Minggu, 24 November, 2024
Informasi Damai
sara

sara

Dakwah Moderasi, Menangkal Radikalisme Online Saat Pandemi

Dakwah Moderasi, Menangkal Radikalisme Online Saat Pandemi
Narasi
Pandemi memaksa manusia untuk memindah basis aktivitasnya dari yang semula offline menjadi online. Saat pandemi, semua lini dan sektor kehidupan hampir semua memanfaatkan media daring. Situasi ini ternyata juga dimanfaatkan oleh para pengusung khilafah, pengasong radikalisme agama, untuk semaksimal mungkin memasarkan ideologi, doktrin, dan kepentingan mereka. Bandan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut, bahwa selama wabah Corona ini propaganda radikalisme semakin meningkat, serta perekrutan anggota untuk dijadikan anggota teroris tidak berhenti ...
Read more 0

RUU HIP dan Penguatan Pancasila Sebagai Vaksin Imunitas Bangsa

RUU HIP dan Penguatan Pancasila Sebagai Vaksin Imunitas Bangsa
Narasi
Polemik trisila dan ekasila bisa menjadi ujian penguatan Pancasila sebagai vaksin imunitas bangsa. Sudah muncul ancaman jika RUU HIP (Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila) dijadikan UU. Misalnya, ancaman Persaudaraan Alumni (PA) 212 yang justru membuat kemunduran pada Pancasila. PA mengancam, “Jika mereka memaksakan RUU HIP menjadi UU kami juga akan menuntut kembali Pancasila berdasarkan Dekrit Presiden 5 Juli yang mencantumkan kewajiban melaksanakan syariat Islam pada sila satu,” kata Ketua Umum ...
Read more 0

Sukarno, Pancasila dan Strategi Melawan Radikalisme-Terorisme

Sukarno, Pancasila dan Strategi Melawan Radikalisme-Terorisme
Narasi
Bulan Juni merupakan bulan penting bagi bangsa Indonesia. Di tanggal 1 Juni, kita merayakan hari lahir Pancasila. Sedangkan di tanggal 21 Juni kita merayakan haul Sukarno, Bapak Revolusi yang sekaligus juga perumus Pancasila. Dikatakan perumus lantaran Sukarno menegaskan bahwa Pancasila merupakan saripati dari pemikiran, tradisi dan budaya Nusantara. Maka, bulan Juni layak disebut sebagai “Bulan Pancasila” dan “Bulan Sukarno”. Pancasila dan Sukarno barangkali adalah dua entitas bangsa yang tidak dapat ...
Read more 0

Virus Radikalisme, Vaksinasi Pancasila dan Moderasi Islam

Narasi
Virus radikal terorisme yang belakangan mengemuka di Indonesia dilatari oleh setidaknya dua faktor, yakni internal dan eksternal. Dari sisi internal, gerakan radikalisme agama di Indonesia dapat ditelusuri ke belakang sejak era awal kemerdekaan Indonesia. Empat tahun sejak Republik Indonesia dideklarasikan, muncul pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) dan Negara Islam Indonesia (NII) terjadi di Jawa Barat, Aceh dan Makassar. Gerakan pemberontakan itu disatukan oleh misi sama, yakni mendirikan negara Islam ...
Read more 0

Penguatan Nilai Pancasila sebagai Vaksinasi Ideologi Transnasional

Penguatan Nilai Pancasila sebagai Vaksinasi Ideologi Transnasional
Narasi
Globalisasi adalah fakta. Kita tak bisa menghindarinya. Untuk itu, eksespositif maupun negatif dari globalisasi harus disikapi dan direspon dengan tepat dan jeli. Arus globalisasi yang diiringi oleh kemajuan teknologi menjadikan tantantang tersendiri bagi bangsa ini, terutama yang berkaitan dengan krisis identitas oleh generasi muda sebagai salah satu dampak negatif globalisasi. Pada konteks inilah, identitas nasional bangsa Indonesia yang termanifestasi dalam nilai-nilai Pancasila harus dikuatkan, bahkan Pancasila sebagai bintang pemandu (leitztern) ...
Read more 0

