Minggu, 13 Juli, 2025
Informasi Damai
Archives by: Heru harjo hutomo

Heru harjo hutomo

0 comments

Heru harjo hutomo Posts

Kuasa Digital dan People Power

Kuasa Digital dan People Power
Narasi
Pada 2014 terjadilah di Indonesia apa yang dapat disebut sebagai fenomena “kuasa kata” atau lebih tepatnya “kuasa wacana.” Prinsip bahwa hanya ada satu dunia dan itu adalah dunia kata atau dunia wacana sementara tak ada jalan keluar darinya seperti mendapatkan kenyataannya. Kata-kata atau wacana, lewat dunia digital yang berupa media-media sosial, seolah telah menjadi jagat ketiga setelah jagat nyata dan jagat maya (Hikayat Kebohongan, Heru Harjo Hutomo, https://jalandamai.org). Jagat ketiga ...
Read more 0

Islam yang Mapan, Pancasila yang Rapuh

Islam yang Mapan, Pancasila yang Rapuh
Narasi
Seorang perempuan yang berhijab dan berkaos ketat hitam tiba-tiba mendamprat seorang lelaki yang tampak tak rapi di sebuah keramaian. “Seandainya saja kau nurut padaku, tak akan seperti ini keadaanmu!” kata perempuan yang tampak sebagai seorang ahli ekonomi itu. Sejak pasca pilpres 2014, dan menguat menjelang 2019, “Islam” cenderung selalu dibawakan untuk tampak rapi, mapan, dan seolah lebih benar untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia. Dan bahkan, “kebohongan” ...
Read more 0

Dor-Doran, Pengajian, dan Moderasi Beragama

Dor-Doran, Pengajian, dan Moderasi Beragama
Kebangsaan
Sepertinya bulan Ramadhan memang bulan yang sarat dengan pendamalan pengetahuan dan pengalaman keagamaan, yang salah satu di antaranya lewat pengajian. Pengajian adalah jelas istilah yang khas Jawa. Seandainya banyak orang selalu menghubungkan pengajian dengan agama atau pembelajaran dan pendalaman wawasan keagamaan, dari perspektif budaya Jawa ternyata pengajian dapat tak ada kaitannya sama sekali dengan agama. Dalam bahasa Jawa, istilah pengajian dapat diartikan sebagai penegakkan nilai-nilai karena akar kata istilah itu ...
Read more 0

Dipanegara dan Dakwah-Dakwah Kultural Warisannya

Dipanegara dan Dakwah-Dakwah Kultural Warisannya
Tokoh
Seusai 1830, jauh sebelum KH. Hasyim Asy’ari merumuskan apa yang kini dikenal sebagai “nasionalisme religius,” pada dasarnya sikap keberagamaan yang bersifat autochthonous atau berpijak pada tempatnya berada sudah diteoritisasikan sekaligus dipraksiskan oleh Pangeran Dipanegara dan laskar-laskarnya (Jejak Dipanegara dalam “Ilmu Pujian Roso Sampurno”, Heru Harjo Hutomo, https://alif.id). Perang Jawa, atau juga disebut sebagai “Perang Sabil,” yang barangkali juga mengilhami peristiwa 10 November yang berasal dari fatwa jihad KH. Hasyim Asy’ari, ...
Read more 0

Konspirasi dan Peradaban

Konspirasi dan Peradaban
Narasi
Adalah seorang Jean-Michel Basquiat yang sebermulanya suka mencorat-coret tembok yang kini kemudian lebih popular dengan sebutan seni graffiti dengan berbagai turunannya ketika sampai digaleri-galeri: naïve art ataupun lobow art. Seusai ditemukan dan diajak berkarya bersama oleh seniman pop-art, Andy Warhol, Basquiat kemudian menjadi besar dan karya-karya seni rupanya, yang sebelumnya seperti halnya coret-moret absurd, dianggap buah karya dari seorang jenius. Dalam karya-karyanya yang di atas kanvas, seniman yang mati diusia ...
Read more 0

