Kamis, 21 November, 2024
Informasi Damai
Archives by: Sivana Khamdi Syukria

Sivana Khamdi Syukria

0 comments

Sivana Khamdi Syukria Posts

Tiga Langkah Mitigasi Terorisme di Abad Kecerdasan Buatan

Tiga Langkah Mitigasi Terorisme di Abad Kecerdasan Buatan
Narasi
Hari ini kita hidup di abad kecerdasan buatan. Era dimana teknologi super cerdas telah merangsek ke dalam kehidupan kita. Kecerdasan buatan hari ini bukan lagi barang elite yang hanya bisa diakses kalangan terentu. Nyaris semua lapisan sosial hari ini bisa mengakses kecerdasan buatan. Produk kecerdasan buatan hari ini kian beragam. Ada aplikasi yang bisa menjawab pertanyaan apa pun. Ada aplikasi yang bisa memberikan kita ide tulisan atau konten yang potensial ...
Read more 0

14 Tahun BNPT; Optimalisasi AI dalam Kampanye Anti-Kekerasan di Kalangan Digital Native

14 Tahun BNPT; Optimalisasi AI dalam Kampanye Anti-Kekerasan di Kalangan Digital Native
Narasi
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) genap berusia 14 tahun. BNPT menjadi bukti bahwa perang melawan terorisme adalah kerja panjang dan tidak instan. Sejak era bom bali 1 sampai sekarang, gerakan terorisme telah mengalami pasang surut. Saat ini gerakan terorisme mengalami fase surut. Hal ini dilihat dari bubarnya sejumlah organisasi radikal seperti HTI, FPI, dan terakhir JI. Namun, jika dibaca dalam perspektif yang lebih luas dan obyektif, bubarnya organisasi radikal itu ...
Read more 0

Taubat Ideologis JI; Hijrah Menuju Paham Ahlusunnah wal Jamaah

Narasi
Salah satu poin dalam deklarasi pembubaran Jamaah Islamiyyah adalah komitmen untuk mengadaptasi paham Ahlussunnah Wal Jamaah. Poin ini menarik mengingat JI selama ini identik dengan lahan wahabi-salafi. Meski mereka tidak secara eksplisit mengakui bahwa mereka menganut paham salafi-wahabi, namun dari karakteristik, mereka identik dengan lahan tersebut. Hal itu bisa dilihat antara lain dari corak penafsiran atas teks keaagamaan yang cenderung tekstualistik-literalistik. Mereka menafsirkan ayat keagamaan secara harfiah sehingga melahirkan tafsir ...
Read more 0

Jamaah Islamiyyah Membubarkan Diri; Keberhasilan Deradikalisasi atau Pergeseran Strategi?

Jamaah Islamiyyah Membubarkan Diri; Keberhasilan Deradikalisasi atau Pergeseran Strategi?
Tanggal 30 Juni 2024 menjadi momen bersejarah bagi organisasi radikal Jamaah Islamiyyah. Tersebab, mereka resmi membubarkan diri. Mereka pun meminta maaf atas segala perilaku yang merugikan bangsa dan negara. Mereka juga mengubah kurikulum pesantren di bawah naungan JI. Deklarasi pembubaran ini, Abu Rusydan, setelah musyawarah para petinggi JI, di Bogor. Pembubaran diri JI ini mengingatkan kita pada sikap Abu Bakar Baasyir yang menyatakan menerima Pancasila. Baasyir sebelumnya merupakan pemimpin JI, ...
Read more 0

Jamaah Islamiyyah Membubarkan Diri; Keberhasilan Deradikalisasi atau Pergeseran Strategi?

Jamaah Islamiyyah Membubarkan Diri; Keberhasilan Deradikalisasi atau Pergeseran Strategi?
Narasi
Tanggal 30 Juni 2024 menjadi momen bersejarah bagi organisasi radikal Jamaah Islamiyyah. Tersebab, mereka resmi membubarkan diri. Mereka pun meminta maaf atas segala perilaku yang merugikan bangsa dan negara. Mereka juga mengubah kurikulum pesantren di bawah naungan JI. Deklarasi pembubaran ini, Abu Rusydan, setelah musyawarah para petinggi JI, di Bogor. Pembubaran diri JI ini mengingatkan kita pada sikap Abu Bakar Baasyir yang menyatakan menerima Pancasila. Baasyir sebelumnya merupakan pemimpin JI, ...
Read more 0

Felix Shiaw dan Tiga Strategi Rebranding Eks-HTI; Digitalisasi, Kolaborasi, Asimilasi

