Kamis, 15 Mei, 2025
Informasi Damai

Artikel Edukasi Damai

Dari NII ke ISIS; Membaca Evolusi Jaringan Teroris di Indonesia
Narasi

Dari NII ke ISIS; Membaca Evolusi Jaringan Teroris di Indonesia

Keberadaan NII (Negara Islam Indonesia) yang didirikan oleh Sekarmaji Marijan Kartosoewirjo ibarat hantu. Eksistensinya di ...
Read more 0
Gerakan Radikal Bersembunyi di Balik Pesantren? Kiat Memilih Pesantren yang Tepat
Narasi

Gerakan Radikal Bersembunyi di Balik Pesantren? Kiat Memilih Pesantren yang Tepat

Pesantren salaf, disebut juga pesantren tradisional, merupakan institusi yang berperan penting di Indonesia dalam proses ...
Read more 0
Memberangus Bibit-Bibit NII Gaya Baru di Abad Digital
Narasi

Memberangus Bibit-Bibit NII Gaya Baru di Abad Digital

Isu diduganya keterlibatan Ponpes Al-Zaitun dengan NII tentu semakin membuat bangsa ini harus senantiasa waspada. ...
Read more 0
NII : Gerakan yang Menyimpang dari Ajaran Agama dan Konsensus Negara
Narasi

NII : Gerakan yang Menyimpang dari Ajaran Agama dan Konsensus Negara

Gerakan Negara Islam Indonesia (NII) ternyata masih meresahkan di tengah masyarakat. Berbagai cerita tentang hilangnya ...
Read more 0
Telaah Buku Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam
Pustaka

Telaah Buku Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam

Pada Buku ini diawali oleh pengantar dari penulis dan juga pengantar dari Zuhairi Misrawi, Intelektual ...
Read more 0
Mewaspadai Transformasi Ideologi NII di Era Sekarang
Narasi

Mewaspadai Transformasi Ideologi NII di Era Sekarang

Negara Islam Indonesia atau lebih terkenal NII sudah dibubarkan sejak pada 2 September 1962. Meskipun ...
Read more 0
Transformasi NII Menjadi Gerakan Terorisme Kontemporer
Narasi

Transformasi NII Menjadi Gerakan Terorisme Kontemporer

Jika ada yang mengatakan bahwa NII itu tidak berbahaya karena sudah musnah ditumpas operasi militer ...
Read more 0
Polemik Al Zaytun dan Urgensi Menetapkan NII Sebagai Organisasi Teroris
Narasi

Polemik Al Zaytun dan Urgensi Menetapkan NII Sebagai Organisasi Teroris

Polemik terkait Pondok Pesantren Al Zaytun itu terbilang kompleks. Bermula dari merebaknya kontroversi praktik peribadatan ...
Read more 0
Tiga Tips Memilih Pesantren yang Steril Radikalisme 
Narasi

Tiga Tips Memilih Pesantren yang Steril Radikalisme

Kontroversi Al Zaytun yang dikaitkan dengan NII mengagetkan kita semua. Al Zaytun konon merupakan pesantren ...
Read more 0
Membaca Global Terrorism Index 2023; Benarkah Gerakan Terorisme di Indonesia akan Berakhir?
Faktual

Membaca Global Terrorism Index 2023; Benarkah Gerakan Terorisme di Indonesia akan Berakhir?

Institute for Ecomomic and Peace (IEP) baru-baru ini merilis laporan tentang Global Terrorism Index 2023. ...
Read more 0
Ciri Haji Mabrur : Anti Hoaks, Fitnah dan Pro Kemanusiaan
Narasi

Ciri Haji Mabrur : Anti Hoaks, Fitnah dan Pro Kemanusiaan

Berbahagialah mereka yang sudah tuntas melaksanakan ibadah haji sebagai rukun Islam yang tidak semua umat ...
Read more 0
Implementasi Pesan Perdamaian Haji di Tanah Air
Narasi

