Selasa, 19 Maret, 2024
Informasi Damai
Editorial

Editorial

Zakir Naik dan Inspirasi Pemuda Naik Menjadi Teroris

Zakir Naik dan Inspirasi Pemuda Naik Menjadi Teroris
Editorial
Seorang remaja Singapura ditangkap polisi karena terindikasi ingin mendirikan kekhalifahan Islam. Dia ditahan sejak Desember tahun lalu. Ia tidak terhubung secara langsung dengan jaringan teror dan hanya mengalami radikalisasi mandiri (self-radicalization) melalui propaganda online. Muhammad Irfan Danyal bin Mohammad Nor, remaja 18 tahun yang dalam pernyataan Kementerian Dalam Negeri (ISD) ...
Read more 0

Menghentikan Tuduhan Islam Teroris : Kenapa Harus Selalu Muslim?

Menghentikan Tuduhan Islam Teroris : Kenapa Harus Selalu Muslim?
Editorial
Pertanyaan ini kerap muncul ketika saya menyampaikan materi tentang radikalisme dan terorisme di Indonesia. Setelah uraian panjang tentang sejarah terorisme, pola rekrutmen, indoktrinasi dan narasi kelompok radikal terorisme, tidak sedikit peserta mengacungkan tangan untuk bertanya. Satu pertanyaan yang kerap muncul di setiap sesi pertemuan dengan tema tersebut adalah : kenapa ...
Read more 0

2023 : Bebas dari Narasi Intoleransi dan Radikalisme di Tahun Politik?

2023 : Bebas dari Narasi Intoleransi dan Radikalisme di Tahun Politik?
Editorial
Lembaran baru tahun 2023 telah dibuka. Banyak kisah di tahun sebelumnya yang penuh suka dan duka. Dalam potret satu aspek kehidupan berbangsa terkait intoleransi, radikalisme dan terorisme, tahun 2022 merupakan tahun yang hanya sedikit mengalami guncangan. Modal yang baik itu tentu sangat berharga dijadikan pijakan untuk melangkah ke tahun 2023 ...
Read more 0

Teror Bom Bunuh Diri Bukan Harakah Istisyhadiyah

Teror Bom Bunuh Diri Bukan Harakah Istisyhadiyah
Editorial
Ada yang menganggap bahwa bom bunuh diri dengan meledakkan diri dan merusak fasilitas publik dan memakan nyawa manusia sebagai harakah istisyhadiyah atau gerakan mati syahid. Jangan katakan bom bunuh diri tetapi katakan harakah istisyhadiyah. Demikian salah satu petikan seorang penceramah yang seolah membenarkan bom bunuh diri sebagai mati syahid. Potongan ...
Read more 0

Membaca Menurunnya Aksi Terorisme 2022: Efektifitas UU Baru atau Perubahan Strategi Kelompok Radikal?

Membaca Menurunnya Aksi Terorisme 2022: Efektifitas UU Baru atau Perubahan Strategi Kelompok Radikal?
Editorial
Apakah terorisme di tahun 2022 menurun? Jika berbicara terorisme sebagai aksi teror tentu jawabannya; mengalami penurunan, bahkan tidak ada sama sekali. Hanya upaya Siti Elina pada bulan Oktober lalu yang secara nekat mencoba menerobos pengamanan di Istana Negara. Selebihnya, kasus aksi teror sepanjang tahun 2022 tidak ditemukan. Tentu hal ini ...
Read more 0

Membaca Narasi Khilafah sebagai Solusi Mengatasi Bencana

Membaca Narasi Khilafah sebagai Solusi Mengatasi Bencana
Editorial
Gempa bumi mengguncang Cianjur, Jawa Barat pada Senin, (21-11/22). Gempa yang menelan ratusan korban jiwa menjadi bencana nasional yang membawa kesedihan yang mendalam bagi bangsa Indonesia. Sebagai sebuah kejadian alam (natural hazard) yang menimpa manusia, gempa tentu mempunyai konstruksi makna yang beragam. Di tengah kesedihan mendalam para korban, kelompok radikal ...
Read more 0

Sesal “Hijrah” Ke “Negeri Khilafah”

Sesal “Hijrah” Ke “Negeri Khilafah”
Editorial
Pada pertengahan tahun 2014 hingga 2016 awal, gegap gempita berita internasional tidak henti memotret kegagahan kelompok pendiri Khilafah di negeri Irak-Suriah. Propaganda tentang kehebatannya, janji kesejahteraannya, iming-iming kemakmuran, dan sejuta mimpi hidup dalam naungan negara khilafah muncul di berbagai platform media sosial. Kelompok yang menamakan diri Islamic State in Iraq ...
Read more 1

Mencegah Para Pembajak Agama

Editorial
Radikalisme sering dikritisi sebagai istilah yang dianggap mendiskreditkan dan menyudutkan agama tertentu. Dalam kasus Islam, istilah Islam radikal dianggap sangat menyudutkan umat Islam. Betapa tidak, berbagai kejadian teror yang dilakukan oleh orang yang beragama Islam kerap dilabeli dengan istilah Islam radikal. Penyebutan Islam radikal sebenarnya lebih pada simplifikasi dari pengertian ...
Read more 1