Felix Shiaw dan Tiga Strategi Rebranding Eks-HTI; Digitalisasi, Kolaborasi, Asimilasi
Narasi
Pembubaran HTI tahun 2017 efektif membatasi ruang gerak organisasi tersebut. Kebijakan itu pun membuat organisasi itu kehilangan ruang untuk bermanuver secara bebas di ruang publik. Ditambah lagi, akses pendanaan, baik dari dalam maupun luar negeri pun otomatis mandek total. Namun, apakah HTI benar-benar mati? Tampaknya belum. Felix Shiaw, dalam siniar di akun YouTube Guru Gembul yang menyatakan bahwa HTI sampai sekarang masih bergerak dan berdakwah. Membincangkan HTI tidak akan pernah ...
Read more 0

Kontroversi Elia Myron; Dari Kedangkalan Pikiran ke Perilaku Intoleran

Kontroversi Elia Myron; Dari Kedangkalan Pikiran ke Perilaku Intoleran
Faktual
Perempuan bernama Elia Myron tengah menjadi sorotan publik. Hal itu bermula dari sejumlah pernyataannya yang cukup kontroversial di media sosial. Dalam sebuah live TikTok di akun @wawasanelia, ia meminta Kementerian Agama RI merevisi kandungan Alquran, terutama Surat Al Araf ayat 97. Ia menuding, ayat tersebut merupakan jiplakan dari kitab Injil yang dipakai untuk menjustifikasi konsep teologis Islam. Potongan videonya pun tersebar luas di berbagai platform media sosial dan memantik kontroversi ...
Read more 0

Bagaimana Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir Meradikalisasi Isu Palestina?

Bagaimana Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir Meradikalisasi Isu Palestina?
Narasi
Konflik antara Israel dan Palestina telah berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu. Akar konflik itu kompleks. Mulai dari sengketa wilayah teritorial, sampai melebar ke isu agama. Jika ditinjau dari sisi geografis, konflik Palestina dan Israel merupakan konflik regional. Namun demikian, dampak konflik itu nyatanya berpengaruh secara global. Hal itu terjadi karena banyak pihak yang berusaha mengeksploitasi konflik tersebut demi kepentingan golongan mereka sendiri. Dua di antara kelompok yang getol memanfaatkan ...
Read more 0

