Minggu, 13 Juli, 2025
Informasi Damai
Archives by: Heru harjo hutomo

Heru harjo hutomo

0 comments

Heru harjo hutomo Posts

Membilas Busa-Busa Pemberontakan

Membilas Busa-Busa Pemberontakan
Narasi
Pemberontakan pada dasarnya adalah salah satu faktisitas manusia, yang merupakan cara beradanya. Demikianlah tali simpul yang dapat ditarik dari seorang Albert Camus. Sastrawan Perancis peraih nobel sastra ini, yang seusai itu meninggal karena mobilnya menabrak sebuah pohon, memilah pemberontakan manusia menjadi pemberontakan metafisik dan pemberontakan historis. Sebagaimana laiknya para eksistensialis, Camus menitikberatkan pula pada aksi daripada refleksi. Tilikannya pada tema pemberontakan tak dapat dilepaskan dari asumsi besar eksistensialisme bahwa yang ...
Read more 0

Agama, Seni, dan Budi Pekerti

Agama, Seni, dan Budi Pekerti
Narasi
Terdapat suatu masa dimana banyak orang tiba-tiba, yang tentu saja dengan perjuangan berat, menentukan jalan sendiri di samping dunia keagamaan yang telah dilakoni oleh para kerabatnya. Agama memang tak selamanya dapat ramah terhadap lika-liku kehidupan duniawi. Bukankah banyak dalil-dalil keagamaan yang memandang rendah dunia dan segala pernak-perniknya, bahwa dunia itu adalah seperti halnya bangkai kambing, seumpamanya? Dalam menghadapi gelombang “biru” atau juga gelombang “putihan” itu, yang sama mengagendakan kehidupan religius ...
Read more 0

Telat Zaman dan Krisis Kebudayaan

Telat Zaman dan Krisis Kebudayaan
Kebangsaan
Bangsa Nusantara mewarisi bermacam cara untuk mendewasakan diri mereka. Kedewasaan diri memang sebentuk ukuran yang tak pernah sama. Dalam setiap kebudayaan tentu memiliki ukuran masing-masing menyangkut kedewasaan diri seseorang. Ada satu istilah di Jawa yang disebut sebagai perilaku “sor pageran” atau “ngisor pager” yang melukiskan karakter orang yang tak pernah mengenal bangku pendidikan: kasar, goblok, songong, penggunaan otot lebih dominan dibanding otak, dan tentu saja kekerasan dianggap sebagai satu-satunya cara ...
Read more 0

Kemutlakan Politik, Kenisbian Agama

Kemutlakan Politik, Kenisbian Agama
Narasi
Frederick Wilhelm Nietzsche barangkali adalah salah satu pemikir yang pertama kali menyingkapkan bahwa politik adalah sebentuk daya hidup. Tentu, politik di sini adalah berkaitan dengan bagaimana manusia memberdayakan dirinya. Dalam konsep der Wille zur Macht, pada dasarnya Nietzsche meletakkan politik sebagai sebentuk azas kehidupan. Maka, dalam perspektif Nietzschean ini, politik dengan segala permainannya bersifat mutlak. Michel Foucault kemudian membawa politik dalam perspektif Nietzschean tersebut dengan lebih rinci. Ia laksana udara ...
Read more 0

Khilafah dan Pelepasan

Khilafah dan Pelepasan
Narasi
Ketika ideologi telah banyak dinyatakan mati, atau setidaknya tak lagi menggairahkan untuk menjelaskan dan mengarahkan kehidupan, Pancasila masih dapat bertahan sebagai sebuah kerangka pikir (Membekap Ideologi, Menyingkap Nalar, Heru Harjo Hutomo, https://jalandamai.org). Kematian ideologi merupakan tema besar di ranah pemikiran poststruktural yang secara simbolik ditandai dengan runtuhnya Tembok Berlin dan bubarnya Uni Soviet pada tahun 1989. Tentu saja dalam peristiwa sejarah itu ideologi identik dengan fasisme dan kemudian komunisme. Istilah ...
Read more 0

Politik (Tanpa) Identitas?

