Senin, 25 November, 2024
Informasi Damai
Damai

Damai

Radikalisme dan Terorisme Sebagai Fenomena Ideologis, Bukan Agamis

Radikalisme dan Terorisme Sebagai Fenomena Ideologis, Bukan Agamis
Narasi
Pertama kali saya berkenalan dengan marxisme adalah pada beberapa patah kata Karl Marx yang dahulu seperti menjadi motor aktivisme: “Philosopher have hitherto only interpreted the world in various ways; the point is to change it” (Theses On Feuerbach). Pada ranah pemikiran Barat di sinilah saya kira apa yang sekarang kita kenal sebagai radikalisme menunjukkan parasnya secara sistematis. Artinya, sebenarnya radikalisme (dan terorisme) tak melulu lekat dengan agama tertentu. Bukankah Carlos ...
Read more 0

Dari Piagam Madinah ke Pancasila: Ikhtiar Membumikan Islam Rahmat dalam Konsensus Bernegara

Dari Piagam Madinah ke Pancasila: Ikhtiar Membumikan Islam Rahmat dalam Konsensus Bernegara
Narasi
Politik cerdas dan visi kenegaraan Nabi Muhammad tercermin dari cara Beliau merumuskan Piagam Madinah atau Shahifatu al-Madinah. Sebuah perjanjian sosial atau kontrak sosial yang brilian pada masanya hingga saat ini. Sebuah produk ijtihad dalam membangun masyarakat yang plural dengan tidak menonjolkan atribut dan simbol keagamaan secara formal, tetapi secara subtansi menjamin keseteraan, kebebasan dan perlindungan terhadap komunitas agama dan suku di Madinah. Kenapa Rasulullah sebagai pembawa wahyu tidak menegaskan untuk ...
Read more 5

Vaksin Anti-Radikalisme ala Pesantren (Tradisional)

Vaksin Anti-Radikalisme ala Pesantren (Tradisional)
Narasi
Perbedaan merupakan lahan empuk penyebaran virus radikalisme. Perbedaan bisa jadi berupa pandangan (pemikiran) atau bentuk fisik. Dalam hal penanganan corona virus disease 2019 (covid-19), sering kali ada perbedaan pendapat antara satu kelompok masyarakat dengan yang lain. Kerap juga kebijakan pemerintah dianggap tidak sesuai dengan pandangan sekelompok masyarakat ataupun individu. Perbedaan sejatinya tidak menjadi masalah utama dalam kehidupan. Yang menjadi masalah ketika perbedaan sudah diradikalisasi sehingga berbuntut pada perpecahan bahkan permusuhan ...
Read more 0