Kesusastraan, Pendidikan, dan Toleransi

Kesusastraan, Pendidikan, dan Toleransi
Narasi
Kalamun nandhing sarira Tinemu beda malah nyulayani Benere dhewe ginungggung Tinampik liyaning lyan Beda kalian tepa sarira puniku Ika kang den upayaa Tinemu samining sami —Heru Harjo Hutomo. Kesusastraan seringkali dianggap sebagai sebentuk pembangunan karakter. Bahkan, tentang urgensi kesusastraan, dalam Serat Sastra Gendhing warisan Sultan Agung, bersama dengan musik, kesusastraan dapat menjadi sarana untuk mengenal Tuhan. Orang mengenal nama-nama besar dalam sejarah yang rata-rata akrab dengan kesusastraan sejak kecil. Dalam ...
Read more 0

Wage Pungkasan dan Lebaran

Wage Pungkasan dan Lebaran
Kebangsaan
Pasar iku Aweh pasemoning laku Begalaning marga Marganing sang pramana Panon Hyang Manon Memanoning pyambaknya —Heru Harjo Hutomo. Dalam perspektif budaya Jawa, Ramadan dan lebaran pada dasarnya adalah sebentuk prosesi yang saling berkaitan. Setelah sebelumnya melalui bulan Syaban, yang di Jawa disebut sebagai bulan Ruwah di mana orang-orang Jawa memiliki tradisi untuk berziarah dan membersihkan makam para leluhurnya, pengolahan diri yang dilakukan pada bulan Ramadan akan bersambung pada perayaan akan ...
Read more 0

Bulan Suci, Pekan Suci, dan Toleransi

Bulan Suci, Pekan Suci, dan Toleransi
Narasi
Iman adalah suatu hal yang sepertinya selalu mengelak dari jeratan nalar. Dan filsafat, celakanya, hidup karena jeratan itu, kategorisasi. “Berpikir adalah mengkategorisasi,” ucap Aristoteles. Atas dasar itulah kemudian sejarah agama adalah juga sejarah tentang membilang yang tak terbilang, membentuk yang tak berbentuk. Alasan orang berlapar-lapar dan berdahaga ria di bulan Ramadhan konon adalah dalam rangka mendidik diri, bahwa terdapat kenyataan beserta segala konsekuensinya yang berlebih dari sekedar kenyataan dan kenikmatan ...
Read more 0

Ramadhan dan Jiwa-Jiwa yang Toleran

Ramadhan dan Jiwa-Jiwa yang Toleran
Narasi
Bulan Ramadhan pada dasarnya adalah sebuah kondisi dimana, konon, orang mengaji dan mengkaji kembali agama Islam dari ranting, dahan, batang, akar, dan bahkan bijinya. Tentu, metafora kayon ini lebih tepat dikenakan pada wilayah keimanan atau keyakinan yang konon lebih tinggi derajatnya daripada wilayah keislaman dalam hierarki Islam-Iman-Ihsan. Dalam literatur sufisme, lambang dan istilah kayon atau gunungan dikenal sebagai sajaratul yaqin atau bahkan sajaratul ma’rifat. Ketika Islam dikaji kembali dengan kacamata ...
Read more 0

Menjadi Bayi: Puasa dan Transformasi Diri

Menjadi Bayi: Puasa dan Transformasi Diri
Narasi
Ada satu rumus yang menyatakan bahwa semakin lemah fisik manusia, maka akan semakin menguat sisi batiniyahnya. Dari berbagai kebudayaan yang ada, sepertinya rumus inilah yang melatari pula perjalanan agama atau khususnya para pemukanya. Tak kurang dari Siddharta, yang meninggalkan segala statusnya di dunia, Yesus, yang konon terang-terangan mengutamakan jiwa dengan titik-berat etika “emas”-nya, hingga Muhammad yang konon selalu memilih jalan tengah dalam setiap persoalan yang dihadapi. Dalam banyak tradisi spiritual ...
Read more 0