Kemat isarat lebur Bubar tanpa daya kabarubuh Paribasan tidhem tandhaning dumadi Begjane ula daulu Cangkem silite anyaplok (Serat Sabdatama) BUNG Karrno pernah mendedahkan perihal Islam Sontoloyo. Sontoloyo sepadan dengan istilah tolol. Mereka, kalangan sontoloyo itu, adalah apa yang kini disebut sebagai Islam formal—yang lebih mementingkan atribut atau bentuk daripada isi—dan juga Islam politik—karena mengagendakan dipaksakannya syari’ah versi mereka oleh negara. Tentang pola dan karakteristik Islam Sontoloyo tersebut mendapatkan detailnya ...
Read more 0 Heru harjo hutomo
Heru harjo hutomo Posts
DALAM khazanah pewayangan ada tiga macam jagad (loka): jagad manusia, para dewa, dan jagad jin setan peri perayangan. Dunia kita di hari ini pun juga terdiri dari tiga macam dunia: dunia nyata, maya, dan yang terakhir—untuk meminjam istilah Henri Corbin ketika mengulas Syaikh al-Akbar, Muhyiddin Ibn ‘Arabi, lepas dari konteks—dunia “imajinal.” Sebagaimana yang lazimnya dicitrakan sebagai “lelaki,” dunia nyata adalah tempat di mana—dalam kategori lama—seseorang masih menjadi dirinya sendiri, apa ...
Read more 0 LELAKI terpandang itu tengah tepekur, tenggelam dalam bacaannya. Tak sekedar mewarisi kealiman ayahnya, ia juga lentera kota itu. Hidupnya tertib, tak banyak neko-neko.Namun, semuanya itu ambyar. Sekilas peristiwa telah mengubah hidup dan masa depannya.Seorang “jalang” datang. Tutur-katanya congkak. Wajahnya pongah. Sikapnya sinis. “Siapa yang lebih luhur, Muhammad atau Bayazid?” tanya tiba-tiba lelaki “jalang” itu. Lelaki terpandang itu, sang mufti, yang terbiasa dengan logika hukum, kelu. Tak ditemukannya jawaban atau bahkan ...
Read more 0 Sapa weruh kembang tepus kaki Sasat weruh marang arta daya Tunggal pancer sauripe Sapa wruhing panuju Sasat sugih pagere wesi Rineksa wong sajagad Kang angidung iku Lamun diapalena Kidung iku den tutug padha sawengi Adoh panggawe ala (Siapa yang tahu kembang tepus, Nak Pasti tahu sang daya yang berharga Yang manunggal dengan kehidupannya Siapa yang tahu sangkan Pasti kaya berpagar besi Dilindungi semesta Yang menembang itu Kalau dihafalkan Ditembangkan ...
Read more 0 MENJELANG surut-nya, lelaki sepuh itu berkeinginan untuk menemui sang cucu KH Hasyim Asy’ari: Abdurrahman Wahid. Ia masih trahing kusuma rembesing madu, wijining atapa tedhaking andana warih. Dengan kata lain, ia adalah seorang bangsawan yang, dalam istilah orang pesantren, khumul. Pangeran Papak namanya—sebuah nama yang mengacu pada keempat jari sebelah tangannya yang sejajar, racak. Seperti Abu Yazid al-Bisthami, yang menjadi rantai silsilah keilmuan baik pada tarekat Naqsyabandiyah maupun Syathariyah, Pangeran Papak ...
Read more 0 IA bukan Yesus. Tapi ia di salib. Dikutuk. Diludahi. Dicacimaki. Ia bukan maling. Tapi kedua tangannya dipotong. Ia bukan pezina. Tapi tubuhnya dirajam dan dicincang. Ia bukan orang Hindu, Buddhis atau Konghuchu. Tapi tubuhnya yang telah tercincang itu dibakar. Dan abunya, ditebarkan di atas kali Trigis, dari pucuk menara. Hallaj al-Asrar. Konon, namanya mengacu pada si penjual parfum. Riwayat lain: sang pemintal rahasia. Nasibnya yang mengenaskan, kata sebuah riwayat, karena ...
Read more 0 ADA yang baru dari gaya dan strategi teror yang dilancarkan IS (Islamic State), khususnya di Indonesia. Semenjak, ditengarai, dipegang oleh Bahrun Naim atau Anggih Tamtomo. Jebolan jurusan IT di salah satu universitas di Solo ini, memiliki peran yang boleh dibilang penting beberapa tahun terakhir ini. Salah satu prestasi barunya adalah merekrut sekaligus memberdayakan perempuan untuk menjadi “pengantin” atau pelaku aksi bom bunuh diri. Beberapa bulan yang lalu kepolisian sempat memperoleh ...
Read more 0 MARAKNYA paham-paham radikal keagamaan, terorisme, maupun pembubaran ormas yang ditengarai berpaham radikal—atau secara umum pandangan, sikap atau tindakan-tindakan intoleran—membuat kita patut bertanya, terlepas apakah itu semua sekedar fenomena-fenomena yang sarat kepentingan politis, ada apa dengan bangsa ini? Sebegitu gampangnya orang tersulut isu-isu keagamaan hingga rela terhanyut euphoria, ghirah buta untuk meneguhkan batas identitas secara berlebihan? Sampai kapan kita, yang notabene hidup di sebuah negara di mana konstitusi yang telah disepakati ...
Read more 0