Radikalisme dan Terorisme Sebagai Fenomena Ideologis, Bukan Agamis

Radikalisme dan Terorisme Sebagai Fenomena Ideologis, Bukan Agamis
Narasi
Pertama kali saya berkenalan dengan marxisme adalah pada beberapa patah kata Karl Marx yang dahulu seperti menjadi motor aktivisme: “Philosopher have hitherto only interpreted the world in various ways; the point is to change it” (Theses On Feuerbach). Pada ranah pemikiran Barat di sinilah saya kira apa yang sekarang kita kenal sebagai radikalisme menunjukkan parasnya secara sistematis. Artinya, sebenarnya radikalisme (dan terorisme) tak melulu lekat dengan agama tertentu. Bukankah Carlos ...
Read more 0

Dari Piagam Madinah ke Pancasila: Ikhtiar Membumikan Islam Rahmat dalam Konsensus Bernegara

Dari Piagam Madinah ke Pancasila: Ikhtiar Membumikan Islam Rahmat dalam Konsensus Bernegara
Narasi
Politik cerdas dan visi kenegaraan Nabi Muhammad tercermin dari cara Beliau merumuskan Piagam Madinah atau Shahifatu al-Madinah. Sebuah perjanjian sosial atau kontrak sosial yang brilian pada masanya hingga saat ini. Sebuah produk ijtihad dalam membangun masyarakat yang plural dengan tidak menonjolkan atribut dan simbol keagamaan secara formal, tetapi secara subtansi menjamin keseteraan, kebebasan dan perlindungan terhadap komunitas agama dan suku di Madinah. Kenapa Rasulullah sebagai pembawa wahyu tidak menegaskan untuk ...
Read more 5

Vaksin Anti-Radikalisme ala Pesantren (Tradisional)

Vaksin Anti-Radikalisme ala Pesantren (Tradisional)
Narasi
Perbedaan merupakan lahan empuk penyebaran virus radikalisme. Perbedaan bisa jadi berupa pandangan (pemikiran) atau bentuk fisik. Dalam hal penanganan corona virus disease 2019 (covid-19), sering kali ada perbedaan pendapat antara satu kelompok masyarakat dengan yang lain. Kerap juga kebijakan pemerintah dianggap tidak sesuai dengan pandangan sekelompok masyarakat ataupun individu. Perbedaan sejatinya tidak menjadi masalah utama dalam kehidupan. Yang menjadi masalah ketika perbedaan sudah diradikalisasi sehingga berbuntut pada perpecahan bahkan permusuhan ...
Read more 0

