Senin, 19 Mei, 2025
Informasi Damai

Artikel Edukasi Damai

Bahaya Dampak Politik Identitas terhadap Kebhinekaan Bangsa
Kebangsaan

Bahaya Dampak Politik Identitas terhadap Kebhinekaan Bangsa

Indikator politik identitas akan mewarnai Pemilu 2024 telah tampak. Terlihatnya bendera tauhid “ala” HTI pada ...
Read more 0
Dari Intoleransi ke Radikal, Bagaimana Menyembuhkan?
Keagamaan

Dari Intoleransi ke Radikal, Bagaimana Menyembuhkan?

Persoalan kekerasan, anarkisme dan bahkan terorisme bukan sebuah tindakan yang tiba-tiba. Semua tindakan memiliki motif ...
Read more 0
Memang ada segelintir orang yang memiliki warisan paham yang menganggap Indonesia sebagai negara kafir, thagut dan tidak Islami. Narasi ini sangat berbahaya karena implikasinya mendudukkan negara ini sebagai negeri perang. Tidak jarang pada akhirnya muncul terorisme dengan cita-cita ideologis mengganti dasar negara. Mungkin tidak perlu saya debatkan secara ideologis tentang dasar negara ini islami atau tidak. Pentolan mantan ideologi kelompok radikal terorisme, Abu Bakar Ba’asyir, ada akhirnya mengakuti keselarasan antara Pancasila dengan tauhid. Namun, fakta tak terbantahkan adalah kondisi sosiologis keislaman di Indonesia. Indonesia menjadi negara dengan jumlah masjid terbanyak di dunia. Dengan jumlah penduduk muslim di Indonesia sebanyak 237,53 juta jiwa per 31 Desember 2021, Indonesia memiliki kurang lebih 800.000 masjid di berbagai daerah. Lima provinsi dengan masjid terbanyak sebagai berikut Lampung (12.000 masjid), Sulawesi Selatan (14.313 masjid), Jawa Timur (48.947 masjid), Jawa Tengah (50.549 masjid) dan Jawa Barat (58.979 masjid). Selain itu, ditinjau dari sisi kebijakan pemerintah, tidak ada rekayasa yang menyulitkan umat Islam di Indonesia untuk mendirikan masjid. Bahkan bisa jadi masjid yang dibangun tidak berizin pun atas nama pribadi, keluarga dan masyarakat di kampung-kampung juga banyak ditemukan. Dan bayangkan hampir seluruh provinsi dan kabupaten di Indonesia memiliki masjid agung sebagai penanda sebuah wilayah. Lepas dari penjajahan, apa yang dipikirkan oleh pemimpin bangsa ini salah satunya adalah berdirinya sebuah masjid. Masjid Istiqlal diprakarsai oleh negara sebagai simbol implementasi Indonesia yang berdasarkan kepada Ketuhanan. Bayangkan ada masjid negara yang dibuat langsung oleh Presiden. Lalu, Indonesia dianggap negara kafir? Dalam aspek kebijakan lainnya, tidak pernah ada larangan dalam perayaan keagamaan khususnya Islam. Bahkan hari-hari besar Islam diperingati sebagai hari libur nasional. Bahkan beberapa peritsiwa penting seperti Maulid Nabi, Israk Mikraj dan Tahun baru Islam menjadi peringatan yang tidak hanya diperingati di tengah masyarakat tetapi peringatan di Istana Negara. Negara mana yang menyelenggarakan secara nasional dan diresmikan oleh negara beberapa kegiatan keislaman yang tidak hanya hari raya besar keisalaman saja? Bahkan nuzulul quran saja diperingati secara nasional dan diselenggarakan oleh negara. Negara juga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya tidak hanya pada aspek hari-hari besar, bahkan pengajian, majlis taklim dan tabligh akbar bebas menguasai ruang-ruang publik di Indonesia. Kemeriahan dzikir juga banyak bertebaran di berbagai pelosok negeri yang sejatinya tidak akan pernah ditemukan di negara Islam seperti Timur Tengah sekalipun. Karena itulah, menjadi tidak logis bahkan sangat menyesatkan jika Indonesia dianggap negara kafir. Negara kafir berarti negara yang tidak memberikan ruang dan kebebasan kepada umat Islam. Negara kafir berarti negara yang secara nyata ingin memerangi umat Islam. Sebutan ini sejatinya akan melukai umat Islam itu sendiri yang secara nyata telah menjadi bagian dari negara ini. Dengan melihat kebebasan dan kenyamanan yang ada, sungguh negara ini sejatinya adalah negara Islam dengan label Pancasila. Pancasila menjadi perekat bagi keragaman dengan nafas Islam yang sangat kental. Islam menjadi ruh dari negara ini dalam merawat perdamaian.
Narasi

Haruskah Negeri dengan Ribuan Masjid Dikafirkan?