Peta Jalan Moderasi Beragama Ala Muhammadiyah

Judul Buku : Jalan Baru Moderasi Beragama; Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir Penulis : Fajar Riza Ul Haq dan Azaki Khoirudin (ed.) Penerbit : Kompas Tahun : 2024 Tebal : 505 Moderasi Beragama bukanlah sekadar wacana. Agenda ini masuk ke dalam Rencana Pembangunan Janga Menengah Nasional (RPJMN). Anggaran yang digelontorkan pun tidak main-main, yakni mencapai triliunan rupiah saban tahunnya. Isu moderasi beragama inilah yang dibahas dalam buku berjudul Jalan Baru Moderasi Beragama; Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir. Buku ini berisi bunga rampai tulisan yang ditulis oleh sejumlah intelektual sekaligus aktivis Muhammadiyah khusus untuk memperingati usia Ketum Muhammadiyah, yakni Prof. Dr. Haedar Nashir yang ke-66. Buku ini terbagi ke dalam tiga tema bahasan. Bagian pertama, mengulas komitmen moderasi beragama Haedar Nashir sebagai Ketum Muhammadiyah. Bagian ini terdiri atas 8 judul tulisan. Bagian kedua membahas tentang jalan baru moderasi beragama Muhammadiyah. Bagian ini terdiri atas 9 judul tulisan. Dan bagian ketiga membahas tentang pokok-pokok pikiran Haedar Nashir sebagai intelektual dan tokoh agama. Bagian ini juga terdiri atas 9 judul tulisan. Secara spesifik, buku ini memang membahas gagasan dan gerakan moderasi beragama yang dilakukan oleh sosok Haedar Nashir. Namun, secara umum buku ini membahas langkah-langkah atau peta jalan (road map) Muhammadiyah sebagai ormas Islam dalam menyebarkan dan mengimplementasikan gagasan moderasi beragama. Tersebab, gagasan moderasi beragama Haedar itu diimplementasikan melalui lembaga Muhammadiyah. Maka, secara tidak langsung gagasan Haedar merepresentasikan sikap Muhammdiyah sebagai organisasi keislaman. Dalam buku tersebut, dijelaskan bahwa gagasan moderasi beragama ala Muhammadiyah ini diklasifikasikan ke dalam setidaknya tiga tahapan. Pertama, moderasi di fase awal gerakan Muhammadiyah yang mewujud pada upaya pemurnian ajaran Islam dari pengaruh TBC (Takhayul, Bid’ah dan Churofat). Di fase ini, gagasan moderasi beragama ala Muhammadiyah ini diimplementasikan ke dalam upaya demistifikasi ajaran Islam. Upaya demistifikasi Islam ini dianggap penting lantaran di sebagian umat masih ada ritual keislaman yang bercampur dengan klenik. Di fase ini, moderasi dipahami sebagai seruan agar umat Islam beragama secara rasional dan jauh dari hal-hal mistik yang tidak masuk akal. Kedua, menyegarkan relasi antar-agama di Indonesia, terutama hubungan Islam dan Kristen yang kerap diwarnai ketegangan. Dalam hal ini, Muhammadiyah tidak hanya berwacana tentang toleransi, melainkan mempraktikkan toleransi secara langsung. Salah satunya dengan membangun lembaga pendidikan maupun kesehatan di wilayah-wilayah yang penduduknya mayoritas Kristen. Maka, belakangan muncul istilah Krismuha, atau Kristen-Muhammadiyah. Sebuah istilah untuk menyebut kelompok Kristen yang bersekolah atau kuliah di kampus Muhammadiyah. Di fase ini, moderasi beragama dimaknai sebagai sebuah sikap terbuka terhadap perbedaan agama. Ketiga, mengembangkan dakwah kultural yang anti-kekerasan dan menghargai kebinekaan bangsa. Dakwah kultural yang nirkekerasan dan adaptif pada kebinekaan dirasa urgen terutama di tengah maraknya dakwah yang menebar kebencian dan kekerasan. Model dakwah ala kaum radikal itu telah melatari terjadinya perpecahan dan potensi konflik di tengah umat. Komitmen Muhammadiyah terhadap dakwah kultural yang nirkekerasan dan adaptif pada kebinekaan ini sekaligus menjadi semacam penegasan bahwa Muhammadiyah berbeda dengan wahabi dan salafi. Selama ini, banyak kalangan mengindentikkan dakwah Muhammadiyah dengan dakwah wahabi atau salafi yang juga berkarakter puritan. Penegasan bahwa Muhammadiyah bukan wahabi atau salafi ini juga penting mengingat banyak eksponen wahabi dan salafi yang berusaha menyusup bahkan menguasai ormas berlambang matahari tersebut. Buku ini menegaskan bahwa Haedar Nashir adalah penjaga ideologi moderat Muhammadiyah di tengah gencarnya infiltrasi kelompok wahabi dan salafi. Dalam konteks ini, moderasi beragama diimplementasikan ke dalam dakwah berbasis pemberdayaan sosial yang bersentuhan langsung dengan problem masyarakat, terutama soal pendidikan dan kesehatan. Itulah peta jalan moderasi beragama ala Muhammadiyah yang selama ini diusung oleh Haedar Nashir. Buku ini tentu bukan sekadar gambaran atas gagasan moderasi beragama yang diusung oleh Haedar Nashir sebagai Ketum Muhammdiyah. Lebih dari itu, buku ini menggambarkan betapa agenda moderasi beragama itu bukan semata tanggung jawab pemerintah, namun juga lembaga keagamaan. Lembaga keagamaan, harus terlibat aktif dalam mewujudkan perilaku keagamaan yang moderat. Tugas ormas Islam dan ulama ialah sebagai educator, alias pendidik yang membangun kesadaran umat ihwal pentingnya beragama secara toleran, nasionalis, dan nirkekerasan. Lembaga keagamaan dan para tokoh agama di dalamnya harus bisa berperan sebagai agen moderasi beragama. Arkian, buku ini sangat layak dibaca tidak hanya anggota perserikatan Muhammadiyah, namun juga pegiat isu moderasi beragama dan umat Islam pada umumnya. Buku ini merupakan sumbangan akademik yang berharga sekaligus stimulus penting bagi gerakan moderasi beragama.
Pustaka
Judul Buku : Jalan Baru Moderasi Beragama; Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir Penulis : Fajar Riza Ul Haq dan Azaki Khoirudin (ed.) Penerbit : Kompas Tahun : 2024 Tebal : 505 Moderasi Beragama bukanlah sekadar wacana. Agenda ini masuk ke dalam Rencana Pembangunan Janga Menengah Nasional (RPJMN). Anggaran yang digelontorkan pun tidak main-main, yakni mencapai triliunan rupiah saban tahunnya. Isu moderasi beragama inilah yang dibahas ...
Read more 0

Refleksi Harkitnas; Membangun Mentalitas Gen Z untuk Indonesia Emas 2045

Refleksi Harkitnas; Membangun Mentalitas Gen Z untuk Indonesia Emas 2045
Narasi
Hari Kebangkitan Nasional kembali kita peringati tepat pada tanggal 20 Mei. Tahun ini, Harkitnas mengangkat tema “Bangkit Untuk Indonesia Emas”. Sebuah tema yang relevan dengan isu bonus demografi san agenda Indonesia Emas 2045. Namun, ironisnya berbarengan dengan itu, kita baru saja dikejutkan dengan temuan data bahwa ada sekitar 9,9 juta generasi Z di Indonesia yang tidak bekerja dan tidak sekolah. Jumlah itu nisbi besar mengingat total generasi Z di Indonesia ...
Read more 0