Implementasi Pesan Perdamaian Haji di Tanah Air

Ritual tahunan ibadah haji telah selesai ditunaikan. Jemaah haji dari berbagai negara telah kembali ke ...
Read more 0
Pondok Pesantren (Ponpes) AL Zaytun di Indramayu baru-baru ini memunculkan kontroversi tidak hanya persoalan tuduhan penistaan agama, tetapi isu lama keterkaitannya dengan gerakan Negara Islam Indonesia (NII). Panji Gumilang menepis dengan menegaskan bahwa sejarah NII telah usai sejak 1962. Betulkah sejarah NII telah selesai? Dua mantan Anggota NII seperti Ken Setiawan dan AL Chaidar menegaskan bahwa NII merupakan ibu kandung dari seluruh kelompok terorisme di Indonesia. Banyak kasus terorisme di Indonesia bersumber dari anggota NII yang berganti baju menjadi JI, JAT, JAD dan lainnya. Bagi mereka, NII telah mencetak kader menjadi mesin pembunuh ketika bergabung dalam kelompok teror yang lebih militan. Jauh sebelum gerakan salafi jihadi yang lahir di Afganistan pada tahun 1980-an melalui berdirinya Al-Qaeda, di Indonesia telah muncul gerakan serupa dalam arti kesamaan ideologi dan gerakan. Gerakan itu adalah kelompok Darul Islam yang mengimpikan berdirinya Negara Islam Indonesia pada 1948. Mei 1948, Kartosuwiryo memproklamirkan diri sebagai imam negara baru bernama Darul Islam. Pada 7 Agustus 1949 di Cisampak, Kecamatan Cilugagar, Kabupaten Tasikmalaya, DI memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia : Kami umat Islam Indonesia menyatakan berdirinya Negara Islam Indonesia. Maka hukum yang berlaku atas Negara Islam Indonesia adalah hukum Islam. Dalam aspek ideologi, DI atau NII berhaluan takfiri dengan menghukumi orang yang menolak pemberlakuan syariat Islam sebagai orang murtad. Kelompok ini juga menetapkan jihad perang melawan pemerintah Indonesia sebagai fardlu ain. Dalam hal pendanaan, konsep fa’i telah menjadi pegangan, yakni kebolehan merampas harta warga sipil yang tidak mau bergabung dalam gerakan ini. Jika salafi jihadi mempunyai doktrin yang berakar dari konsep hakimiyah sebagai doktrin kelompok khawarij yang dihidupkan kembali, NII mempunyai doktrin yang cukup terkenal yang disebut RMU (rububiyah, mulkiayh dan uluhiyah). Doktrin ini menegaskan bahwa Allah merupakan Maha Pencipta segalanya termasuk peraturan dan perundang-undangan. Lalu, apa kaitan antara terorisme di Indonesia dengan NII? Pada tahun 1962, sebagaimana ditegaskan oleh Panji Gumilang bahwa NII telah ditumpas dan selesai dengan ditandai eksekusi mati Kartosuwiryo. Praktis gerakan NII memang telah mati dan tidak ada gerakan pemberontakan lagi. Namun, benar pernyataan bahwa organisasi boleh dilarang dan ditumpas, tetapi ideologi sulit untuk dimusnahkan. Pada tahun 1970-an, bekas orang NII menggaungkan kembali gerakan jihad perang melawan pemerintah Indonesia. Gerakan ini kemudian dikenal dengan Komando Jihad. Gerakan ini dimotori oleh Aceng Kurnia dan Djaja Sidjadi, mantan Keuangan DI yang dikenal sebagai ideologi NII. NII memasuki fase konsolidasi dengan memusatkan pendirian cabang di berbagai daerah dan pengadaan pelatihan militer di Jakarta. Salah satu materi pelatihan adalah merakit bom. Di sinilah fase teror dimulai dengan aksi perampokan, pembunuhan dan aksi bom. NII menandai fase baru perlawanan terhadap pemerintah dengan gerakan bawah tanah layaknya organisasi teror