Senin, 10 November, 2025
Informasi Damai

Artikel Edukasi Damai

Wayang dan Dakwah Substansial
Narasi

Wayang dan Dakwah Substansial

Wayang pada dasarnya merupakan warisan budaya yang sifatnya terbuka, dapat maknai dan digunakan untuk apapun ...
Read more 0
Pada tanggal 21 September 2020 kemarin, sempat viral di jagat maya. Karena ada seorang Habib yang bernama Habib Salim Almansyur. Mencaci, memarahi dan bahkan memukul wajah seorang ustadz yang bernama Ustadz Hasan. Beliau dipukul dengan sepatu yang digunakannya. Hal ini dilatari oleh “buntut masa” pada saat pemilu tahun 2019 kemarin. Karena di sosial media saling sindir satu sama lainnya. Lalu ada yang “membakar api provokasi” tersebut sehingga Habib tersebut marah. Dan pada saat ustadz tersebut berusaha untuk islah dan mengklarifikasi agar bisa damai. Namun, respons Habib tersebut justru tidak mengenakkan dan melakukan tindakan yang sangat disayangkan sekali. Bahkan putrinya juga ikut campur dengan menyirami ustadz tersebut dengan air sambil memaki-maki. Karena ayahnya “seorang Habib” yang harus dihormati. Dalam kasus yang sama, baru-baru ini yang masih cukup panas. Perseteruan Nikita Mirzani dan Ustadz Maheer At-Thuwailibi. Bagaimana Nikita mencoba untuk mengomentari akan kepulangan Habib Rizieq ke Indonesia yang baginya justru hanya bikin kericuhan dan kebencian di mana-mana. Tentu, sontak Ustadz Maheer marah, mencaci dan bahkan tidak segan-segan mengancam Nikita Mirzani. Karena bagi Ustadz Maheer, sungguh tidak pantas “menghina seorang Habib” karena itu akan murka, musyrik dan tidak akan dapat pengampunan dosa. Beragam cacian yang menyakitkan terus dilontarkan kepada Nikita Mirzani. Dua fenomena ini, mulai memperlihatkan di satu sisi “label” kemuliaan seorang habaib atau cicit Nabi yang sepantasnya harus dihormati, disayangi dan bahkan dimuliakan. Tentu sangat benar kita wajib untuk menghormatinya. Tetapi tidak dengan “perilakunya” yang semena-mena dan tidak sesuai dengan akhlak Nabi beserta ucapannya. Sebagaimana garis keturunan Nabi yang harus membentang ke dalam dirinya yang seharusnya pula merefleksikan akan kebaikan dan keramahan-nya. Point ini bukan lantas mendukung seorang Nikita Mirzani yang sejatinya juga akan menyulut provokasi, karena menghina seorang Habib. Pun juga dengan seorang ustadz yang sabar dan mengalah ketika dipukuli, disirami dan bahkan dicaci karena dianggap tidak menghormati seorang Habib. Akan tetapi, point kita saat ini adalah tentang “label” seorang Habib yang sangat mulai dan dijadikan sandungan pembenar untuk melakukan apa saja dan seenaknya. Bahkan memukul dan mencaci orang yang dianggap rendah. Seperti Gus Dur yang dikatakan “buta hatinya” dan “Buta matanya” oleh Habib Rizieq dan itu pantas dilakukan dengan alasan karena dia seorang Habib? Atau keturunan Nabi Muhammad SAW? Jika Habib Rizeq dikritik akan perilakunya. Sehingga, dia menggunakan “label” Habib sebagai senjata untuk menyatakan akan hal itu dianggap menghina seorang Habib? Terang-benderang dari polemik yang semacam ini perlu ada semacam “pemahaman etis”. Bahwa sepantasnya, sewajibnya dan seharusnya seorang Habib yang menyandang gelar keturunan Rasulullah SAW. Mampu menjadi (teladan yang baik) dengan cara menasihati jika ada yang salah, keliru dan menyimpang. Bukan mencaci, menyakiti dan bahkan melakukan tindakan kekerasan dan semaunya. Habib adalah seorang ulama yang garis keturunannya langsung ke Rasulullah SAW, yang sejatinya harus (mencerminkan) segala aspek di dalam berdakwah yang santun, mudah memaafkan, bertutur yang baik dan berperilaku yang sesuai dengan Rasulullah SAW.
Narasi

Meneladani Habib Sebagai Ulama yang Berakhlak Seperti Nabi Muhammad SAW

Pada tanggal 21 September 2020 kemarin, sempat viral di jagat maya. Karena ada seorang Habib ...
Read more 0
Jihad Melawan Penguasa Dzalim, Bagaimana Caranya?
Narasi

Kriminalisasi Ulama atau Ulama (yang) Kriminal?