Relasi Pandemi dan Radikalisme: Pembelajaran anti-Diskriminasi

Jika sampai saat ini petugas medis masih banyak yang bertaruh nyawa untuk menghadirkan kesembuhan bagi penderita Covid-19 dan dan ilmuwan yang bekerja di laboratorium masih terus mengupayakan hadirnya vaksin untuk dapat melawan virus covid-19, maka sudah selayaknya juga masyarakat bersama tokoh masyarakat dan aparat yang ada untuk terus mengupayakan kondisi damai guna menjaga harmoni keberagaman yang ada. Hal demikian mendesak untuk diupayakan, sebab dampak dari kondisi sosial yang tidak baik sangat kuat menunjang hadirnya opini populisme. Yang pada gilirannya rentan untuk semakin memporak-porandakan kondisi sosial ekonomi yang coba untuk dibenahi dampak dari Pandemi yang ada. Pandemi yang ada jelas tak dapat hanya ditilik dari satu sudut pandang semata. Pandangan multi demensi jelas harus diketengahkan untuk hal ini, sebab ekses dari hal ini telah menyentuh semua aspek kehidupan manusia. Telah banyak ulasan yang bisa dinukil dari sejumlah media guna melihat bagaimana relasi pandemi yang ada terhadap kondisi sosial masyarakat kita. Yang pada gilirannya - bila penanganannya tidak tepat guna dan tidak tepat waktu, hanya akan melahirkan kerentanan terhadap kondisi sosial yang ada. Contoh sederhana adalah meningkatnya angka pengangguran, kriminalitas dan seterusnya. Bila berkaca dari realitas dari negara-negara luar, keadaan yang ada sosial ekonomi yang tidak menentu sangat berpotensi melahirkan kelompok-kelompok radikalis dalam hal ideologi dan tindakan. Yang bagi bagian dari kelomok ini, kekerasan hanyalah menjadi perangkat sederhana yang dapat dipilih kapan pun untuk mewujudkan keinginannya. Lahirnya kelompok militan macam Baader-Meinhoft pada 1970-an di wilayah Jerman - yang kemudian menjadi salah satu panutan kelompok-kelompok pecinta tindakan anarkis, bisa dilihat sebagai salah satu contohnya. Contoh lainya lagi adalah bagaimana kelompok para-military Al-Qaidah di wilayah Afghanistan sempat menjadi momok mengkhawatirkan baik bagi negara itu sendiri maupun aktor internasional lainnya. Eksistensi mereka tak dapat dilepaskan dari kondisi sosial ekonomi - yang meskipun saat itu tidak ada pandemi seperti yang hari ini terjadi, namun justru menghadirkan ancaman bagi kehidupan. Berangkat dari realitas historis semacam itu dan melihat ke dalam kondisi yang ada hari ini, kita pun mestinya wajib berfikir untuk mampu keluar dari ancaman tersebut. Bila para tenaga medis saja rela mengorbankan diri, waktu dan banyak hal lainnya untuk mengupayakan penyelamatan raga yang lain tanpa memandang identitas tertentu, maka mestinya praktik baik tersebut bisa menjadi contoh bagi kita semua. Kesungguhan mereka dalam mengupayakan penyembuhan bagi semua pihak, layak dan pantas menjadi teladan bagi semua kalangan. Terlebih lagi untuk pihak-pihak yang selama ini gemar mengumandangkan paradigma eksklusif dan diskriminatif terhadap pihak yang berbeda. Misalnya saja seperti tingkah dan pemikiran diskriminatif para tokoh yang tak jarang diskriminatif terhadap etnis tertentu dan agama tertentu. Tak dapat dipungkiri, kondisi seperti ini sejatinya rentan untuk ditunggangi oleh hadirnya pihak-pihak yang gemar bermain politik identitas dan menyuarakan semangat intoleran terhadap minoritas. Tantangan yang berat dan serius benar-benar hadir di hadapan kita saat ini, sebab realitas Indonesia yang beragam dan pasang-surutnya gesekan identitas khususnya terhadap minoritas hadir mewarnai kehidupan bangsa ini. Tentu kejadian-kejadian diskriminatif macam yang terjadi kepada mendiyang George Floyd di Amerika Serikat - yang pada gilirannya menimbulkan kemarahan dan gerakan anti-diskriminatif di seluruh dunia, tidak kita inginkan untuk terjadi di negara ini. Sebab kita pasti masih ingat bagaimana konflik identitas yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia hanya meninggalkan rasa perih dan ketakutan yang belum juga pulih sempurna. Sudah sejak lama ruang inkluturasi antar sejumlah budaya/agama terjadi di negara ini. Sehingga mestinya semua pihak mulai menyadari bahwa pemikiran dan paradigma eksklusif sejatinya adalah sebentuk kekerdilan berfikir semata. Berpayungkan paradigma semacam itu, hanya akan membuat kita menghadirkan kebencian terhadap pihak lain, terlebih lagi di masa-masa pendemi semcam ini. Sehingga bila sejak awal para founding fathers/mothers negeri ini sudah berhasil menghadirkan benih-benih hidup yang inklusif dalam dasar negara, yaitu pancasila, lantas untuk apa gunanya memaksakan paradigma eksklusif yang sejatinya tidak menghadirkan manfaat bagi bangsa ini? Apalagi sampai ingin menggantinya dengan dasar paradigma dan ideologi yang lain.
Narasi
Jika sampai saat ini petugas medis masih banyak yang bertaruh nyawa untuk menghadirkan kesembuhan bagi penderita Covid-19 dan dan ilmuwan yang bekerja di laboratorium masih terus mengupayakan hadirnya vaksin untuk dapat melawan virus covid-19, maka sudah selayaknya juga masyarakat bersama tokoh masyarakat dan aparat yang ada untuk terus mengupayakan kondisi damai guna menjaga harmoni keberagaman yang ada. Hal demikian mendesak untuk diupayakan, sebab dampak dari kondisi sosial yang tidak baik ...
Read more 0

