Jumat, 12 September, 2025
Informasi Damai

Artikel Edukasi Damai

Refleksi Hari Raya Qurban: Menyembelih Fanatisme dan Ananiah dalam Diri
Keagamaan

Refleksi Hari Raya Qurban: Menyembelih Fanatisme dan Ananiah dalam Diri

Hari raya Idul Adha atau Hari Raya Qurban merupakan salah satu bentuk dari simbol pengorbanan, ...
Read more 0
Titik Temu Kurban: Dari Abraham, Gotong Royong, hingga Etika Bernegara
Narasi

Titik Temu Kurban: Dari Abraham, Gotong Royong, hingga Etika Bernegara

Setiap tahun, sayup-sayup takbir menggaung, disusul prosesi penyembelihan hewan kurban yang menjadi penanda salah satu ...
Read more 0
Idul adha, Ritus Suci yang Menutup Celah Konflik di Akar Rumput
Narasi

Idul adha, Ritus Suci yang Menutup Celah Konflik di Akar Rumput

Idul adha bukan hanya dirayakan sebagai momen spiritual tetapi juga kultural di Indonesia. Tesis ini ...
Read more 0
Problem India, Nasionalisme dan Upaya Mengukuhkan Solidaritas Kemanusiaan
Faktual

Menyulam Toleransi di Tengah Ketegangan Global

Mei 2025, dunia terjaga dengan ketegangan yang kembali merebak antara India dan Pakistan. Konflik yang ...
Read more 0
Desa Siaga; Sinergi Pemerintah dan Masyarakat Mewujudkan Ketahanan Sipil di Akar Rumput
Narasi

Damai Bukan Berarti Aman: Menghidupkan Kesiapsiagaan di Tengah Status Nihil Teror

Indonesia patut bersyukur karena dalam beberapa tahun terakhir, tidak ada aksi terorisme besar yang mengguncang ...
Read more 0
Kesiapsiagaan Merupakan Daya Tangkal dalam Pencegahan Terorisme
Narasi

Kesiapsiagaan Merupakan Daya Tangkal dalam Pencegahan Terorisme

Ancaman terorisme yang terus berkembang bukanlah masalah yang dapat diselesaikan dengan pendekatan konvensional atau sekadar ...
Read more 0
Zero Attack; Benarkah Terorisme Telah Berakhir?
Narasi

Zero Attack; Benarkah Terorisme Telah Berakhir?

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia tampak lebih tenang dari bayang-bayang terorisme yang pernah begitu dominan ...
Read more 0
Pembelajaran dari Mitologi Kuda Troya dalam Ancaman Terorisme
Narasi

Pembelajaran dari Mitologi Kuda Troya dalam Ancaman Terorisme

Di tengah sorotan prestasi nihilnya serangan teror dalam beberapa tahun terakhir, kita mungkin tergoda untuk ...
Read more 0
Jejak Langkah Preventif: Saddu al-Dari’ah sebagai Fondasi Pencegahan Terorisme
Keagamaan

Jejak Langkah Preventif: Saddu al-Dari’ah sebagai Fondasi Pencegahan Terorisme

Dalam hamparan sejarah peradaban manusia, upaya untuk mencegah malapetaka sebelum ia menjelma menjadi kenyataan bukanlah ...
Read more 0
Mutasi Sel Teroris di Tengah Kondisi Zero Attack; Dari Faksionalisme ke Lone Wolf
Narasi

Mutasi Sel Teroris di Tengah Kondisi Zero Attack; Dari Faksionalisme ke Lone Wolf

Siapa yang paling diuntungkan dari euforia narss zero terrorist attack ini? Tidak lain adalah kelompok ...
Read more 0
Mitos Kematian ISIS dan Zero Terrorism Attack sebagai Alarm Pencegahan Dini
Keagamaan

Penerapan Saddu al-Dari’ah dalam Pencegahan Terorisme

Pada tahun 2024, TE-SAT (Europol’s European Counter Terrorism Centre) melaporkan adanya 120 serangan teror di ...
Read more 0
Sadd al-Dzari’ah dan Foresight Intelijen: Paradigma Kontra-Terorisme di Tengah Ilusi Zero Attack
Narasi

Sadd al-Dzari’ah dan Foresight Intelijen: Paradigma Kontra-Terorisme di Tengah Ilusi Zero Attack

Selama dua tahun terakhir, keberhasilan Indonesia menangani terorisme dinarasikan melalui satu frasa kunci: zero terrorist ...
Read more 0
Membaca Narasi Zero Terrorist Attack Secara Konstruktif
Narasi

Membaca Narasi Zero Terrorist Attack Secara Konstruktif

Harian Kompas pada tanggal 27 Mei 2025 lalu memuat tulisan opini berjudul “Narasi Zero Attack ...
Read more 0
Merespon Zero Attack dengan Menghancurkan Sekat-sekat Sektarian
Narasi