di kemudian hari. Dalam catatan NII Crisis Center, pada tahun 1970-an terdapat beberapa aksi teror yang dilakukan gerakan NII seperti Granat MTQ, Pematang Siantar, Bom RS Immanuel Baptist, Bukit Tinggi, Bom Bar Apollo, Bom Bioskop Riang, Pembunuhan wakil rektor UNS, Perampokan gaji guru dan Pembunuhan anggota TNI. Memasuki tahun 1980-an aksi kelompok ini juga tidak sepi. Beberapa aksi semisal Fa’i, perampokan dan pembunuhan supir taksi, Pembunuhan tentara di Talang Sari, Perampokan di Bandung dan yang cukup terkenal adalah Penyerangan polsek Cicendo dan Bom Borobudur. Aksi teror kelompok NII berlanjut hingga tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an seperti Bom Istiqlal dan bom kedubes Australia. Tahun 2000-an, Jamaah Islamiyah bentukan Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir tampil sebagai pemain baru dalam aksi dan jaringan teror di Indonesia. Keduanya merupakan aktivis NII jaringan Solo yang bergabung ke NII melalui Ismail Pranoto sebelumnya akhirnya hijrah ke Malaysia dan berkenalan dengan jaringan global. Dua tokoh inilah melalui JI telah mentransformasikan terorisme domestik ala NII dalam skala regional dan global. Perlawanan pun diperluas dengan memusuhi Barat atau hal yang terafiliasi dengan Barat. Pada tahun 1980-an, keduanya mengembangkan jejaring gerakan dengan memobilisasi anak-anak muda untuk berjihad ke Afganistan. Alumni Afganistan inilah yang pada awal reformasi telah mengobrak-abrik Indonesia dengan rentetan teror yang ditandai dengan Bom Natal dan yang spektakuler adalah Bom Bali. Jika dikatakan bahwa ibu kandung terorisme di Indoesia adalah NII bisa dilihat dari dua aspek. Pertama dalam kesamaan ideologi dan cita-cita gerakan. Kedua, dalam aspek biologis yang memperlihatkan nama-nama terduga terorisme baik yang ditangkap atau tertembak mati memiliki sejarah keterlibatan dalam perjuangan dan gerakan teror NII. Artinya, terorisme yang dikenal saat ini memiliki kesejarahan ideologis dan biologis dari perjuangan sebelumnya yakni NII pada era 1950-an dan gerakan Komando Jihad pada era 1970-an. Lalu, benarkah NII telah mati dan musnah sebagaimana pernyataan Panji Gumilang pada tahun 1962? Benarkah ideologi dan gerakan bawah tanah dari NII dan mantan NII yang bergabung dalam gerakan teror yang lebih besar dan global sudah usai? Kenapa masih tersiar kabar pembaiatan NII di Garut, Lampung dan Sumbar? Nampaknya, NII sebagai organisasi telah usai. Namun, ideologi ini telah menembus batin para pengikutnya. Gerakan ini mengalami transformasi dalam bentuk berdirinya kelompok dengan nama yang berbeda dan mengalami diaspora ke berbagai jaringan yang lebih ekstrem.
Editorial

NII adalah Ibu Kandung Terorisme di Indonesia?

Pondok Pesantren (Ponpes) AL Zaytun di Indramayu baru-baru ini memunculkan kontroversi tidak hanya persoalan tuduhan ...
Read more 0
Membongkar Polemik Al Zaytun : Dari Penistaan Agama Hingga Jaringan NII
Analisa

Membongkar Polemik Al Zaytun : Dari Penistaan Agama Hingga Jaringan NII

Pondok Pesantren (Ponpes) AL Zaytun di Indramayu terus menjadi sorotan dan menuai kontroversi yang cukup ...
Read more 0
Humanisme Dalam Haji
Narasi

Humanisme Dalam Haji

Ibadah haji bukan hanya sekedar perjalanan rekreasi, bukan untuk ajang pencarian eksistensi, dan bukan pula ...
Read more 0