Infodemik, Radikalisme dan Imunisasi Digital

Infodemik, Radikalisme dan Imunisasi Digital
Narasi
Selain menghadapi gelombang penyebaran virus Covid-19 yang mematikan, kita juga menghadapi arus sebaran informasi digital yang berkelindan dengan misinformasi bahkan hoaks. Fenomena penyebaran wabah penyakit mematikan secara global itu disebut sebagai pandemi. Sedangkan fenomena ledakan misinformasi dan hoaks itu kerap disebut sebagai infodemik. Dua hal itulah yang saat ini tengah menjadi tantangan berat yang harus dihadapi bangsa Indonesia. Di satu sisi, pandemi Covid-19 belum sepenuhnya bisa dikendalikan. Fase kenormalan baru ...
Read more 1

Merawat Kebhinekaan di Era Digital

Realisme Kritis dan Moderatisme
Narasi
Sejak munculnya revolusi digital dari perubahan teknologi mekanik dan elektronik analog ke teknologi digital yang telah ada sejak tahun 1980 dan berlanjut hingga hari dengan berbagai macam aplikasi digital seperti facebook, Instagram dan whatssApp. Budaya teknologi digital sedang merambah bangsa Indonesia pada era milineal. Revolusi digital telah mengubah paradigma seseorang dalam proses menjalani kehidupan dunia saat yang serba menggunakan alat teknologi. Teknologi membawa perubahan yang sangat besar sekali kepada seluruh ...
Read more 2

Realisme Kritis dan Moderatisme

Merawat Kebhinekaan di Era Digital
Narasi
Pada akhir abad ke-16 Galileo dinyatakan bersalah dan dikucilkan sampai mati oleh gereja karena menyatakan pendapatnya bahwa matahari adalah pusat tata surya yang berbeda dengan tafsir resmi gereja yang menyatakan sebaliknya. Atas fakta sejarah ini banyak orang kemudian menyimpulkan bahwa agama (iman) dan sains (pengetahuan) adalah dua kutub yang berseberangan atau bahkan mustahil untuk dipertemukan sebagaimana yang disimpulkan oleh Wittgenstein dengan konsep language game-nya, Foucault dengan episteme-nya, dan Thomas Khun ...
Read more 1

Vaksin Anti-Radikalisme ala Kegiatan Kepramukaan

Vaksin Anti-Radikalisme ala Kegiatan Kepramukaan
Narasi
Mengendornya moderasi dan toleransi di Indonesia akan berakibat vatal karena akan menyuburkan radikalisme yang berbuntut aksi terorisme. Maka, upaya pencegahan radikalisme, atau yang kini diistilahkan dengan vaksinasi, dilakukan dengan mengencangkan dan menebarkan sikap moderat dan toleran ( Endang Turmudi, 2005: 10-11). Jadi, ketika berbicara perihal vaksin anti radikalisme, maka yang dilakukan adalah menguatkan toleransi dan moderasi, karena dengan cara ini, radikalisme akan bisa diatasi. Terlebih jika mengacu studi yang dilakukan ...
Read more 0

Prinsip Moderasi Beragama di Masa Pandemi

Prinsip Moderasi Beragama di Masa Pandemi
Narasi
Akronim covid-19 atau lebih sering disebut dengan virus corona telah mewabah di Indonesia sejak pertengahan maret tahun ini, dan jumlah penderitanya semakin hari semakin meningkat, menurut data resmi pemerintah, sudah lebih dari 35 ribu orang terkonfirmasi positif covid-19 hingga pertengahan juni tahun ini. Angka yang tentu lumayan fantastis dikarenakan tiap hari masih ada saja yang terkonfirmasi positif virus corona. Hal ini tidak lain dikarenakan adanya efek dari program stay at ...
Read more 0

Membangun Kekebalan dari Radikalisme Agama Lewat Penguatan Ngaji Online khas Pesantren

Membangun Kekebalan dari Radikalisme Agama Lewat Penguatan Ngaji Online khas Pesantren
Narasi
Pernah suatu ketika saya menulis tentang info link resmi pemerintah daerah yang bisa digunakan untuk menditeksi keberadaan orang-orang yang positif corona di grup facebook daerah saya yang anggotanya sudah sangat banyak. Tapi, respon para aggota grup ternyata biasa saja. Status saya hanya dapat kurang lebih 9 like dan sekitar 5 komentar saja. Besoknya saya coba kirim lagi postingan di grup yang sama dengan tema sama, tapi sambil saya imbuhi gambar ...
Read more 0