Duta Literasi Kaum Rebahan

Duta Literasi Kaum Rebahan

- in Narasi
1476
0
Duta Literasi Kaum Rebahan

Istilah kaum rebahan sebenarnya bukan sesuatu yang asing di republik ini. Kaum rebahan merujuk pada mereka yang banyak melakukan aktivitas sambil berbaring di kasur. Karena itu, kaum rebahan juga identik dengan malas-malasan dan tidak produktif. Satu hal lagi, kaum rebahan juga lebih banyak ditujukan kepada generasi millenial.

Namun, sebenarnya kaum rebahan tidak melulu identik dengan orang-orang yang malas, tidak produktif dan “ngantukan”. Justru kaum rebahan yang dibesarkan oleh kemajuan teknologi ini sebenarnya adalah generasi yang produktif, cepat dan bekerja melampui batas atau sekat-sekat. Keproduktifan mereka mengalahkan orang-orang yang bekerja di dalam gedung yang mencakar langit.

Sebab, sembari berbaring atau rebahan, sesungguhnya banyak hal yang bisa dilakukan; seperti belajar, belanja, bersosialisasi, bergerak untuk memotivasi, dan masih banyak lainnya. Aktivitas tersebut sangat mungkin dikerjakan melalui gawai sambil rebahan. Artinya, dengan menggunakan gadget misalnya, kita bisa mengendalikan atau membuat agenda positif. Menyebarkan berita yang menyejukkan, mengedukasi masyarakat untuk selalu optimis dan memperkuat persaudaran dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika merupakan sederet pekerjaan rumah yang harus terus digencarkan.

Kaum rebahan sudah saatnya beri perubahan bagi negeri ini. Terlebih di era saat ini dimana media sosial dijadikan sebagai wahana baru untuk memproduksi dan menyebar provokasi supaya masyarakat terbelah, saling sikut dan lain sebagainya. Tentu yang demikian itu tidak baik untuk masa depan negeri ini.

Provokasi di Tengah Pandemi

Hal lain selain penyebaran dan penularan Covid-19, ada satu hal yang tidak kalah ‘mematikan’ dari Covid-19 itu sendiri, yaitu wabah hoax dan provokasi. Harus disadari, bahkan sudah terjadi, bahwa di tengah wabah pandemi Covid-19, provokasi justru menjadi virus atau ancaman lain yang perlu diwaspadai. Sebab, hoax dan provokasi yang dibingkai sedemikian rupa, muaranya akan menimbulkan krisis massal. Karena, provokasi ini seringkali diarahkan untuk menciptakan sebuah anarki.

Belum lama ini, pihak berwajib, yakni kepolisian berhasil mengendus lebih cepat aksi vandalisme yang bernada ajakan tindakan anakistis oleh kelompok Anarko Sindikalis. Dikuak juga bahwa kelompok ini sengaja memanfaatkan situasi masyarakat yang resah di tengan terpaan Covid-19 dengan menyebarkan provokasi demi membuat keonaran dengan ajaran membakar dan menjarah.

Medonna (2019) membeberkan berita atau provokasi dapat memantik permusuhan atau amarah (trigger). Karena provokasi pada tahap yang serius akan menimbulkan masalah serius pula karena dapat menyulut emosi emosi khalayak. Dan provokator atau berita/aksi provokasu, sebagaimana diungkap oleh Muhtada (2017: 34), akan menimbulkan feedback, yaitu sikap antipati, menolak, kemarahan, hingga berlanjut dalam wujud aksi anarkistis. Dan inilah yang diharapkan oleh media atau pembuat provokasi.

Menjadi Duta Literasi

Anggapan sementara orang terkait dengan kaum rebahan memang terkesan negaitif, namun sekali lagi, kinilah saatnya membuktikan kepada dunia khususnya bangsa Indonesia bahwa kaum rebahan juga bisa memberikan kontribusi positif untuk negeri ini.

Berkaitan dengan hoaks dan provokasi, ada nilai-nilai moral yang “dikorbankan”, yakni kebenaran, kejujuran, kekritisan, dan kedamaian. Selain itu, provokasi, apalagi di tengah pandemi, akan mengorkankan imunitas tubuh sehingga semakin rentan terpapar Covid-19.

Selain vandalisme, provokasi juga bisa ditemukan di berbagai tempat atau platform seperti Face Book, Twitter, Instagram, You Tube dan lain sebagainya. Kita tentu saja tidak menginginkan provokasi tumbuh subur di negeri ini apalagi disaat seperti saat ini. Oleh sebab itu, setiap dari kita, tanpa terkecuali, harus merapatkan diri, jangan benafas apalagi celah bagi konten provokasi.

Kaum rebahan lazimnya memiliki waktu yang lebih lama berselancar di dunia maya atau medsos. Maka, waktu yang panjang itu harus digunakan untuk menyebar konten positif dan optimis. Syukur-syukur turut serta mengedukasi masyarakat luas melalui berbagai cara, seperti menulis sesuatu yang bisa mengedukasi masyarakat, memberikan semangat moral dan lain sebagainya.

Kaum rebahan sesungguhnya adalah mereka yang memiliki peran sentral dalam upaya menabuh perang melawan wabah hoaks dan provokasi di tengah masa pandemi saat ini. Karena, dengan modal media sosial yang tentu saja sangat akrab pada kaum rebahan, sangat bisa melawan konten hoaks dan provokasi. Jadi, mau tunggu apalagi? Ayo! Saatnya kaum rebahan menunjukkan kontribusi positif dalam perang melawan wabah hoaks dan provokasi!

Kemudian yang tak kalah pentingnya juga adalah, kaum rebahan harus bisa menjadi duta literasi. Hal ini sangat mendesak untuk dilaksanakan mengingat literasi masyarakat Indonesia saat ini sangat rendah sekali sehingga gampang terkoyak dan tidak berdaya ketika diterjang badai provokasi.

Postingan cerdas bermedia sosial juga menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan literasi masyarakat. Selain itu, duta literasi ini juga diharapkan bisa membuat program peningkatan literasi secara virtual yang tepat sasaran. Dan selanjutnya, duta literasi juga harus membuat komunitas-komunitas anti hoax dan sejenisnya.

Dengan strategi-strategi di atas, maka kaum rebahan akan benar-benar mengubah pola konsumsi dan produksi konten-konten di dunia maya, terutama media sosial, menjadi sebuah ruang yang sehat, positif, teduh, rukun dan mampu memajukan bangsa Indonesia.

Facebook Comments