Pluralitas adalah sunatullah. Pluralitas aliran, golongan, bahasa, agama, dan budaya adalah fakta sosial yang tak bisa dinafikan. Al-Quran sejak dini sudah menyatakan “Seandainya Kami mau menjadi kalian umat yang satu, Kami pasti bisa.” Kata “seandainya” menunjukkan bahwa keseragaman itu adalah mustahil. Dan, keserba-beragaman itu suatu keniscayaan. Perbedaan sebagai fakta sosial harus dirawat. Manusia tidak boleh terjebak pada sekteranisme, suatu sikap/tindakan yang didasarkan pada mengauatnya satu kelompok/golongan tertentu yang mengakibatkan terjadinya ...
Read more 1 Damai
Pongah-nya ego kita di sosmed, kadang justru lebih menyeret satu persoalan menjadi stigma kebencian. Bukan justru mendamaikan di tengah masyarakat kita yang majemuk. Hal ini terjadi semenjak konflik berdarah kembali memanas di India. Jagat media begitu ramai dengan hastag #Hindu-is-terrorist #ShameOnIndia dan #HancurkanAgamaHindu. Kita merasa kepanasan untuk menghantam balik terhadap kekerasan yang ada. Tanpa mendinginkan ego untuk tetap membangun ikatan antar umat beragama tetap sehat. Bahwa ini hanyalah persoalan kesalahpahaman ...
Read more 0 Kontroversi Undang-undang Amandemen Kewarganegaraan yang disahkan Narendra Modi, Perdana Menteri India yang disokong oleh kekuatan politik sayap kanan (konservatif) akhirnya memuncak menjadi kerusuhan. Protes umat Muslim atas pemberlakuan UU itu segera mendapat respons keras oleh kelompok Hindu konservatif yang mendukung pemberlakuan UU tersebut. Bentrokan pun akhirnya terjadi di sejumlah kawasan di New Delhi pada 23 hingga 27 Februari 2020 lalu, menyebabkan 30 orang tewas dan 250 lainnya terluka. Secara kebetulan, ...
Read more 1 Dalam beberapa hari terakhir ini, publik dibuat tercengang oleh kejadian konflik SARA yang terjadi di India. Memang konflik ini jelas mencabik-cabik hati kita semua, terlebih umat Muslim yang menjadi korban. Sebagaimana diketahui dan viral di media sosial bahwa sebagian kubu ekstrim mayoritas Hindu melakukan aksi kekerasan terhadap minoritas Muslim India. Tidak hanya fasilitas umum dan tempat ibadah seperti Masjid yang “diluluh lantahkan”, melainkan konflik tersebut juga merenggut setidaknya 30 nyawa ...
Read more 0 Mempersoalkan salam Pancasila sama halnya kurang dewasa dalam bernegara. Indonesia sebagai negara yang beragam penduduknya butuh pemersatu. Para pendiri bangsa menjadikan Pancasila sebagai dasar negara yang terbukti menyatukan Indonesia. Pancasila yang sudah terbukti efektif sebagai rantai penghubung tali persaudaran berbangsa dan bernegara harus dijaga eksitensinya. Negara menurut alam Pancasila bahkan diharapkan melindungi dan mengembangkan kehidupan beragama: sementara agama diharapkan bisa memainkan peran publik yang berkaitan dengan penguatan etika sosial. Saat ...
Read more 2 Beberapa waktu lalu, kepala BPIP; Prof Yudian Wahyudi menyampaikan pernyataan kenegaraan tentang upaya pengusulan penggantian ucapan assalamualaikum dengan salam Pancasila, Sebagai jembatan penghormatan untuk agama-agama dan etnis yang lain. Upaya ini kemudian dikritisi publik sebagai upaya mereduksi realitas sosial-keagamaan yang sudah terbangun lama. Melihat fenomena di atas, saya teringat dengan apa yang juga telah dilakukan Gus Dur sebagai bagian dari tokoh bangsa pada era tahun 80-an. Ia menganjurkan pengucapan selamat ...
Read more 0 Dinamika kehidupan sosial-politik bangsa Indonesia, khususnya di era Reformasi ini diwarnai oleh berbagai konflik kepentingan yang kerap berujung pada terjadinya ketegangan sosial. Iklim kebebasan yang dibawa oleh angin reformasi tampaknya berhasil mengubah lanskap sosial-politik nasional. Kebebasan berpendapat, berekspresi dan berserikat yang terbuka lebar di era Reformasi dalam banyak hal justru menimbulkan sejumlah residu persoalan. Berbagai tindakan intoleransi atas nama suku, agama dan ras kian sering terjadi. Persekusi terhadap kelompok minoritas ...
Read more 0 Sebuah gagasan niscaya tidak lahir dari ruang hampa. Nyaris bisa dipastikan bahwa setiap gagasan lahir dari ruang dan waktu yang melingkupinya sebagai sebuah konteks. Begitu pula gagasan tentang penggunaan Salam Pancasila yang dilontarkan oleh Ketua BPIP Yudian Wahyudi. Maka dari itu, kita harus memahami kontekstualitas di balik kemunculan gagasan tersebut. Kegagalan dalam memahami konteks gagasan tersebut, acap memunculkan sikap over-reaktif. Hal itu tampak dalam fenomena sinisme dan nyinyirisme sebagian masyarakat ...
Read more 1 Perbincangan publik sedang mengarah ke urusan salam. Hal ini bermula dari ungkapan Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi yang memperkenalkan pentingnya Salam Pancasila, sebagai salam nasional. Salam Pancasila dilakukan dengan mengangkat lima jari di atas pundak dengan lengan tegak lurus. Gerakan tersebut pun bukan tanpa arti dan makna. Di dalam salam Pancasila, makna mengangkat kelima jari di atas pundak tersebut adalah sebagai simbol penghormatan seluruh elemen masyarakat terhadap ...
Read more 1 Wacana Salam Pancasila sebagai salam nasional kembali mencuat setelah dihembuskan oleh Kepala BPIP, Yudian Wahyudi, bersamaan dengan pernyataannya yang disalahpahami banyak orang, tentang “musuh terbesar Pancasila adalah agama”. Meski demikian, apa yang disampaikan oleh Yudian Wahyudi, tentang Salam Pancasila ini, lagi-lagi disalahpahami oleh mereka, yang sepertinya memang sulit menerima “hidayah”, miskin wawasan kebangsaan. Salam Pancasila, bagi mereka yang menentang, sayangnya, lebih pada pertimbangan emosional sempit, bukan pada alasan akademik dalam ...
Read more 1