Akhir-akhir ini ada narasi yang berkembang di tengah-tengah masyarakat yang menyatakan bahwa ulama banyak dikriminalisasi ...
Read more 0
Basis Teladan Ulama; Dari Ruh Keimanan Hingga Kecintaan Terhadap Tanah Air
Narasi

Basis Teladan Ulama; Dari Ruh Keimanan Hingga Kecintaan Terhadap Tanah Air

Tidak pernah kita bosan untuk mengutip, menganalisis dan bahkan menjadikan sebagai teladan bagi kita semua. ...
Read more 0
Paradigma Moderasi Agama dalam Masyarakat Multikultural
Narasi

Paradigma Moderasi Agama dalam Masyarakat Multikultural

Indonesia merupakan Negara yang memiliki keragaman yang cukup kompleks. Tidak hanya etnis, suku, bahasa, agama, ...
Read more 0
Ulama Rausyan Fikr: Figur Teladan Keislaman dan Keindonesiaan
Narasi

Ulama Rausyan Fikr: Figur Teladan Keislaman dan Keindonesiaan

Ulama memiliki posisi strategis baik dalam konteks keislaman maupun keindonesiaan. Dalam konteks keislaman, ulama memiliki ...
Read more 0
Cara Islami dalam Menyampaikan Aspirasi
Narasi

Ulama itu Mencerahkan, Bukan Meresahkan

Ulama adalah pewaris nabi. Artinya, ia merupakan sosok yang mengemban amanah berat, yakni memiliki visi ...
Read more 0
Ulama sebagai Teladan Keagamaan dan Kebangsaan
Narasi

Ulama sebagai Teladan Keagamaan dan Kebangsaan

Yang wajib untuk kita amini, bahwa ulama adalah pewaris para Nabi. Mereka disebut “penyambung lidah” ...
Read more 0
Ruang Publik Toleransi Beragama
Narasi

Ruang Publik Toleransi Beragama

Ruang publik dalam beragama bisa difungsikan sebagai upaya mengatasi perbedaan-perbedaan dalam berbagai kepentingan umum serta ...
Read more 0
Mitigasi Bahaya (Narasi) Konservatisme Agama di Media Sosial
Narasi

Mitigasi Bahaya (Narasi) Konservatisme Agama di Media Sosial

Akhir-akhir ini, konservatisme agama kian menguat di media sosial. Dalam konteks ini, jika kita ikuti ...
Read more 0
Membentuk Ekosistem Sekolah yang Ramah dan Toleran
Narasi

Membentuk Ekosistem Sekolah yang Ramah dan Toleran

Miris memang membaca berita tentang maraknya intoleransi yang terjadi di instansi yang seharusnya menjadi tempat ...
Read more 0
Hidup Laiknya Sebuah Karya Seni
Narasi

Hidup Laiknya Sebuah Karya Seni

Dalam sebuah wawancara bersama Dreyfus dan Rabinow, Michel Foucault mempertanyakan kenapa orang selalu mengaitkan karya ...
Read more 0
Membingkai Semangat Toleransi Lewat Ekstrakurikuler “Siswa Pancasila”
Narasi

Membingkai Semangat Toleransi Lewat Ekstrakurikuler “Siswa Pancasila”

Saat membaca judul tulisan di atas, apa yang pertama kali terlintas di pikiran Anda? Sudah ...
Read more 0
Budaya Kritis: Menangkal Intoleransi di Sekolah
Narasi

Budaya Kritis: Menangkal Intoleransi di Sekolah

Baru-baru ini viral sebuah postingan disertai beberapa tangkapan layar oleh Donny Dhirgantoro di Twitter tentang ...
Read more 0
Toleransi Itu Mudah: Sebuah Tanggapan
Narasi

Toleransi Itu Mudah: Sebuah Tanggapan

Membaca judul tulisan Gusveri Handiko, “Toleransi itu Sulit!!! Namun Indah” di kanal “Suara Kita” Jalandamai.org ...
Read more 0