Relasi Pandemi dan Radikalisme: Pembelajaran anti-Diskriminasi

Jika sampai saat ini petugas medis masih banyak yang bertaruh nyawa untuk menghadirkan kesembuhan bagi penderita Covid-19 dan dan ilmuwan yang bekerja di laboratorium masih terus mengupayakan hadirnya vaksin untuk dapat melawan virus covid-19, maka sudah selayaknya juga masyarakat bersama tokoh masyarakat dan aparat yang ada untuk terus mengupayakan kondisi damai guna menjaga harmoni keberagaman yang ada. Hal demikian mendesak untuk diupayakan, sebab dampak dari kondisi sosial yang tidak baik sangat kuat menunjang hadirnya opini populisme. Yang pada gilirannya rentan untuk semakin memporak-porandakan kondisi sosial ekonomi yang coba untuk dibenahi dampak dari Pandemi yang ada. Pandemi yang ada jelas tak dapat hanya ditilik dari satu sudut pandang semata. Pandangan multi demensi jelas harus diketengahkan untuk hal ini, sebab ekses dari hal ini telah menyentuh semua aspek kehidupan manusia. Telah banyak ulasan yang bisa dinukil dari sejumlah media guna melihat bagaimana relasi pandemi yang ada terhadap kondisi sosial masyarakat kita. Yang pada gilirannya - bila penanganannya tidak tepat guna dan tidak tepat waktu, hanya akan melahirkan kerentanan terhadap kondisi sosial yang ada. Contoh sederhana adalah meningkatnya angka pengangguran, kriminalitas dan seterusnya. Bila berkaca dari realitas dari negara-negara luar, keadaan yang ada sosial ekonomi yang tidak menentu sangat berpotensi melahirkan kelompok-kelompok radikalis dalam hal ideologi dan tindakan. Yang bagi bagian dari kelomok ini, kekerasan hanyalah menjadi perangkat sederhana yang dapat dipilih kapan pun untuk mewujudkan keinginannya. Lahirnya kelompok militan macam Baader-Meinhoft pada 1970-an di wilayah Jerman - yang kemudian menjadi salah satu panutan kelompok-kelompok pecinta tindakan anarkis, bisa dilihat sebagai salah satu contohnya. Contoh lainya lagi adalah bagaimana kelompok para-military Al-Qaidah di wilayah Afghanistan sempat menjadi momok mengkhawatirkan baik bagi negara itu sendiri maupun aktor internasional lainnya. Eksistensi mereka tak dapat dilepaskan dari kondisi sosial ekonomi - yang meskipun saat itu tidak ada pandemi seperti yang hari ini terjadi, namun justru menghadirkan ancaman bagi kehidupan. Berangkat dari realitas historis semacam itu dan melihat ke dalam kondisi yang ada hari ini, kita pun mestinya wajib berfikir untuk mampu keluar dari ancaman tersebut. Bila para tenaga medis saja rela mengorbankan diri, waktu dan banyak hal lainnya untuk mengupayakan penyelamatan raga yang lain tanpa memandang identitas tertentu, maka mestinya praktik baik tersebut bisa menjadi contoh bagi kita semua. Kesungguhan mereka dalam mengupayakan penyembuhan bagi semua pihak, layak dan pantas menjadi teladan bagi semua kalangan. Terlebih lagi untuk pihak-pihak yang selama ini gemar mengumandangkan paradigma eksklusif dan diskriminatif terhadap pihak yang berbeda. Misalnya saja seperti tingkah dan pemikiran diskriminatif para tokoh yang tak jarang diskriminatif terhadap etnis tertentu dan agama tertentu. Tak dapat dipungkiri, kondisi seperti ini sejatinya rentan untuk ditunggangi oleh hadirnya pihak-pihak yang gemar bermain politik identitas dan menyuarakan semangat intoleran terhadap minoritas. Tantangan yang berat dan serius benar-benar hadir di hadapan kita saat ini, sebab realitas Indonesia yang beragam dan pasang-surutnya gesekan identitas khususnya terhadap minoritas hadir mewarnai kehidupan bangsa ini. Tentu kejadian-kejadian diskriminatif macam yang terjadi kepada mendiyang George Floyd di Amerika Serikat - yang pada gilirannya menimbulkan kemarahan dan gerakan anti-diskriminatif di seluruh dunia, tidak kita inginkan untuk terjadi di negara ini. Sebab kita pasti masih ingat bagaimana konflik identitas yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia hanya meninggalkan rasa perih dan ketakutan yang belum juga pulih sempurna. Sudah sejak lama ruang inkluturasi antar sejumlah budaya/agama terjadi di negara ini. Sehingga mestinya semua pihak mulai menyadari bahwa pemikiran dan paradigma eksklusif sejatinya adalah sebentuk kekerdilan berfikir semata. Berpayungkan paradigma semacam itu, hanya akan membuat kita menghadirkan kebencian terhadap pihak lain, terlebih lagi di masa-masa pendemi semcam ini. Sehingga bila sejak awal para founding fathers/mothers negeri ini sudah berhasil menghadirkan benih-benih hidup yang inklusif dalam dasar negara, yaitu pancasila, lantas untuk apa gunanya memaksakan paradigma eksklusif yang sejatinya tidak menghadirkan manfaat bagi bangsa ini? Apalagi sampai ingin menggantinya dengan dasar paradigma dan ideologi yang lain.
Narasi
Jika sampai saat ini petugas medis masih banyak yang bertaruh nyawa untuk menghadirkan kesembuhan bagi penderita Covid-19 dan dan ilmuwan yang bekerja di laboratorium masih terus mengupayakan hadirnya vaksin untuk dapat melawan virus covid-19, maka sudah selayaknya juga masyarakat bersama tokoh masyarakat dan aparat yang ada untuk terus mengupayakan kondisi damai guna menjaga harmoni keberagaman yang ada. Hal demikian mendesak untuk diupayakan, sebab dampak dari kondisi sosial yang tidak baik ...
Read more 0

Infodemik, Radikalisme dan Imunisasi Digital

Infodemik, Radikalisme dan Imunisasi Digital
Narasi
Selain menghadapi gelombang penyebaran virus Covid-19 yang mematikan, kita juga menghadapi arus sebaran informasi digital yang berkelindan dengan misinformasi bahkan hoaks. Fenomena penyebaran wabah penyakit mematikan secara global itu disebut sebagai pandemi. Sedangkan fenomena ledakan misinformasi dan hoaks itu kerap disebut sebagai infodemik. Dua hal itulah yang saat ini tengah menjadi tantangan berat yang harus dihadapi bangsa Indonesia. Di satu sisi, pandemi Covid-19 belum sepenuhnya bisa dikendalikan. Fase kenormalan baru ...
Read more 1