Minggu, 20 April, 2025
Informasi Damai
islam

islam

Menertibkan Penceramah Berpaham Radikal

Narasi
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Siaran pada Bulan Ramadan (23/3/21). Edaran ini sebagai panduan dalam bersiaran pada bulan suci Ramadan 1442 H nantinya. Salah satu poin utama dari surat edaran itu, KPI hanya mengizinkan TV dan Radio menampilkan dai moderat (dai wasyatiyah). Ini dilakukan oleh KPI karena mengingat makin dekatnya Bulan Suci Ramadan, di mana intensitas ceramah, dakwah, pengajian, entah apa ...
Read more 0

Menyapu Konten Radikal Dari Pemikiran Milenial

Narasi
Media sosial merupakan wilayah baru berkomunikasi dan berinteraksi langsung tanpa berjumpa. Sebagai tempat pertemuan, dunia maya haruslah dijaga keamanannya agar menjadi wahana pertemuan yang berkualitas. Karena menjadi wilayah yang menyenangkan, media sosial menjadi ruang publik yang digunakan hampir semua lapisan masyarakat. Media sosial menjadi idola baru untuk mencari beragam informasi. Namun, tidak jarang ditemukan pengunjung media sosial yang menyebarkan Informasi yang berbau radikal dan mengancam kedaulatan bangsa. Hal ini semakin ...
Read more 0

Milenial Ideal: Matang Berencana Dan Mantap Antiradikal

Narasi
“Seribu orang tua bisa bermimpi.Satu orang pemuda bisa mengubah dunia”. Demikian ungkapan fenomenal Bapak pendiri bangsa, Ir. Soekarno. Perubahan dunia yang digerakkan pemuda tersebut tentunya tergantung pada idelologi yang mendorongnya. Hasilnya akan negatif jika ideologinya menyesatkan. Sebaliknya akan membuahkan hasil memuaskan semua umat manusia jika ideologi dan jalannya lurus sesuai nilai kemanusiaan. Tantangan pemuda di era milenial kini kian kompleks. Dunia sedang menghadapi permasalahan besar terkait terorisme dan radikalisme global. Pemuda ...
Read more 0

Ikrar Nasionalisme NU Melalui Gerakan Pasang 98 Juta Bendera

Narasi
Gerakan memasang 98 juta bendera NU, Ansor, Banser dan Merah putih yang diselenggarakan sejak tanggal 26 Februari 2021. Hingga pada puncak perayaan hari lahir Jamiyah Nahdlatul Ulama pada 16 Rajab 1442, yang bertepatan pada 28 Februari 2021 kemarin. Menandakan bahwa semangat sosial-keagamaan NU tidak pernah luntur dan akut. Konsistensi ormas yang masif, dinamis dan reflektif bergerak membangun (ikrar) kesadaran nasionalisme yang terus berkibar dan mengakar di rahim negeri ini. Bendera ...
Read more 0

Bayang-bayang Kebebasan di Media Sosial

Narasi
Penemuan paling besar dalam sejarah kehidupan manusia adalah bahasa. Bahasa dijadikan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Manusia menempatkan bahasa sebagai penghubung dengan apa yang ada di luar dirinya. Hari ini, kita mengenal media sosial sebagai tempat untuk berkomunikasi dengan pihak lain. Di mana selama kepemimpinan Orde Baru, kebebasan berpendapat dibelenggu sedemikian mungkin. Masyarakat dibungkam suaranya, siapapun yang lantang menyampaikan pendapat dianggap anti pancasila, menolak pembangunan, dan komunis. Kemudian di era ...
Read more 0

Gus Yaqut dan Problem Intoleransi Teologis

Narasi
Gus Yaqut sebagai menteri Agama beberapa waktu lalu disurati oleh Persatuan Gereja Indonesia (PGI) untuk meninjau kembali terkait dengan buku pelajaran Agama Islam yang disusun tahun 2017 yang memuat tentang kitab Injil atau Taurat, dilansir dari (Detik.com, 27/02/2021). Gus Yaqut sendiri merespon surat tersebut dan kemudian berkoordinasi dan meninjau kembali terkait dengan narasi kitab Injil dalam buku pelajaran Agama Islam yang dimaksud. Namun, yang mengganjal adalah apakah hal itu sesuai ...
Read more 0

Akankah NU dan Muhammadiyah Menjadi Kiblat Ormas Islam di Indonesia?

Narasi
Belum lama ini, Buya Syafii Maarif menuangkan gagasannya di Kompas yang berjudul “Pesan untuk Muhammadiyah dan NU. Membaca tulisan tersebut pada gilirannya menggugah hati saya untuk terus merawat konsensus yang telah dirajut oleh para ulama dan umara (pemerintah) Indonesia. Adapun hasil konsensus yang dimaksud yakni, lahirnya negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) beserta Pancasila dan UUD 1945. Akan tetapi, dengan kemunculan kelompok-kelompok radikal ekstrimis dan organisasi masyarakat yang mengatasnamakan Islam, konsensus ...
Read more 0

Agama, Sumber Perpecahan atau Alat Pemersatu?