Merespon Zero Attack dengan Menghancurkan Sekat-sekat Sektarian

Bagi sebagian orang, kata “saudara” sering kali dipahami sempit, hanya terbatas pada mereka yang seagama, ...
Read more 0
Setiap peradaban besar mempunyai titik tolak dan momentum yang diperingati yang dikenal dengan sistem kalender. Kalender Gregorian adalah yang identik dengan umat Nasrani dan paling umum dikenal secara internasional diperkenalkan Paus Gregorius XIII pada tahun 1582 yang mengawali pada 1 Januari. Bangsa Yahudi dengan kalender Ibrani mengenal tahun baru Rosh Hashanah. Ada juga peradaban Tionghoa berbasis siklus bulan yang dikenal dengan Imlek. Ada pula Kalender Persia yang dikenal sebagai Kalender Iran dengan tahun baru yang disebut Nowruz. Dan tentu saja, peradaban Islam yang dikenal dengan tahun baru Hijriyah, dimulai bulan Muharram. Kenapa Islam akhirnya memutuskan harus mempunyai sistem kalender dan peringatan yang harus diperingati setiap tahun? Bukankah Nabi tidak mengajarkannya? Pertama tentu kita tidak boleh berasumsi Islam dengan ijtihad pemikiran dan kebudayaannya sudah selesai ketika Nabi wafat. Banyak sekali tantangan dan kebutuhan yang harus dilalui dan dilampaui umat Islam. Inovasi, kreasi dan kebaruan bukan bid’ah yang tabu dalam memajukan Islam. Adalah Khalifah Umar bin Khattab yang berinisiatif agar umat Islam mempunyai sistem penanggalan yang jelas karena ketiadaan catatan waktu dari dokumen untuk keperluan admistratif pemerintahan. Dipanggillah tokoh-tokoh untuk mendiskusikan sistem kalender dan awal mula tahun dalam Islam. Singkat kata, Islam mengawali pada momentum perpindahan dari Makkah ke Madinah yang dikenal hijrah. Sistem kalender ini pun dikenal dengan Tahun Hijriyah. Bukan merujuk pada sistem kalender Romawi, Persia dan sebagainya. Bukan pula merujuk pada kelahiran atau wafatnya Nabi. Pilihan cerdas umat Islam adalah momentum hijrah. Jenius dan tepat sekali ketika kalender Islam disandarkan pada momentum hijrah. Setiap tahun umat Islam diingatkan untuk kembali mengambil pesan dan semangat perpindahan mentalitas dan pemikiran dari kejumudan, fanatisme, dan kebencian menuju semangat komunitas Madinah yang dinamis, toleran, terbuka dan yang paling penting terikat dalam persaudaraan. Hijrah Nabi ke Madinah bukan sekedar pelarian dan pencarian suaka politik sebagaimana hijrah sebelumnya. Hijrah kali ini berbeda. Ada misi penyelamatan umat dari cengkraman penyiksaan kaum Qurays sekaligus misi perdamaian di Madinah sebagaimana permintaan para suku-suku yang selalu terlibat pertikaian di sana. Maka, yang paling sukses dan teringat dari hijrah ini adalah ikatan persaudaraan Madinah. Membangun sebuah peradaban yang diikat dengan tali persaudaraan. Tidak ada lagi kekerasan, kebencian dan ekslusifitas, tetapi semua berada dalam naungan konsitusi yang disusun dan diperjanjikan bersama. Sangat brilian apa yang dilakukan Rasulullah dengan gerakan hijrah dan membangun Madinah. Tidak ada yang merasa tersisihkan. Pendatang tidak mengalahkan pribumi. Perbedaan suku dan agama bukan halangan untuk saling melindungi. Negara dengan ide demokrasi yang pada saat bersamaan daratan lain masih bermegah-megah dengan sistem kekaisaran dan kerajaan. Dan tentu saja, tidak mengherankan ketika sahabat Umar, sang Khalifah dan mujtahid ini, tidak diragukan memilih momentum hijrah sebagai penanda awal tahun baru Islam. Bukan tanpa makna dan pesan. Umar tentu saja ingin umat Islam generasi berikutnya yang belum mengalami peristiwa hijrah mampu merasakan energi dan sensasi hijrah. Apa pesannya? Umat Islam diajak untuk melakukan muhasabah. Intropeksi dan refleksi. Meninggalkan kebiasaan penuh dendam, benci dan permusuhan menuju semangat saling bersaudara. Selamat Tahun Baru Islam, Mari Perkokoh Persaudaraan Kebangsaan Kita.
Kebangsaan

Keruntuhan Peradaban dan Penthahelix

Tragedi di padang Bubat pada abad keempat belas, di mana kesalahpahaman diplomatik antara Majapahit dan ...
Read more 0