Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional (PSDN) untuk Pertahanan Negara resmi disahkan mejadi undangiundang melalui Rapat Paripurna DPR RI, Kamis, 26 September 2019. Undang-undang ini dibuat untuk mengatur bahwa setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dijelaskan dalam Undang-Undang PSDN bahwa sistem pertahanan negara bersifat semesta yang melibatkan seluruh sumber daya ...
Read more 2 Damai
Membahas soal bela negara, jadi teringat tokoh wayang Kumbakarna yang terkenal memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme. Kumbakarna sosok tokoh dalam mitologi Hindu yang ceritanya sering diangkat dalam pewayangan. Kumbakarna digambarkan sosok raksasa yang besarnya, tingginya diatas raksasa pada umumnya. Wajah Kumbakarna sangat mengerikan, di sisi lain jiwanya Kumbakarna adalah sosok perwira. Kumbakarna lahir dari pasangan resi Wisrawa dengan Kekasi. Kumbakarna memiliki tiga saudara kandung diantaranya; Rahwana, Wibisana dan Sarpapenaka. Selain ...
Read more 1 Anak muda adalah tulang punggung negara. Kalimat itu nyaris menjadi klise lantaran selalu diulang-ulang sebagai sebuah retorika. Saking vitalnya peran kaum muda, Sukarno pun dalam pidatonya pernah berseru “beri aku sepuluh pemuda, makan akan kugoncang dunia”. Kalimat itu menjadi semacam harapan bagi kaum muda agar mampu menjalankan perannya sebagai agen transformasi sosial. Namun, idealitas yang semacam itu tampaknya tidak selalu mewujud ke dalam realitas. Pada kenyatannya gambaran pemuda sebagai tulang ...
Read more 0 Indonesia pada 19 Desember 1948 berada dalam situasi genting dan mencekam. Kala itu, Yogyakarta sebagai ibu kota negara dibekuk oleh Agresi Militer II Belanda. Presiden Soekarno tertangkap, dan tidak lama kemudian, wakil presiden Mohammad Hatta juga mengalami hal serupa. Beruntung, sebelum Bung Hatta ditangkap tentara Belanda, ia sempat mengirim telegram kepada Syafruddin Prawiranegara, Menteri Kemamuran RI, yang waktu itu sedang berada di Bukittinggi. Hatta menginstruksikan kepada kawan seperjuangannya ini agar ...
Read more 1 Bela negara dalam arti menciptakan keamanan, kedamaian, dan kenyamanan, sejatinya adalah tugas bersama. Bela negara bukan hanya kewajiban eksklusif pemerintah dan militer. Segala yang bisa merusak kedamaian, maka setiap anak bangsa wajib ikut berpartisipasi. Sekarang ini, salah satu yang merusak kedamaian itu adalah radikalisme beserta segala turunannya. Radikalisme merusak tatanan yang harmoni, hubungan masyarakat yang guyub, menyebabkan polarisasi dan konflik yang menganga. Radikalisme layak disebut sebagai penghancur kedamaian dan kenyamanan. ...
Read more 2 Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon, Hubbul Wathon minal Iman, Wala Takun minal Hirman, Inhadlu Alal Wathon, Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon, Hubbul Wathon minal Iman, Wala Takun minal Hirman, Inhadlu Alal Wathon, Indonesia Biladi, Anta ‘Unwanul Fakhoma, Kullu May Ya’tika Yauma, Thomihay Yalqo Himama, Kullu May Ya’tika Yauma, Thomihay Yalqo Himama, artinya, Pusaka Hati Wahai Tanah Airku Cintamu dalam Imanku Jangan Halangkan ...
Read more 2 Sejarah selalu memberi kita pelajaran berharga. Dari sejarah, kita belajar berbenah. Apa-apa yang terjadi sepanjang perjalanan bangsa ini mesti menjadi cermin untuk melakukan refleksi dan evaluasi diri. Termasuk tentang bagaimana sejarah memberi kita pelajaran berharga tentang betapa pentingnya komitmen dan keteguhan untuk selalu membela negara dan bangsa meski dalam kondisi yang sulit. Hal ini bisa kita baca dalam sejarah munculnya Hari Bela Negara. Hari Bela Negara menyimpan memori kuat tentang ...
Read more 1 Era sekarang adalah era digital. Semua serba cepat, on-line dan instan. Hanya dengan ngeklik di smartphone semua kebutuhan manusia hampir terpenuhi, baik itu sandang, pangan, transportasi, maupun kebutuhan komunikasi. Pendek kata, internet telah memberikan semuanya kepada milenial. Dalam hal ini, peran negara “hampir-hampir” sudah digantikan oleh internet. Belum lagi dikaji –seperti diungkapkan Mahfud MD (2018) –jika era digitalisasi berbasis skill dan otak, sementara nasionalisme sebagai ekspresi bela negara justru berbasis ...
Read more 1 Tak banyak orang tahu bahwa desa di masa sekarang berbeda dengan desa di masa silam, meski ia pun bersumber dari masa yang lebih silam lagi. Pada masa keraton (Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta), kita mengenal yang namanya desa perdikan. Seperti di kota kelahiran saya, Ponorogo, terdapat 9 desa perdikan yang merupakan warisan Kasunanan Surakarta. Karena kontribusi mereka pada raja atau keraton, beberapa desa di masa silam dijadikan tanah perdikan. Mereka ...
Read more 0 Seyogianya, bangsa ini terbentuk oleh konstruksi sosial masyarakat yang adil, damai dan mempunyai semangat persatuan dalam wadah yang satu, yaitu (Indonesia). Berafiliasi membangun kebaikan secara nasional (menyeluruh) dalam sejuta kebaikan bersama. Akan tetapi secara teoretis, ideologi yang terbentuk sebagai struktur sosial tersebut, saat ini sedang “teralienasi” oleh paham-paham di luar tubuh Indonesia yaitu radikalisme. Sejatinya, kesadaran secara prinsip, legalitas dan formalitas kebangsaan mulai terancam punah. Bangsa ini sedang berada pada ...
Read more 1