Berbeda Iman dalam Pertemanan, Kenapa Tidak?
Narasi
Sebagaimana judul tulisan di atas yang diakhiri dengan tanda tanya, isi tulisan ini pun akan lebih banyak mengajak kita bertanya, lebih tepatnya melakukan refleksi ke dalam diri sendiri. Barangkali memang benar bahwa sebagian besar dari kita beragama karena keturunan. Saya menjadi muslim lebih karena orang tua saya muslim. Orang tua saya muslim karena kakek-nenek saya seorang muslim. Sesederahana itulah identitas agama melekat di diri saya. Jutaan umat beragama mengalami pengalaman ...
Read more 0

Agama Bukan Alat Memecah Belah Persatuan dan Berbuat Kerusakan

Salah satu motivasi terbesar ketika Bom Bali meledak di Indonesia yang diklaim oleh pelaku dan simpatisannya saat itu sebagai jihad adalah sebagai bentuk balas dendam terhadap para korban di Palestina. Beginilah bentuk narasinya: korban bom Bali belum seberapa dengan penderitaan rakyat Palestina. Jadi bom yang mereka katakana jihad adalah balas dendam ? Dan tidak melihat korbannya siapa, yang penting untuk Palestina. Gerbong kelompok kejahatan dan teroris yang memakai nama islami Mujahidin Indonesia Timur (MIT) juga berteriak lantang sebagai aksi balas dendam atas penderitaan umat Islam dalam konlik Poso dan Ambon. Banyak umat Islam menjadi korban dari konflik yang mempertemukan antara penganut Islam dan Kristen. Lalu, artinya kekerasan sampai saat ini adalah jihad untuk balas dendam? Pada tahun 2000-an banyak sekali Bom meledak di Indonesia dari bangunan yang merepresentasikan Barat hingga gereja yang tentunya korbannya adalah masyarakat yang tidak berdosa itu dimaknai sebagai jihad untuk balas dendam terhadap perang Barat di negara Islam. Semangat balas dendam ini misalnya terungkap dalam penelitian lama tahun 2012 yang dilakukan oleh teman-teman INSEP dan Mabes Polri terhadap pelaku teror. Balas dendam menempati urutan ketiga sebagai motivasi selain karena ideologi jihad dan solidaritas komunal. Menarik kalau kita telisik kembali bahwa dalam benak pelaku teror dan mereka yang mengklaim jihad itu adalah bentuk balas dendam terhadap kekejaman yang dilakukan oleh musuh. Lalu, ekspresi balas dendam ini diwujudkan dalam bentuk kekerasan bukan terhadap musuh yang mereka asumsikan tetapi kepada masyarakat yang tak berdosa; orang tua, perempuan bahkan anak kecil. Jika umat Islam memahami betapa dalam perang pun Rasulullah mempunyai akhlak yang sangat mulia. Pesan Rasulullah terhadap para pasukannya dalam peperangan untuk tidak membunuh para pendeta, orang tua, anak-anak, perempuan, dan tidak merobohkan bangunan suci. Bahkan tidak boleh menebang pohon. Betapa nyawa dalam perang pun sangat diperhitungkan oleh Rasulullah. Lalu, kenapa jihad menjadi sangat disalahartikan dengan pembunuhan atas nama balas dendam terhadap mereka yang tidak bersalah? Apakah itu maksudnya jihad? Benarkah logika balas dendam itu dipraktekkan dalam jihad perang yang dilakukan oleh Rasulullah? Apakah perang Nabi juga menyerang mereka yang tidak berdosa pemuka agama, gereja, perempuan, anak-anak dan lainnya? Dari mana logika balas dendam menjadi semangat jihad? Sungguh suatu penghinaan ajaran jihad dan penyesetan luar biasa sebagai fitnah bagi umat Islam. Kadang juga tidak habis pikir dengan ulah segelintir orang yang melakukan aksi kekerasan dengan mengatasnamakan membantu masyarakat yang sedang dalam perang. Mereka mengekspresikan kekerasan atas nama jihad untuk membalas dendam. Logika yang tidak hanya sesat tetapi juga menistakan makna jihad itu sendiri. Itulah persoalan umat Islam saat ini ketika memaknai jihad dengan sempit dan logika balas dendam.
Narasi
“Kau bakar rumah ibadah umat lain, imanmu yang sejatinya hangus. Kau bunuh nyawa orang lain, jiwamu yang sejatinya mati” ~Habib Husain Ja’far Al Hadar~ Ungkapan beliau ini sejatinya menjadi landasan etis, bahwa pada hakikatnya tidak ada agama mana-pun yang mengajarkan tentang kekerasan, bermusuhan, terpecah-belah dan bahkan melanggar norma-norma kemanusiaan. Agama sebagai counter kesadaran umat manusia untuk melindungi itu semua. Jadi, jika ada seorang “pendakwah” yang mengajarkan nilai-nilai agama yang memecah-belah, ...
Read more 0

Jihad Dakwah Otentik Islam Membendung Arus Radikalisme

Narasi
Usaha membendung arus radikalisme tidak bisa dilakukan hanya dengan menolak paham radikal atau menangkap pelaku teror. Melainkan memerlukan sebuah aksi dakwah Islam otentik berkebudayaan yang berkesinambungan dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat. Semua penganjur dan pengikut agama di sini perlu disenergikan. Poros dan Strategi Dakwah Semua penganjur agama-agama perlu bermufakat bahwa tidak ada agama yang anti kemanusiaan dengan menganjurkan teror, pemenggalan dan aksi kekerasan. Di sini, seluruh penganut agama harus menerima ...
Read more 0