Memang ada segelintir orang yang memiliki warisan paham yang menganggap Indonesia sebagai negara kafir, thagut ...
Read more 0
Memahami Transformasi Ideologi Terorisme
Narasi

Memahami Transformasi Ideologi Terorisme

Orang mungkin bisa mengkerdilkan atau mengabaikan gerakan Negara Islam Indonesia (NII) sebagai ancaman kecil yang ...
Read more 0
Geliat Islamisme Di Ranah Pendidikan Nasional, Kemajuan Atau Kemunduran?
Kebangsaan

Geliat Islamisme Di Ranah Pendidikan Nasional, Kemajuan Atau Kemunduran?

Mendengar istilah islamisme, bagi sebagian orang mungkin terasa ganjil. Islam sendiri, tanpa adanya sufiks isme, ...
Read more 0
Karakter Ashabul Fitnah yang Memecah Persatuan Sebuah Bangsa
Kebangsaan

Karakter Ashabul Fitnah yang Memecah Persatuan Sebuah Bangsa

Adalah Prof. Dr. Taufiq Al-Buthi yang pernah memberikan testimoni menggetarkan tentang kondisi negaranya, Suriah, yang ...
Read more 0
Islam adalah agama yang moderat. Dalam Al-qur’an Surat Ali Imran ayat 19 Allah Swt. Berfirman: إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ ۗ وَمَا ٱخْتَلَفَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْعِلْمُ بَغْيًۢا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” Agama yang moderat yakni ajaran yang menghindari ekstrimisme, berprinsip pada keadilan dan kebaikan terhadap seluruh makhluq Allah Swt. dengan tetap berpegang teguh pada norma dan nilai ketauhidan. Jadi, agama islam adalah agama yang tidak terlalu longgar namun juga tidak terlalu ketat. Islam adalah agama yang luwes mengisi tiap relung kehidupan masyarakat sebagai bentuk hubungan baik antara hamba dengan Allah Swt (hablumminallah). Implementasi moderasi beragama tidak bisa dilakukan serta merta. Diperlukan kerjasama antara masyarakat khususnya dari lingkup yang paling kecil yakni keluarga. Terlebih di era sekarang dimana indoktrinasi paham takfiri maupun liberalisasi telah meretas melalui berbagai bentuk media. Generasi islam dihadapkan pada gelombang tsunami informasi yang tidak semuanya valid. Kebanyakan adalah kabar bohong (hoaks) yang bertujuan untuk menciptakan ketakutan, kebencian dan kecurigaan terhadap satu sama lain. Oleh karenanya, keluarga menjadi sekolah pertama dan utama bagi seorang anak untuk mendapatkan pendidikan dan pengasuhan yang sehat, yakni pola asuh yang membantunya tumbuh menjadi generasi islam moderat. Keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenali semenjak seorang bayi dilahirkan ke dunia. Baik atau buruk seorang anak yang bertumbuh dipengaruhi oleh bagaimana pola asuh yang dia dapatkan dari keluarganya. Keluarga yang menerapkan prinsip moderasi beragama akan melahirkan generasi yang moderat dalam berpikir, bertutut dan bersikap. Terkait signifikannya pengaruh keluarga dalam tumbuh kembang anak, Rasulullah saw bersabda dalam salah satu haditsnya yang masyhur sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim: حَدَّثَنَا حَاجِبُ بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ عَنْ الزُّبَيْدِيِّ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ ثُمَّ يَقُولُا أَبُو هُرَيْرَةَ وَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ { فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ } الْآيَةَ Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hajib bin Al Walid telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb dari Az Zubaidi dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin Al Musayyab dari Abu Hurairah, dia berkata;
Narasi