Politik (Tanpa) Identitas?
Narasi
Jean-Francoise Lyotard, pada dekade 70an, menerbitkan sebuah hasil kajian yang konon dianggap sebagai tonggak akhir peradaban modern dan lahirnya peradaban postmodern secara filosofis dan kebudayaan. Secara politis, kondisi postmodern ditandai oleh beberapa fenomena semisal kematian ideologi yang dikategorikannya sebagai sebentuk metanaratif, atau narasi agung yang terbukti sama sekali tak menjawab kebutuhan kongkrit manusia. Kematian ideologi sebagai metanaratif ini kemudian melahirkan aspirasi-aspirasi sosial-politik yang dirasa lebih menjawab persoalan daripada aspirasi-aspirasi yang ...
Read more 0

Kenyataan dan Keterbatasan Pemikiran

Kenyataan dan Keterbatasan Pemikiran
Narasi
Seperti ibu + nenekku jugatambah ketujuh turunan yang laluaku minta pula supaya sampai di sorgayang kata Masyumi + Muhammadiyah bersungaisusudan bertabur bidadari beribu —Sorga, Chairil Anwar Adakah Chairil Anwar akan terkaget ketika seumpamanya tahu bahwa kini di Arab lembah-lembah dan gunung-gunung telah menghijau dan tempat-tempat yang konon keramat kini dijadikan tempat wisata untuk sekedar memanjakan mata dan raga? Atau lebih tepatnya, masih menggigitkah imaji tentang sorga sebagaimana yang selama ini, ...
Read more 0

Tradisi Nyandhang dan Moderasi Beragama

Tradisi Nyandhang dan Moderasi Beragama
Narasi
Budi ayu manggih rahayu Dur angkara manggih sangsara –Serat Kridhagrahita. Pada akhir bulan Ramadhan, menjelang lebaran, lazimnya orang-orang akan berbondong-bondong membeli pakaian baru. Kegiatan dan kebiasaan ini, di kalangan masyarakat Jawa, karib disebut dengan istilah “nyandhang.” Berbeda dengan istilah “shopping” pada masyarakat kontemporer, pada dasarnya nyandhang sama sekali tak berkaitan dengan konsumerisme dan konsumtivisme. Pada dua gejala masyarakat kontemporer itu, konsumerisme dan konsumtivisme, hasrat seolah memang menjadi motor dari keberadaannya. ...
Read more 0

Mendidik Anak, Mendidik Rasa

Mendidik Anak, Mendidik Rasa
Narasi
Telah lumrah dalam kebudayaan Jawa terdapat banyak “koan”atau kata-kata yang memang tak menuntut sebuah pembuktian inderawi maupun penalaran sebagai sebuah cara untuk memahaminya. Taruhlah dalam sesanti yang ditinggalkan oleh RMP. Sosrokartono, “Guru muride pribadi, Murid gurune pribadi.” Ataupun dalam ungkapan yang senafas, “Bapake anake, Anake bapake.” Maka dari itu, pengetahuan dalam kebudayaan Jawa adalah lebih bersifat eksperiental dari pada eksperimental dan kognitif. Bahkan dalam Serat Wedhatama, saking eksperientalnya, seseorang mesti ...
Read more 0

Ngelmu Keling, Kacawirangi, dan Transformasi Diri

Ngelmu Keling, Kacawirangi, dan Transformasi Diri
Kebangsaan
Witing luput saka kalimput—Serat Kridhagrahita. Syahdan, seorang santri tengah bingung karena disebut “keling” dan ilmu yang dipunyainya hanyalah “ngelmu keling” oleh seorang tua yang secara kasat mata tampak biasa-biasa saja dan merupakan target utamanya dalam mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar. Dalam melaksakan misi suci itu, sang santri cukup percaya diri bahwa apa yang dilakukannya pastilah benar dan tak mungkin ada orang yang berani dan dapat menyanggahnya. Sebab, semuanya sudah jelas, ...
Read more 0