak hanya berdampak secara keamanan nasional. Terorisme juga berdampak signifikan secara ekonomi. Ketika bom meledak di Bali untuk pertama kalinya, dan diberitakan luas oleh media internasional, seketika kunjungan turis menurun drastis.
Tidak hanya itu, angka ekspor kerajinan, furnitur, fesyen, dan sebagainya dari Bali pun menurun drastis. Bom Bali tidak hanya meluluhlantakkan industri pariwisata di Bali, namun juga memperlambat denyut ekonomi secara nasional. Maka, kondisi zero terrorism attack ini kiranya patut dipertahankan. Setiap upaya pemberantasan terorisme wajib didukung oleh masyarakat sipil, bukan justru digembosi oleh isu atau narasi negatif.
Prestasi pemberantasan terorisme sekali lagi akan berdampak pada nation branding dan international trust kita. Dengan zero attack terrorism selama dua tahun terakhir ini, citra Indonesia di mata dunia akan semakin positif dan kepercayaan dunia internasional pun dipastikan akan menguat.