Menanamkan Prinsip Moderat di Tengah Keluarga

Islam adalah agama yang moderat. Dalam Al-qur’an Surat Ali Imran ayat 19 Allah Swt. Berfirman: ...
Read more 0
Pada tahun ini, tepatnya 15 Maret Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari Internasional untuk MemerangIslamophobia (The Internasional Day to Combat Islamophobia). Ketetapan PBB tersebut dilandasi atas dasar masih banyaknya muslim yang menjadi korban diskriminasi, persekusi hingga pelecehan atas nama agama, khususnya di dunia Barat dan negara minoritas Muslim. Ketidaktahuan dan stigma negatif terhadap Islam memunculkan islamofobia dalam bentuk pikiran hingga tindakan. Umumnya, Islamofobia muncul di negara-negara Barat yang kurang memahami Islam secara utuh. Mereka mengetahui Islam dari perilaku oknum umat Islam yang mengatasnamakan Islam dalam setiap tindakan kekerasan. Lekat sekali pada akhirnya Islam seolah mendukung terorisme akibat media Barat yang memframing Islam sebagai penyebab utama. Keberadaan oknum-onum muslim yang bertindak mengatasnamakan Islam dengan tindakan kekerasan seolah menjadi cara Barat melihat ajaran Islam dan umat Islam secara keseluruhan. Karena itulah, harus dipahami bahwa islamofobia muncul karena ketidaktahuan dan kurangnya berbaur antar lintas agama. Ada perasaan curiga dan dendam memunculkan ketakutan dan kebencian terhadap Islam. Di beberapa negara, upaya menghapus islamofobia dilakukan dengan silaturrahmi dan kerjasama lintas agama untuk mematahkan persepsi dan prasangka salah tentang Islam. Di Indonesia tentu berbeda dengan negara Barat yang masyarakatnya kurang banyak mengenal Islam. Indonesia negara muslim terbesar di mana muslim menguasai ruang dan fasilitas publik di berbagai daerah. Dari area oflline penyiaran hingga dunia maya, orang mengenal dan berinteraksi dengan Islam. Justru kadang ada umat non muslim yang sudah terbiasa mengucapkan : assalamualaikum, masyallah, astghfirullah karena Islam sudah menjadi identitas inheren dalam masyarakat Indonesia. Namun, bukan berarti Indonesia tidak berpotensi tumbuh Islamofobia. Islamofobia muncul karena prasangka ketidaktahuan dan saling memahami di dalam perbedaan. Selain itu, upaya mengeneralisir pelaku dan oknum kriminal berdasarkan agama. Itulah akar islamofobia belajar dari negeri Barat. Jika masyarakat Indonesia justru mengeraskan sikap intoleran dikhawatirkan ada jarak antara muslim dan non muslim yang menghambat saling mengenal dan menghormati. Gerakan Anti Islamofobia di Indonesia sejatinya harus diarahkan pada gerakan untuk menanamkan toleransi dan saling mengenali (tasamuh dan taaruf). Tentu gerakan anti islamofobia bukan untuk memunculkan peneguhan identitas yang ekslusif apalagi dipolitisasi hanya untuk kepentingan kelompok sesaat. Gerakan Anti Islamofobia jangan justru menjadi gerakan yang justru menakutkan karena akan terkesan ekslusif. Gerakan melawan Islamofobia adalah gerakan santun untuk membuktikan Islam yang sebenarnya. Bukan gerakan yang hanya pandai menyalah-nyalahkan kondisi yang sudah harmoni seperti di Indonesia. Gerakan anti Islamofobia harus diarahkan kepada dua hal. Pertama, diarahkan kepada umat Islam untuk mengajak memamerkan Islam yang sebenarnya penuh kesantunan yang jauh dari stigma Barat tentang kekerasan. Kedua, diarahkan kepada non muslim untuk meyakinkan Islam adalah agama yang bersahabat bukan agama yang merusak. Gerakan anti Islamofobia harus bermula dari mengurangi politik identitas yang kerap menjual agama. Itulah esensi gerakan Anti Islamofobia yang harus digalakkan. Jangan sampai gerakan ini hanya ditunggangi oleh kepentingan politik yang hanya menjadikan isu islamofobia sebagai dagangan politik menarik simpati umat. Semakin politik identitas dijual semakin memperlebar potensi islamofobia.
Faktual

Islamofobia Berawal dari Maraknya Politik Identitas

Pada tahun ini, tepatnya 15 Maret Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari ...
Read more 0
Prinsip Mencegah Intoleransi dalam Islam
Keagamaan

Prinsip Mencegah Intoleransi dalam Islam

Pada hari Jumat (3/9/21) telah terjadi perusakan Masjid Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang terletak di ...
Read more 0
Menerka Gerakan Islamisme Pasca Jokowi
Analisa

Menerka Gerakan Islamisme Pasca Jokowi

Istilah islamisme berkaitan dengan konsep dan gerakan yang mendambakan kebangkitan kembali kejayaan Islam dalam seluruh ...
Read more 0
“Tepo Seliro”: Basis Kultural Membendung Arus Ideologi Transnasional
Narasi

“Tepo Seliro”: Basis Kultural Membendung Arus Ideologi Transnasional

Istilah tepo seliro memang berasal dari sosiologi masyarakat Jawa. Namun demikian, spirit tepo seliro sebenarnya ...
Read more 0
Melestarikan Wayang untuk Membendung Ideologi Transnasional
Narasi

Melestarikan Wayang untuk Membendung Ideologi Transnasional

Kalau kita kuliti sejarah perkembangan Islam di Nusantara, wayang tak hanya merupakan karya seni kearifan ...
Read more 0
Kearifan Lokal Penangkal Paham Radikal
Narasi

Kearifan Lokal Penangkal Paham Radikal

Indonesia adalah ejawantah dari kebhinekaan, dan bertolak dari kebhinekaan ini muncul persatuan, jadi dari sejak ...
Read more 0
Apakah Kearifan Lokal Bertentangan dengan Syariat Islam?
Narasi

Apakah Kearifan Lokal Bertentangan dengan Syariat Islam?

Ada fenomena, di mana ideologi trans-nasional mencoba membenturkan kearifan lokal dengan syariat Islam. Seraya, prinsip-prinsip ...
Read more 0
Belajar dari Suku Bajo: Menjadikan Toleransi sebagai “idealisme Hidup”
Narasi

Belajar dari Suku Bajo: Menjadikan Toleransi sebagai “idealisme Hidup”

Pada hakikatnya, segala ideologi trans-nasional akan tumbang dan rapuh ketika berhadapan dengan sikap dan kesadaran ...
Read more 0