Ramadan: Mengendalikan Emosi, Membangun Rekonsiliasi

Ramadan: Mengendalikan Emosi, Membangun Rekonsiliasi
Editorial
Marhaban ya Ramadan. Demikian ungkapan dari jutaan umat Islam di seluruh dunia menyambut tamu agung, Ramadan, dengan penuh gembira dan suka cita. Ungkapan ini menilik dari arti marhaban, menurut Quraish Shibab, merupakan luapan kata yang mengandung arti penyambutan dengan lapang dada, penuh kegembiraan, kerelaan dan penuh ketenangan dan kenyamanan. Kenapa ...
Read more 0

Penguatan Pendidikan Karakter untuk Bangsa Indonesia yang Beradab

Budaya perkelahian antar pelajar masih menjadi masalah klasik. Masalah ini menjadi semakin kompleks akhir-akhir ini dengan fenomena semakin beraninya siswa sekolah mempermalukan guru di kelas, diajak berkelahi, dianiaya bahkan ada yang dipukul hingga tewas. Berbagai fenomena tersebut cukup merisaukan karena generasi inilah yang akan menentukan masa depan bangsa di masa yang akan datang. Pendidikan sejatinya tidak hanya mendidik anak mempunyai prestasi tinggi dalam bidang akademik, tetapi hal yang mesti diperhitungkan adalah kualitas penanaman karakter. Dengan kata lain, pendidikan sebenarnya bertujuan pada dua hal mendorong manusia yang cerdas secara intelektual dan membentuk manusia yang beradab secara spiritual, emosional, dan sosial. Tidak cukup memiliki kualitas intelektual, tetapi krisis di aspek kecerdasan spiritual, emosional dan sosial. Aspek kedua inilah yang disasar oleh pendidikan karakter. Kenapa pendidikan karakter menjadi sangat penting? Kunci keberhasilan seorang siswa kelak bukan hanya ditentukan oleh prestasi akademiknya, tetapi sangat tergantung dari kepriadian dan mentalnya. Jiwa kemandirian, kesopanan, adaptable dengan lingkungan dan tantangan, mudal bergaul dan siap menerima perbedaan merupakan karakter dan nilai yang juga sangat menentukan masa depan siswa. Karena itulah, misi besar bangsa ini untuk memberikan, mendidik dan menanamkan pendidikan karakter di sekolah harus terus didukung dan digalakkan. Namun, pertanyaannya apakah karakter bisa dibentuk hanya dengan pendidikan formal dan pengajaran ruang kelas berbasis mata pelajaran? Karakter sebenarnya sangat terkait dengan sikap dan pandangan yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Proses penanaman karakter tidak hanya berhenti pada pemberian mata pelajaran norma dan etika, tetapi keteladanan di lingkungan sosial. Dari sinilah, pendekatan budaya menjadi sangat penting dalam mentransfer karakter dan nilai kepada anak. Pendekatan budaya dalam mendidik watak dan karakter mengandainkan bahwa lingkungan sosial harus menjadi arena kondusif bagi penanaman dan proses identifikasi siswa dalam menyerap pendidikan karakter. Setidaknya tiga elemen penting sebagai kunci efektifitas pendidikan karakter yang harus dikuatkan: lingkungan masyarakat yang dimulai dari keluarga, budaya sekolah yang mendukung dan lingkungan kelas. Pertama, lingkungan masyarakat yang dimulai dari unit paling kecil bernama keluarga. Keluarga berperan sangat penting sebagai sekolah pertama dalam mendidik karakter anak. Orang tua tidak hanya khawatir ketika anaknya mendapatkan nilai jelek, tetapi akan lebih khawatir ketika melihat anaknya mulai tidak disiplin, tidak jujur, tidak sopan dan mulai bersikap kasar. Pembudayaan karakter yang beradab harus dimulai keluarga dengan cara keteladanan seorang ibu dan bapak. Keluarga harus menjadi institusi pertama yang mendorong anaknya untuk percaya dan menghormati lingkungan sekolah baik guru dan teman sebayanya. Akan fatal, apabila orang tua justru tidak menaruh kepercayaan atas proses pembelajaran di sekolah. Intinya, keteladan orang tua merupakan cermin bagaimana siswa bersikap di lingkungan sekolah. Kedua, budaya lingkungan sekolah. Institusi pendidikan harus menjamin dan menyediakan ruang sosial yang kondusif yang dapat membantu proses internalisasi nilai dan watak peserta didik. Keagamaan, kedisiplinan, kejujuran, saling menghormati, dan kemandirian harus menjadi budaya yang tercipta di lingkungan sekolah. Ketiga, lingkungan kelas. Proses inti pembelajaran pendidikan karakter adalah di ruang kelas. Dalam proses inilah, dibutuhkan guru yang mampu mengkomunikasikan pengetahuan menjadi sikap bukan doktrin. Guru harus menjadi teladan tetapi juga teman yang baik dan komunikatif dalam memecahkan persoalan di kelas. Ketiga elemen penting untuk saling menguatkan dalam menanamkan pendidikan karakter seperti nilai agama, norma kesopanan, integritas, kepedulian, kebersamaan dan cinta tanah air. Hal ini akan selaras dengan tujuan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Editorial
Budaya perkelahian antar pelajar masih menjadi masalah klasik. Masalah ini menjadi semakin kompleks akhir-akhir ini dengan fenomena semakin beraninya siswa sekolah mempermalukan guru di kelas, diajak berkelahi, dianiaya bahkan ada yang dipukul hingga tewas. Berbagai fenomena tersebut cukup merisaukan karena generasi inilah yang akan menentukan masa depan bangsa di masa ...
Read more 1