Sabtu, 30 November, 2024
Informasi Damai

Artikel Edukasi Damai

Vaksinasi Ideologi; Kembali ke Budaya Luhur yang Anti-Kekerasan
Narasi

Vaksinasi Ideologi; Kembali ke Budaya Luhur yang Anti-Kekerasan

Sastrawan dan wartawan Mochtar Lubis dalam bukunya Manusia Indonesia mengidentifikasi ciri manusia Indonesia ke dalam ...
Read more 0
Mengenalkan 5 Vaksin BNPT untuk Menguatkan Imunitas Kebangsaan
Analisa

Mengenalkan 5 Vaksin BNPT untuk Menguatkan Imunitas Kebangsaan

Perlunya Memahami Terorisme Terorisme sebagai aksi kekerasan atau ancaman kekerasan yang menggangu keamanan dan stabilitas ...
Read more 0
Telat Zaman dan Krisis Kebudayaan
Kebangsaan

Telat Zaman dan Krisis Kebudayaan

Bangsa Nusantara mewarisi bermacam cara untuk mendewasakan diri mereka. Kedewasaan diri memang sebentuk ukuran yang ...
Read more 0
Islam, Cinta, dan Perdamaian
Pustaka

Islam, Cinta, dan Perdamaian

Judul buku : Islam; Cinta, Keindahan, Pencerahan dan Perdamaian Penulis : K.H. Husein Muhammad ...
Read more 0
Kekerasan telah menjadi budaya sebagian masyarakat dalam menyelesaikan persoalan. Tidak jarang, kekerasan juga dijustifikasi dengan mengeksploitasi ajaran agama. Panggung kekerasan terorisme acapkali membajak agama sebagai pembenarannya. Agama memang tidak mengajarkan kekerasan. Namun, pada akhirnya agama menjadi korban fitnah atas perilaku oknum umat beragama yang menjadikan agama sebagai alat pembenaran. Kenapa agama kerap dijadikan alat untuk kekerasan? Agama merupakan puncak keyakinan tertinggi yang dipegang secara teguh dan militan para penganutnya. Memperalat agama sebagai pembenaran menjadi efektif untuk mendorong seseorang secara emosional untuk bertindak. Kejahatan terbesar kelompok teroris adalah bukan hanya menimbulkan korban melalui panggung kekerasannya, tetapi juga karena memperalat agama sebagai alat pembenaran. Mereka membelah masyarakat pada lawan dan kawan atas dasar pembenaran agama. Bagi mereka lawan dalam term agama harus dimusnahkan dan halal darahnya. Membawa agama dalam ranah kejahatan merupakan puncak kejahatan tertinggi. Mereka memperalat ayat Tuhan untuk perilaku yang melebihi tindakan setan. Mereka berdiri seolah membela Tuhan, padahal sejatinya sedang memperalat nama Tuhan untuk sebuah tindakan kejahatan. Bagaimana mungkin bisa dikatakan umat beragama hanya karena berteriak nama Tuhan lalu melakukan tindakan kekerasan. Mereka seolah bangga dengan membela agama padahal sejatinya telah melakukan kerusakan di muka bumi. Mereka seolah paling dekat dengan Tuhan tetapi sejatinya adalah musuh Tuhan. Terorisme lahir dari sebuah cara pandang mempolitisasi agama untuk tujuan politik. Karakteristik inilah yang paling dominan kita jumpai dalam sebuah atraksi kekerasan teror. Sejarah telah mencatat bagaimana tragedi kemanusiaan terbesar pernah terjadi karena agama dijadikan alat untuk membenarkan tindakan kekerasan. Mengembalikan Fungsi Agama Agama apapun lahir sebagai panduan kolektif manusia agar lebih beradab dalam membangun kebudayaannya. Agama termasuk Islam dengan seperangkat keyakinan dan ritual sakral yang dilakukan bertujuan menumbuhkan moral kolektif sebagai alat kontrol manusia. Agama ingin memanusiakan manusia agar tidak jatuh dalam sifat hewan buas yang memangsa antar satu dengan lainnya. Di sinilah agama sejatinya bukan tujuan, tetapi sarana untuk mencapai hakikat manusia yang berTuhan. Karena itulah, dalam agama apapun terdapat pedoman agar manusia hidup damai dalam berdampingan. Agama mengajarkan tentang kedamaian, kebahagiaan dan cinta kasih. Agama tidak mentolerir praktek permusuhan, kekerasan, intimidasi, apalagi pemusnahan melalui teror. Jika yang terjadi adalah kekerasan atas nama agama tentu ada kesalahan besar umat beragama dalam mempraktekkan agamanya. Bukan kesalahan agama, tetapi kesalahan mereka dalam mengekspresikan keagaman. Karena itulah, memoderasi cara beragama menjadi penting agar tidak mudah jatuh dalam praktek ekstrem dalam beragama. Sejatinya, karakter agama adalah moderat, hanya saja ada oknum umat beragama yang melakukan radikalisasi terhadap ajaran agama. Kekerasan atas nama agama merupakan hasil dari kelompok yang meradikalisasi ajaran agama. Akibatnya, tindakan kekekerasan seolah menjadi benar dalam pandangan mereka. Mengembalikan agama pada karakter yang moderat menjadi keniscayaan agar agama menjadi sumber perdamaian, bukan sumber permusuhan.
Narasi

Terorisme : Memperalat Nama Tuhan untuk Tindakan Kekerasan dan Kejahatan

Kekerasan telah menjadi budaya sebagian masyarakat dalam menyelesaikan persoalan. Tidak jarang, kekerasan juga dijustifikasi dengan ...
Read more 0
Waspada Agenda 100 Tahun Kebangkitan Khilafah 2024
Faktual

Waspada Agenda 100 Tahun Kebangkitan Khilafah 2024

Tahun 2024, merupakan akhir dari periode ke-100 tahun, di balik keruntuhan Turki Utsmani. Momentum ini, ...
Read more 0
Lima Hak Kaum Minoritas dalam (Hukum) Islam
Keagamaan

Lima Hak Kaum Minoritas dalam (Hukum) Islam

Di periode awal dakwah Nabi Muhammad, Islam merupakan agama minoritas di Mekkah. Dengan jumlah pengikut ...
Read more 0
Kultur Kekerasan yang Meresahkan
Editorial

Kultur Kekerasan yang Meresahkan

Tidak satu pun yang menghendaki kekerasan. Namun, pada akhirnya tidak sedikit mengambil jalan kekerasan ketimbang ...
Read more 0
Warisan Tri Kerukunan Kiai Ali Yafie
Tokoh

Warisan Tri Kerukunan Kiai Ali Yafie

Lumrahnya orang meninggal dunia adalah meninggalkan warisan. Sebagai ulama besar, Kiai Ali Yafie mewariskan gagasan-gagasan ...
Read more 0
Urgensi Lima Vaksinasi Ideologi BNPT untuk Mereduksi Kultur Kekerasan
Narasi

Urgensi Lima Vaksinasi Ideologi BNPT untuk Mereduksi Kultur Kekerasan

Beberapa hari ini, ruang publik digital kita heboh oleh sederet peristiwa memilukan. Mulai dari kasus ...
Read more 0